RMOL. Tidak mudah membawa banyak barang mudik menggunakan sepeda motor. Tetapi tidak dengan Najib. Lelaki ini membuat ‘bagasi mini’ di kuda besi kesayangannya sehingga bisa mengangkut koper berukuran sedang.
Najib, warga Pal Merah, Jakarta Barat terlihat sedang mengotak-atik sepeda motor bebek kesaÂyaÂngannya beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri. Dia sedang menyiapÂkan diri untuk berangkat mudik.
Najib meletakan kardus bekas bungkus mie instan di antara baÂtang stir dengan tempat duduk sepeda motor. Kardus itu diikat dengan menggunakan tali plasÂtik berwarna hitam agar tidak mudah jatuh.
Setelah menaruh kardus mie, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai karwayan di sebuah rental penyewaan sound system ini kemudian meletakan tas koper ukuran sedang di belakang moÂtornya yang sudah disulap menÂjadi bagasi mini.
Bagasi itu terbuat dari dua batang besi yang dikaitkan di besi di kedua sisi samping temÂpat duduk. Besi itu menjulang ke arah belakang motor. Panjang besi sekitar 30 cm.
Agar kuat baÂgasi itu ditopang besi peÂnyangÂga yang juga terÂbuat dari besi yang dikaitkan di baut shock bleÂker di kedua seÂbelah kiri dan kanan.
“Kardus ini berisi oleh-oleh buat keluarga di kampung. Kalo koper ini berisi baju-baju saya dan baju baru untuk sanak sauÂdara di kampung,†kata Najib samÂbil mengencang baut mengÂgunakan kunci pas nomor 15-16.
Najib mudik ke Cirebon, Jawa Tengah. Dia sudah tiga tahun mudik memakai sepeda motor.
Dia menceritakan persiapan mudik yang sudah dilakukannya. Katanya, untuk mempersiapkan mudik setidaknya menghabiskan waktu selama dua hari. Hari perÂtama, untuk belanja oleh-oleh buat dibawa ke kampung. Mujib biasanya belanja di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Oleh-oleh yang dibawanya biaÂsaÂnya berupa makanan dan pakaian.
Hari kedua, dia manfaatkan waktunya untuk mempersiapkan fisik kendaraan. Membawa motor ke bengkel dan memasang besi yang digunakan untuk mengÂangkut koper.
“Kalau besi ini (untuk angkut koper-red) sudah saya buat sejak 2 tahun ini. Ini bisa dibongkar pasang. Nanti setelah mudik bisa dilepas lagi,†kata pria yang mengaku masih bujangan itu.
Kenapa mudik pakai motor? Najib menjawab, lebih murah. Bila menggunakan jasa kereta api, biaya dikeluarkan besar. Untuk tiket sekali jalan Rp 100 ribu. Itu Belum termasuk biaya maÂkan dan biaya transportasi ke kampung setelah turun dari staÂsiun. Sementara bila naik motor, biaya yang dikeluarkan tidak leÂbih dari Rp 30 ribu. Biaya itu unÂtuk untuk mengisi bensin 2 kali.
“Saya biasa ini Rp. 15 ribu saat mau berangkat dan di tengah jalan saya isi Rp 15 ribu lagi. SamÂpai di kampung bensinnya masih sisa banyak,†ungkapnya.
Dan perlu diketahui, biaya mudik tersebut untuk dua orang. Sebab Mujib biasa mudik berdua, boncengan dengan temannya.
Selain murah, mudik memakai sepeda motor efisien. Dia tidak harus pusing dan membuang banyak waktu untuk mencari tiket bus atau kereta. Tinggal starter motor, langsung greeng, tancap gas.
Najib mengaku, mudik mengÂgunakan sepeda motor tidak terÂlalu letih malahan sebaliknnya meÂnyenangkan. Karena seÂpanÂjang jalan banyak juga orang yang mudik memakai motor. Dia merasa seperti sedang jalan-jalan saja. Konvoi bersama-sama. Bedanya tidak saling kenal.
Sementara pemudik motor lain, Jamil beralasan mudik memakai sepeda motor agar di kampung bisa dipakai untuk keliling-keliling ke sana saudara. “Kita di kampung kan jalan-jalan ke rumah saudara dan terkadang rekreasi, kalau tidak ada kenÂdaraan repot mas,†kata Jamil.
Warga Cengkareng, Jakarta Barat ini mudik ke Tegal, Jawa Tengah. Dia membantah tuÂdingan banyak orang kalau peÂmudik memakai motor karena ingin pamer di kampung. DiteÂgaskannya, mudik memakai moÂtor agar efisien dan murah.
Bukankah mudik pakai motor berbahaya? Jamil menjawab tiÂdak bahaya kalau pemudik hati-hati sepanjang perjalanan. Semua terpulang kepada prilaku masing-masing. Jamil yakin, bila seÂseÂorang mengikuti peraturan lalu lintas dan melakukan persiapan yang matang Insya Allah akan selamat sampai tujuan. Persiapan itu diterangkannya menyangkut kondisi kendaraan dan fisik pengemudi. Dua-duanya harus dalam keadaan sehat bila ingin berangkat mudik.
Dia menilai, selama ini baÂnyakÂnya kecelakaan menimpa pemudik disebabkan kelalaian pribadi. Mereka ugal-ugalan saat di jalan. Hanya masalah kenÂdaraan disalip orang lain, peÂngenÂdara emosional dan pada akhirÂnya menimbulkan kecelakaan.
Dia mengimbau para pemudik motor tidak emosional dan tidak kebut-kebutan. Cukup kecepatan 60-8- km/jam. “Untuk apa kebut-kebutan tidak membawa manfaat. Sebaiknay pelan-pelan yang penting bisa selamat sampai tujuan,†imbuhnya.
Berbagai upaya sudah dilaÂkukan pemerintah dan swasta untuk menekan jumlah pemuÂdik motor melalui berbagai program mudik gratis. Namun jumlah masyarakat mudik mengÂgunakan sepeda motor tetap tinggi.
Kenapa demikian? Ketua Umum Masyarakat TransÂporÂtasi Indonesia dan Guru Besar Transportasi Universitas GaÂdjah Mada Danang Parikesit menilai, program mudik gratis hanya solusi setengah-setengah. Sebab masyarakat hanya diÂbeÂrikan mudik gratis tetapi tidak diberikan pulang kembali graÂtis. Sehingga banyak pemudik motor yang berpikir dua kali meÂnerima tawaran tersebut.
“Mudik gratis kurang memÂberikan tawaran alternatif yang menarik bagi masyarakat peÂmilik sepeda motor,†kata Danang.
Selain itu, dia meÂnilai, muÂdik gratis pemerintah bisa mengÂgangu bisnis angkutan umum. Dia menyarankan proÂgram itu diganti dengan pemÂberian vouÂcher angkutan bus atau kereta api kepada masyaÂrakat.
Karena dengan begitu, mudik akan menguntungkan bagi seÂmua pihak yang berkeÂpentiÂngan. Perusahaan penyeÂlengÂgara angÂkutan tidak kehiÂlangan peÂnumpang dan masyaÂrakat bisa mengakses transÂportasi deÂngan biaya murah.
Ketua Komite II Dewan PerÂwakilan Daerah (DPD), BamÂbang Susilo pesimis jumlah pemudik motor di masa yang akan datang akan berukurang jika Kementerian PerhuÂbuÂngan tidak memiliki terobosan yang cerdas mengatasi fenoÂmena persoalan mudik.
Dia melihat, masyarakat menggunakan sepeda motor untuk pulang kampung bukan tidak hanya semata-mata perÂtimÂbangan ekonomi namun ada faktor lain. Masyarakat merasa lebih nyaman mudik memakai motor karena layanan transÂportasi diselenggarakan peÂmerintah buruk. Hal tersebut bisa dilihat dari pelayanan yang diberikan pemudik di stasiun, terminal dan pelabuhan. “MiÂsalÂnya di Pelabuhan, coba kita lihat. Para pemudik harus deÂsak-desakan. Mereka tidur di tempat yang tidak memadai. Itu kan sangat tidak manusiawi,†ujar Senator asal Kalimantan Timur ini.
Menurutnya, persoalan muÂdik tersebut tidak pantas terjadi setiap tahun. Karena masalah tersebut bukanlah kejadian baru tetapi sudah menjadi rutinitas tahunan. Pemerintah seharusÂnya memperbaiki masalah terÂsebut jauh-jauh hari sebelum Ramadhan.
Bambang menilai, Kinerja Pekerjaan Umum lebih baik ketimbang Kemenhub di dalam melakukan persiapan mudik. “Tiap tahun, Kementerian PU bisa menyediakan tambahan layanan jalan, sementara KeÂmenterian Perhubungan masih berkutat dengan masalah yang sama,†tambahnya.
Aktivis 98, Sahid Mustaqim meminta semua kalangan tidak hanya menyalahkan pemeÂrinÂtah. Karena memang tidak muÂdah melayani pemudik motor yang jumlahnya sangat tinggi. “Pelayanan mudik gratis tidak akan bisa menjangkau semua masyarakat karena keterbatasan kemampuan,†imbuhnya.
Namun demikian, dia berÂharap pemerintah tidak lepas tangan. Dia meminta ke depan pemerintah lebih kreatif untuk menekan jumlah kecelakaan peÂmudik moÂtor. Dia usul ke depan, peÂmerintah memfokuskan diri penyiapan relawan untuk memÂbantu aparat kepolisian di jalan. Para pemudik dipaksa untuk mentaati rambu lalu lintas. Menurutnya, selama ini keÂcelakaan dialami pemudik moÂtor tidak sedikit akibat keÂtidakpatuhan para pemudik. Dia yakin bila pemudik tertib maka jumlah kecelakaan akan berÂkurang.
IPW Kritik Larangan Mudik Pakai Kuda Besi
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane mengkritik peÂmerintah meÂlarang maÂsyarakat mudik mengÂgunakan sepeda motor.
“Mereka mudik pakai motor tentu ada alasannya, terutama mempertimbangkan masalah ekonomi, “ kata Neta.
Neta juga mengkritik sikap kepolisian yang ikut-ikutan memÂberikan larangan. Dia meÂminta, kepolisian tidak meÂlaÂrang dan sebaliknya sebagai pengayom masyarakat memÂbantu para peÂmudik motor agar bisa pulang kampung dengan lancar. Bekerja keras mengatur lalu lintas agar tertib. Dan memÂberikan rasa aman karena pada setiap mudik dan arus balik sering terjadi tinÂdak kriminalitas di jalan.
Larangan masyarakat mudik memakai motor pernah disamÂpaikan Kepala Koordinator Lalu Lintas (Korlantas) Polri, Irjen Polisi Puji Hartanto. Dia bilang kepolisian akan menindak tegas para pemudik motor.
Namun diÂjeÂlaskannya tinÂdakan tegas diÂmaksudnya baik yakni untuk membantu pemudik. BuÂkan untuk menilang pemudik melainkan memÂberikan peÂngaÂrahan agar peÂmuÂdik pindah memakai bus atau meÂnaikkan motornya ke atas truk yang disediakan pemerintah.
Imbauan itu ditegaskannya tidak bersifat memaksa. Bila pemudik tetap ingin memakai sepeda motor, kepolisian akan mengawalnya.
Puji sebenarnya menyaÂyangÂkan masih tingginya angka peÂmudik menggunakan sepeda motor. Karena mudik memakai motor berbahaya.
Dia mengimbau kepada semua pengguna jalan agar tertib baik saat mudik maupun pulang. Untuk para pengendara sepeda motor diingatkannya agar selalu memakai helm.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Anang Iskandar meÂngatakan, mudik dengan sepeda motor memiliki resiko tinggi terjadinya kecelakaan dibanÂdingÂkan kendaraan roda empat. Dia meÂnyarankan masyarakat agar memÂpetimbangkan dengan maÂsak bila ingin berpergian jauh. [HARIAN RAKYAT MERDEKA]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: