Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pujakessuma Nusantara Bagikan Ratusan Sertifikat Yang Ditahan Oknum

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Jumat, 13 April 2018, 14:36 WIB
Pujakessuma Nusantara Bagikan Ratusan Sertifikat Yang Ditahan Oknum
Foto: Pujakessuma Nusantara
rmol news logo Presiden Joko Widodo telah membagikan 9 ribu sertifikat tanah kepada masyarakat saat melakukan kunjungan kerja di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara pada akhir November tahun lalu.

Namun, siapa sangka, begitu Jokowi kembali ke Jakarta, ribuan sertifikat yang diterbitkan dan dibagikan secara gratis itu ditarik kembali oleh oknum-oknum kepala dusun dan kepala desa.

Untuk mengambil seritikat yang 'ditahan' itu, para pemilik harus menebusnya sebesar Rp 2 juta hingga Rp 5 juta. Bila tidak, sertifikat akan terus 'disandera'.

Mendapat  pengaduan masyarakat yang resah dan terzolimi akibat dugaan pungutan liar dan pemerasan itu, Ketua Umum Putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku (Pujakessuma) Nusantara, Suhendra Hadi Kuntono bergerak bersama kader-kadernya untuk mempersuasi oknum-oknum kepala dusun dan kepala desa itu.

Suhendra sekaligus mengancam bila sertifikat-sertifikat yang ditahan itu tidak segera dibagikan kepada para pemiliknya secara cuma-cuma, maka ia akan memperkarakannya secara hukum.

"Alhamdulillah, setelah kita persuasi, timbul kesadaran dari oknum-oknum itu untuk membagikan sertifikat-sertifikat yang sempat disandera secara gratis kepada para pemiliknya. Pembagian sertifikat langsung kepada masyarakat itu kita fasilitasi," ujar Suhendra Hadi Kuntono dalam keterangannya, Jumat (13/4).

Hal itu, kata Suhendra, terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Secanggang, Langkat, antara lain Desa Telaga Jernih.

"Kami akan terus bergerak ke desa-desa dan kecamatan-kecamatan lain di Langkat, karena disanyalir masih ada ribuan sertifikat tanah yang belum diserahkan kepada pemiliknya," jelas pria low profile kelahiran Medan 50 tahun lalu ini.

Langkah Pujakessuma Nusantara menjadi semacam tim bayangan dan mengawal kebijakan Nawacita ala Presiden Jokowi ini diklaim Suhendra bukan yang pertama dan terakhir. Sebab, tidak jarang para pejabat atau birokrat di bawah sering memberikan laporan ABS (asal Bapak senang), namun di balik itu sering kali ada persoalan.

"Contohnya ya pembagian sertifikat di Langkat itu. Yang jadi korban adalah rakyat kecil," cetusnya.

Suhendra mensinyalir, kasus 'penyanderaan' sertifikat yang merupakan Proyek Nasional (Prona) dan digenjot pada masa pemerintahan Presiden Jokowi ini, bukan hanya terjadi di Langkat atau Sumut saja, melainkan juga di daerah-daerah lain, termasuk DKI Jakarta. Sebab itu, Suhendra mengaku akan terus bergerak ke daerah-daerah lain, terutama di Sumatera, Sulawesi dan Maluku yang terdapat komunitas Pujakessuma Nusantara.

"Kami menyebut langkah ini sebagai Bhakti Pujakessuma Nusantara," tandasnya.[wid]
 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA