Sejak kaum kolonialis kerajaan Inggris menemukan sumber batu bara berlimpah-ruah di utara kota Sydney, maka batu bara berperan sebagai primadona ekspor Australia akibat persediaan alam jauh melebihi kebutuhan domestik. Diramalkan bahwa pada tahun 2019, batu bara masih menjadi primadona ekspor Australia. Masa keemasan batu bara Australia makin gemerlap akibat RRChina menjadi runner-up pengimpor batu bara Australia terbesar setelah Jepang.
Kini masa keemasan mulai meredup akibat gerakan global menyambut perubahan iklim secara lambat namun pasti mempengaruhi gelora syahwat konsumsi terhadap batu bara. Untuk pertama kali pemerintah Australia mengeluarkan undang-undang yang membatasi penambangan batu bara baru yang potensial. Hal itu meningkatkan pemanasan iklim planet bumi sesuai yang dikuatirkan para pejuang lingkungan hidup. Australia juga ingin melepaskan ketergantungan ekonomi erhadap ekspor batu bara ke RRChina.
Perang dagang mulai menggelora akibat RRChina dendam akibat penolakan Australia terhadap rencana Huawei membangun mobile network kaliber raksasa bengkak di Australia. RRChina mulai mengurangi impor batu bara dari Australia sambil meningkatkan impor batu bara dari negeri lain termasuk Indonesia. Namun tampaknya Australia sudah mantap untuk mengikuti jejak Donald Trump yang melancarkan perang dagang terhadap RRChina demi melepaskan diri dari ketergantungan ekonomi pada RRChina mau pun menyeimbangkan neraca defisit perdagangan yang jauh lebih menguntungkan negeri panda ketimbang kanguru.
Tentu saja kebijakan pemerintah Australia melindungi kepentingan ekonomi domestik bukan hanya memperoleh perlawanan sengit dari luar negeri belaka namun juga ditentang oleh para importir Australia sendiri yang tentu saja mati-matian berjuang agar jangan sampai sumber nafkah gilang-gemilang mereka meredup apalagi memusnah. Perlawanan sengit para eksportir Australia terhadap kebijakan mengurangi ekspor batu bara sama wajarnya dengan para importir beras Indonesia yang secara kodrati gigih melawan kebijakan swasembada beras.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: