Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Atap Rusak, Siswa Ngeri Belajar Di Dalam Kelas

SDN Pademangan Barat 05 Pagi Kekurangan Kelas

Rabu, 27 Maret 2013, 08:38 WIB
Atap Rusak, Siswa Ngeri Belajar Di Dalam Kelas
ilustrasi, sekolah rusak
rmol news logo Atap sekolah yang ambruk terjadi lagi di Jakarta. Ruang kelas V SDN Pademangan Barat 05 Pagi, Jakarta Utara, roboh saat siswa sedang mengikuti try out.

Fazry dan teman-temannya diminta pindah ke ruangan kelas VI. Ruangan kelas V tempat mereka belajar akan dipakai try out siswa kelas VI yang akan menghadapi ujian nasional. Ruang kelas V dipilih untuk tempat try out karena letaknya dekat dengan ruang guru.

Tak sampai sejam sejak pindah ruangan, Fazry mendengar suara benda berat jatuh. Suara itu berasal dari ruang kelasnya. “Braaak... Suaranya kenceng banget,” kisah bocah itu.

Sontak, try out di kelas itu dihentikan. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas lain juga terhenti. Guru-guru berhamburan ke asal suara keras itu.

Atap bagian luar kelas V ambruk. Khawatir atap bagian dalam juga roboh, siswa kelas VI diminta keluar ruangan kelas.  Ruangan itu pun dikosongkan.

Lokasi atap kelas yang ambruk ditutup dengan papan tripleks. “Dilarang Mendekat!!! Sedang Dalam Perbaikan.”

Pengamatan Rakyat Merdeka kemarin,  belum terlihat ada perbaikan terhadap atap itu. Posisi genteng sudah melorot, sewaktu-waktu bisa jatuh. Kayu-kayu tempat menempatkan genteng sudah patah.

Kayu-kayu yang mencuat terlihat keropos. Terlihat seperti sudah digerogoti rayap. Atap yang rusak sepanjang delapan meter.

Toto, Ketua RW 01, Kelurahan Pademangan Barat melihat kondisi sekolah ini kemarin. Ia datang bersama Heru, Seksi Pembangunan RW 01.  “Kayunya lapuk. Itu bolong-bolong dimakan rayap,” kata Heru sembari menunjuk ke atap atap.

Heru mendengar kabar atap sekolah ini roboh dari putrinya, Nur  Fadilah. Putrinya sekolah di sini.  Ia mengaku terkejut mendengar kabar itu. Sebab, sekolah ini belum lama direnovasi total.

“Ya masih baru lah, sekitar empat tahun lalu. Memang, sejak tahun kemarin tidak ada renovasi,” katanya.

Sambil melihat-lihat kondisi sekolah, Toto mengontak seseorang lewat telepon genggamnya. Orang yang dihubungi adalah Mulyati, kepala sekolah ini.

Dari Mulyati, Toto mendapat informasi bahwa Suku Dinas (Sudin) Pendidikan Jakarta Utara sudah melihat kondisi atap yang ambruk. Pihak Sudin akan mengirim pekerja untuk memperbaiki Selasa.

“Sore ini mau datang pekerja untuk memperbaiki,” kata Toto.

Toto mengatakan, atap sekolah ini perlu segera diperbaiki. Genteng-genteng yang sudah melorot itu bisa sewaktu-waktu jatuh dan menimpa siswa.

“Saya juga alumni sini, jadi prihatin juga ngeliatnya. Alhamdulillah tidak ada korban,” kata Toto yang baru setahun terpilih jadi ketua RW itu.

Meski sebagian atap kelas V ambruk, pihak sekolah tak menutup ruangan itu. Ruangan itu tetap dipakai siswa kelas V untuk belajar.

Fazry mengaku was-was belajar di dalam ruang kelas. Ia khawatir atap tiba-tiba ambruk dan menimpanya. “(Kami) nggak dipindah. Ngeri lah takut kejatuhan,” ujarnya polos.

“Tau nih nggak dibetulin juga, anggarannya ada nggak sih,” celetuk Arul, siswa kelas III sekolah itu yang bermain bersama Fazry.  Keduanya asyik memancing di selokan depan sekolah.

SDN Pademangan Barat 05 Pagi terletak di Jalan Satria 1 No. 2C, Pademangan Barat, Jakarta Timur. Sekolah yang dibangun sejak 1962 itu hanya menyelenggarakan belajar mengajar dari pagi sampai pukul 12 siang.

Plang besi nama sekolah terlihat kusam dan berkarat. Plang itu dipasang merapat tembok pos keamanan warga. Mereka yang mencari keberadaan sekolah akan sedikit kesulitan karena plang sekolah tak mencolok.

Lokasi sekolah menjorok ke dalam. Tak ada gerbang. Hanya jalan aspal selebar tiga meter sebagai akses keluar-masuk lokasi sekolah. Jalan ke dalam itu sepanjang 20 meter. Tembok rumah mengapit jalan itu.

Ruang kelas V yang atapnya roboh ada di sebelah kiri jalan masuk. Memasuki area sekolah terlihat ruang guru dan kepala sekolah. Ruang kelas V menghadap ke ruang guru itu. Ada lapangan kecil berukuran 3x8 meter yang memisahkan kedua ruangan.

Kepala Sudin Pendidikan Dasar Jakarta Utara Dian Hardian menuturkan, pihaknya sudah mengusulkan pada musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) 2013 untuk merenovasi total atau sekolah-sekolah di kawasan Jakarta Utara, termasuk SDN Pademangan Barat 05 Pagi.

“Sudah diusulkan rehab total atau rehab berat ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Kami sedang usahakan bangunan sekolah dibuat tingkat atau merger ke sekolah lain. Tapi, kami masih mengkaji beberapa alternatif itu, karena lahan sekolahnya kecil dan ukurannya tidak standar,” ujarnya.

Menurut Dian, idealnya sekolah memiliki luas 2.500 hingga 3.000 meter persegi. Sementara SDN Pademangan 05 Pagi menempati lahan sempit yang berada di tengah-tengah pemukiman penduduk.

Menunggu kajian mengenai SDN Pademangan Barat 05 Pagi, Dian akan memperbaiki atap kelas yang ambrol. Perbaikan menggunakan dana Biaya Operasional Pendidikan (BOP).

“Penanggulangan sementara itu dari BOP, karena ini sifatnya hanya pemeliharaan sekolah. Besok rencananya mau langsung diperbaiki,” tandasnya.

Halaman Ditutup, Numpang Olahraga Di Lapangan Futsal

Ambruknya sebagian atap di ruangan Kelas V SDN Pademangan 05 Pagi membuat sekolah menghentikan mata pelajaran olahraga.  Padahal, mata pelajaran itu paling diminati para siswa.

Selama ini, halaman yang bersebelahan dengan ruang kelas V yang atapnya ambruk, dipakai untuk tempat siswa berolahraga.  Halaman itu kini ditutup untuk mencegah siswa cedera jika sewaktu atap kembali ambrol.

Arul, siswa kelas III mengatakan, pelajaran olahraga dilakukan di luar sekolah. Kemarin, siswa kelas itu berolahraga di lapangan futsal tak jauh dari sekolah.

“Maen bola doang. Nggak ada pelajarannya,” kata dia.

Fazry, siswa kelas V mengatakan, sejak atap ambruk dan halaman ditutup, para siswa hanya belajar teori di kelas. Padahal, siswa senang praktik di luar kelas.

“Biasanya, main bola, sama kasti. Sekarang nggak boleh, ditutup,” gerutunya.

Pantauan Rakyat Merdeka, tidak ada lapangan di sekolah untuk tempat para siswa bermain. Luas sekolah itu terbilang sangat kecil, tak sampai 500 meter persegi.

Ruang terbuka hanya berada tepat di bawah atap yang ambruk, dengan luas sekitar 3x8 meter. Halaman itu berbatas dengan tembok rumah warga.

Sari, adik penjaga sekolah Asep mengatakan, sekolah ini sejak dulu tidak memiliki lapangan. Hany ada lima ruang kelas plus satu perpustakaan. Karena kurang ruanganya, siswa kelas III dan kelas I bergantian memakai ruang kelas.

“Satu angkatan satu kelas saja. Emang kecil nih sekolah,” papar Sari yang mengaku diminta pihak sekolah untuk menggantikan kakaknya menjaga sekolah untuk sementara.

Setiap Senin sekolah menggelar upacara bendera. Para siswa pun sebanyak 175 siswa berdesakan di halaman dalam sekolah yang hanya memiliki lebar lima meter dan panjang 15 meter. “Ya manjang aja kebelakang, sempit banget di sini. Tapi kelasnya bagus,” ujarnya bangganya.

Menurut pantauan Rakyat Merdeka, ruangan kelas-kelas di sekolah ini memang bagus. Di setiap kelas ada 20 meja. Setiap meja ada kursi untuk tempat duduk siswa. Meja dan kursi siswa model baru.  Lantai kelas dilapisi keramik putih. Atapnya mulus tertutup gypsum.

Di depan kelas dipasang whiteboard berukuran 1x2 meter.  Di atas whiteboard itu terdapat kipas angin untuk menyejukkan ruangan.

Belum Lama Direnovasi Kok Sudah Ambruk

Sepanjang 2012, ada tiga sekolah dasar yang atapnya ambruk. Yaitu, SDN 20 Pagi Cipinang Besar Selatan, SDN Rawamangun 03 Pagi, dan SDN Cijantung 02 Pagi.

Pada 4 Juni 2012, tepat tengah malam, atap di SDN 20 Pagi Cipinang Besar Selatan Jatinegara, Jakarta Timur, mendadak ambruk. Peristiwa terjadi saat sekolah justru hampir selesai direnovasi.

Beruntung,  tidak ada korban jiwa atas kejadian itu. Namun, delapan ruangan di sekolah itu rusak akibat dipenuhi puing reruntuhan genteng dan rangka baja ringan.

Ruangan itu adalah 3B, 4A, 4B, 5A, 5B, 6,  ruang Kepala Sekolah dan ruang Unit Kesehatan Sekolah.

Akibat musibah tersebut, aktivitas kegiatan belajar mengajar siswa terpaksa ditiadakan. Para murid pun memilih bermain-main di lapangan. Ke delapan tersebut kondisinya berantakan dengan rangka dan reruntuhan puing berserakan.

“Untung ambruknya nggak pagi pas anak-anak sekolah, Alhamdulillah sih tidak menimbulkan korban jiwa,” papar Iwa Kartiwa, salah seorang warga yang anaknya bersekolah di SDN 20 Pagi Cipinang Besar Selatan Jatinegara.

Pada 6 November 2012 atap SDN Rawamangun 03 Pagi, Pulogadung, Jakarta Timur, juga ambruk. Kejadiannya juga pada tengah malam.

Kepala Sekolah SDN Rawamangun 03 Pagi Nani Iriantin mengatakan, pihaknya kecewa atas ambruknya bangunan sekolah. Padahal, sekolah itu tengah direnovasi.

“Sepengetahuan saya, sekolah ini juga pernah direnovasi tahun 2006, tetapi insiden ini baru terjadi pertama kali,” ucap Nani sembari menjelaskan bahwa komponen bahan bangunan, termasuk genteng baru dan bagus.

Selang 15 hari kemudian, atap SDN Cijantung 02 Pagi yang terletak di Jalan Pertengahan, Gang Kramat RT 03/03 Pasar Rebo, Jakarta Timur, pukul 14.30 WIB ambruk.

Atap sekolah yang sedianya tengah dilakukan proses rehabilitasi tersebut, mendadak ambruk dan mencederai seorang pekerja bangunan bernama Heri, yang tengah menyelesaikan proses pengerjaan.

“Warga sekitar mendengar suara gemuruh kencang, setelah diperiksa ternyata atap sekolah ambruk,” ujar Dadan Perdana (22), warga sekitar SDN Cijantung 02 Pagi.

Kepala SDN Cijantung 02 Pagi, Fauzan, mengatakan, sejak gedung sekolahnya direhab, sebanyak 351 siswa-siswinya telah diungsikan ke SDN Gedong 10 Pagi dan di PAUD Karang Taruna RW 03 Cijantung. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA