"Bila harapannya, saya takut mengkritik karena nanti bisa dipanggil lagi dan bisa dikriminalisasi. Dan stop mengkritik. Tidak sama sekali, Saya akan lebih keras mengawasi kinerja polisi," kata Dahnil kepada redaksi, Selasa (23/1).
Menurut Dahni, sikap kritis tersebut ia lakukan karena saya sayangnya kepada lembaga kepolisian dan ingin polisi lebih baik serta bisa dipercaya oleh masyarakat.
"Karena terang saat ini ada distrust terhadap polisi," tegas pendiri Madrasah Antikorupsi.
Solusi yang tetap pihaknya tawarkan, imbuh Dahnil, adalah untuk membantu polisi mengungkap kasus penyiraman Novel Baswedan. Salah satunya ikut mendorong Presiden Joko Widodo untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
"TGPF nanti beranggotakan tokoh-tokoh yang berani, independent, dapat dipercaya dan memiliki komitmen tinggi terhadap perlawanan korupsi dan HAM," tegas Dahnil.
Dahnil berharap kedepannya, polisi jangan lagi membuat framing jika dirinya hanya mengada-ngada di hadapan publik.
"Polisi bilang 'Dahnil tidak punya fakta cuma asumsi dan pendapat pribadi saja', ini yang menjadi lucu, seolah mau membangun framing. Jadi fokus saja pada mengejar mereka-mereka yang diduga sebagai pelaku, dan tetap terbuka dengan berbagai kritik," demikian Dahnil.
[san]
BERITA TERKAIT: