Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Mudik Pakai Motor Marak Karena Dinilai Efisien & Murah

Bikin ‘Bagasi’ Mini Agar Bisa Bawa Koper Pakaian

Minggu, 19 Agustus 2012, 12:27 WIB
Mudik Pakai Motor Marak Karena Dinilai Efisien & Murah
ilustrasi

RMOL. Tidak mudah membawa banyak barang mudik menggunakan sepeda motor. Tetapi tidak dengan Najib. Lelaki ini membuat ‘bagasi mini’ di kuda besi kesayangannya sehingga bisa mengangkut koper berukuran sedang.

Najib, warga Pal Merah, Jakarta Barat terlihat sedang mengotak-atik sepeda motor bebek kesa­ya­ngannya beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri. Dia sedang menyiap­kan diri untuk berangkat mudik.

Najib meletakan kardus bekas bungkus mie instan di antara ba­tang stir dengan tempat duduk sepeda motor. Kardus itu diikat dengan menggunakan tali plas­tik berwarna hitam agar tidak mudah jatuh.

Setelah menaruh kardus mie, lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai karwayan di sebuah rental penyewaan sound system ini kemudian meletakan tas koper ukuran sedang di belakang mo­tornya yang sudah disulap men­jadi bagasi mini.

Bagasi itu terbuat dari dua batang besi yang dikaitkan di besi di kedua sisi samping tem­pat duduk. Besi itu menjulang ke arah belakang motor. Panjang besi sekitar 30 cm.

Agar kuat ba­gasi itu ditopang besi pe­nyang­ga yang juga ter­buat dari besi yang dikaitkan di  baut shock ble­ker di kedua  se­belah kiri dan kanan.

“Kardus ini berisi oleh-oleh buat keluarga di kampung. Kalo koper ini berisi baju-baju saya dan baju baru untuk sanak sau­dara di kampung,” kata Najib sam­bil mengencang baut meng­gunakan kunci pas nomor 15-16.

Najib mudik ke Cirebon, Jawa Tengah. Dia sudah tiga tahun mudik memakai sepeda motor.

Dia menceritakan persiapan mudik yang sudah dilakukannya. Katanya, untuk mempersiapkan mudik setidaknya menghabiskan waktu selama dua hari. Hari per­tama, untuk belanja oleh-oleh buat dibawa ke kampung. Mujib biasanya belanja di  Pasar Tanah Abang, Jakarta.  Oleh-oleh yang dibawanya bia­sa­nya berupa makanan dan pakaian.

Hari kedua, dia manfaatkan waktunya untuk mempersiapkan fisik kendaraan. Membawa motor ke bengkel dan memasang besi yang digunakan untuk meng­angkut koper.

“Kalau besi ini (untuk angkut  koper-red) sudah saya buat sejak 2 tahun ini. Ini bisa dibongkar pasang. Nanti setelah mudik bisa dilepas lagi,” kata pria yang mengaku masih bujangan itu.

Kenapa mudik pakai motor? Najib menjawab, lebih murah. Bila menggunakan jasa kereta api, biaya dikeluarkan besar. Untuk tiket sekali jalan Rp 100 ribu. Itu Belum termasuk biaya ma­kan dan biaya transportasi  ke kampung setelah turun dari sta­siun. Sementara bila naik motor,  biaya yang dikeluarkan tidak le­bih dari Rp 30 ribu. Biaya itu un­tuk untuk mengisi bensin 2 kali.

“Saya biasa ini Rp. 15 ribu saat mau berangkat dan di tengah jalan saya isi Rp 15 ribu lagi. Sam­pai di kampung bensinnya masih sisa banyak,” ungkapnya.

Dan perlu diketahui, biaya mudik tersebut untuk dua orang. Sebab Mujib biasa mudik berdua, boncengan dengan temannya.

Selain murah, mudik memakai sepeda motor efisien. Dia tidak harus pusing dan membuang banyak waktu untuk mencari tiket bus atau kereta. Tinggal starter motor, langsung greeng, tancap gas.

Najib mengaku, mudik meng­gunakan sepeda motor tidak ter­lalu letih malahan sebaliknnya me­nyenangkan. Karena se­pan­jang jalan banyak juga orang yang mudik memakai motor. Dia merasa seperti sedang jalan-jalan saja. Konvoi bersama-sama. Bedanya tidak saling kenal.

Sementara pemudik motor lain, Jamil beralasan mudik memakai sepeda motor agar di kampung bisa dipakai untuk keliling-keliling ke sana saudara. “Kita di kampung kan jalan-jalan ke rumah saudara dan terkadang rekreasi, kalau tidak ada ken­daraan repot mas,” kata Jamil.

Warga Cengkareng, Jakarta Barat ini mudik ke Tegal, Jawa Tengah. Dia membantah tu­dingan banyak orang kalau pe­mudik memakai motor karena ingin pamer di kampung. Dite­gaskannya, mudik memakai mo­tor agar efisien dan murah.

Bukankah mudik pakai motor berbahaya? Jamil menjawab ti­dak bahaya kalau pemudik hati-hati sepanjang perjalanan. Semua  terpulang kepada prilaku masing-masing.  Jamil yakin, bila se­se­orang mengikuti peraturan lalu lintas dan melakukan persiapan yang matang Insya Allah akan selamat sampai tujuan. Persiapan itu diterangkannya menyangkut kondisi kendaraan dan fisik pengemudi. Dua-duanya harus dalam keadaan sehat bila ingin berangkat mudik.

Dia menilai, selama ini ba­nyak­nya kecelakaan menimpa pemudik disebabkan kelalaian pribadi. Mereka ugal-ugalan saat di jalan. Hanya masalah ken­daraan disalip orang lain, pe­ngen­dara emosional dan pada akhir­nya menimbulkan kecelakaan.

Dia mengimbau para pemudik motor tidak emosional dan tidak kebut-kebutan. Cukup kecepatan 60-8- km/jam. “Untuk apa kebut-kebutan tidak membawa manfaat. Sebaiknay pelan-pelan yang penting bisa selamat sampai tujuan,” imbuhnya.

Program Mudik Pemerintah Masih Setengah-setengah

Berbagai upaya sudah dila­kukan pemerintah dan swasta untuk menekan jumlah pemu­dik motor melalui berbagai program mudik gratis. Namun jumlah masyarakat mudik meng­gunakan sepeda motor tetap tinggi.

Kenapa demikian? Ketua Umum Masyarakat Trans­por­tasi Indonesia dan Guru Besar Transportasi Universitas Ga­djah Mada Danang Parikesit menilai, program mudik gratis hanya solusi setengah-setengah.  Sebab masyarakat hanya di­be­rikan mudik gratis tetapi tidak diberikan pulang kembali gra­tis. Sehingga banyak pemudik motor yang berpikir dua kali me­nerima tawaran tersebut.

“Mudik gratis kurang mem­berikan tawaran alternatif yang menarik bagi masyarakat pe­milik sepeda motor,” kata Danang.

Selain itu, dia me­nilai, mu­dik gratis pemerintah bisa meng­gangu bisnis angkutan umum. Dia menyarankan pro­gram itu diganti dengan pem­berian vou­cher angkutan bus atau kereta api kepada masya­rakat.

Karena dengan begitu, mudik akan menguntungkan bagi se­mua pihak yang berke­penti­ngan. Perusahaan penye­leng­gara ang­kutan tidak kehi­langan pe­numpang dan masya­rakat bisa mengakses trans­portasi de­ngan biaya murah.

Ketua Komite II Dewan Per­wakilan Daerah (DPD),  Bam­bang Susilo pesimis jumlah pemudik motor di masa yang akan datang akan berukurang jika Kementerian Perhu­bu­ngan tidak memiliki terobosan yang cerdas mengatasi feno­mena persoalan mudik.

Dia melihat, masyarakat menggunakan sepeda motor untuk pulang kampung bukan tidak hanya semata-mata per­tim­bangan ekonomi namun ada faktor lain. Masyarakat merasa lebih nyaman mudik memakai motor karena layanan trans­portasi diselenggarakan pe­merintah buruk. Hal tersebut bisa dilihat dari pelayanan yang diberikan pemudik di stasiun, terminal dan pelabuhan. “Mi­sal­nya di Pelabuhan, coba kita lihat. Para pemudik harus de­sak-desakan. Mereka tidur di tempat yang tidak memadai. Itu kan sangat tidak manusiawi,” ujar Senator asal Kalimantan Timur ini.

Menurutnya, persoalan mu­dik tersebut tidak pantas terjadi setiap tahun. Karena masalah tersebut bukanlah kejadian baru tetapi sudah menjadi rutinitas tahunan. Pemerintah seharus­nya memperbaiki masalah ter­sebut jauh-jauh hari sebelum Ramadhan.

Bambang menilai, Kinerja Pekerjaan Umum lebih baik  ketimbang Kemenhub di dalam melakukan persiapan mudik. “Tiap tahun, Kementerian PU bisa menyediakan tambahan layanan jalan, sementara Ke­menterian Perhubungan masih berkutat dengan masalah yang sama,” tambahnya.

Aktivis 98, Sahid Mustaqim meminta semua kalangan tidak hanya menyalahkan peme­rin­tah. Karena memang tidak mu­dah melayani pemudik motor yang jumlahnya sangat tinggi. “Pelayanan mudik gratis tidak akan bisa menjangkau semua masyarakat karena keterbatasan kemampuan,” imbuhnya.

Namun demikian, dia ber­harap pemerintah tidak lepas tangan. Dia meminta ke depan pemerintah lebih kreatif untuk menekan jumlah kecelakaan pe­mudik mo­tor. Dia usul ke depan, pe­merintah memfokuskan diri penyiapan relawan untuk mem­bantu aparat kepolisian di jalan. Para pemudik dipaksa untuk mentaati rambu lalu lintas. Menurutnya, selama ini ke­celakaan dialami pemudik mo­tor tidak sedikit akibat ke­tidakpatuhan para pemudik. Dia yakin bila pemudik tertib maka jumlah kecelakaan akan ber­kurang.


IPW Kritik Larangan Mudik Pakai Kuda Besi

Ketua Presidium IPW, Neta S Pane mengkritik pe­merintah me­larang ma­syarakat mudik meng­gunakan sepeda motor.

“Mereka mudik pakai motor tentu ada alasannya, terutama mempertimbangkan masalah ekonomi, “ kata Neta.

Neta juga mengkritik sikap kepolisian yang ikut-ikutan mem­berikan larangan. Dia me­minta, kepolisian tidak me­la­rang dan sebaliknya sebagai pengayom masyarakat mem­bantu para pe­mudik motor agar bisa pulang kampung dengan lancar. Bekerja keras mengatur lalu lintas agar tertib. Dan mem­berikan rasa aman karena pada setiap mudik dan arus balik sering terjadi tin­dak kriminalitas di jalan.

Larangan masyarakat mudik memakai motor pernah disam­paikan Kepala Koordinator Lalu Lintas (Korlantas) Polri, Irjen Polisi Puji Hartanto. Dia bilang kepolisian akan menindak tegas para pemudik motor.

Namun di­je­laskannya tin­dakan tegas di­maksudnya baik yakni untuk membantu pemudik. Bu­kan untuk menilang pemudik melainkan mem­berikan pe­nga­rahan agar pe­mu­dik pindah memakai bus atau me­naikkan motornya ke atas truk yang disediakan pemerintah.

Imbauan itu ditegaskannya  tidak bersifat memaksa. Bila pemudik tetap ingin memakai sepeda motor, kepolisian akan mengawalnya.

Puji sebenarnya menya­yang­kan masih tingginya angka pe­mudik menggunakan sepeda motor. Karena mudik memakai motor berbahaya.

Dia mengimbau kepada semua pengguna jalan agar tertib baik saat mudik maupun pulang. Untuk para pengendara sepeda motor diingatkannya agar selalu memakai helm.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Anang Iskandar me­ngatakan, mudik dengan sepeda motor memiliki resiko tinggi terjadinya kecelakaan diban­ding­kan kendaraan roda empat. Dia me­nyarankan masyarakat agar mem­petimbangkan dengan ma­sak bila ingin berpergian jauh. [HARIAN RAKYAT MERDEKA]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA