Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pedagang Di Lenggang Jakarta Kembali Jualan Di Pinggir Jalan

Situasinya Sangat Sepi Pembeli

Sabtu, 18 Maret 2017, 08:52 WIB
Pedagang Di Lenggang Jakarta Kembali Jualan Di Pinggir Jalan
Foto/Net
rmol news logo Keramaian di Lenggang Jakarta Kemayoran tidak berlangsung lama. Kawasan yang baru diresmikan akhir tahun 2016 itu, kini sepi. Berbanding lurus dengan kondisi tersebut, pedagang pun mulai mengeluh.

Matahari telah beranjak tinggi, namun warung nasi milik Ponira belum juga kedatangan pengunjung. Padahal, siang hari, biasanya orang hilir mudik mencari tempat makan.

Rakyat Merdeka pun menghampiri warung nasi milik Ponira. Letaknya di pojokan, persis di pinggir Gang Lalat, yang masih masuk kawasan Lenggang Jakarta Kemayoran. Beberapa pemukiman warga di wilayah itu, beberapa waktu lalu, terkena dampak penertiban Pemprov DKI Jakarta.

Warungnya sederhana, sama seperti puluhan lapak lainnya di kawasan itu. Hidangan yang ditawarkan Ponira pun terbilang sederhana, seperti di warung lainnya. Makanan sehari-hari warga yang harganya terjangkau.

Makanan-makanannya diletakkan di sebuah etalase berukuran panjang 1,5 meter, lebar setengah meter, dan tinggi dua meter. Di depan etalase, sebuah meja dan dua buah kursi yang bersambung dengan kursi-kursi lainnya di kawasan itu, meleng­kapi warung Ponira.

Di atas meja, Ponira juga meletakkan beragam camilan pendamping makanan berat, mulai dari bakwan, tahu dan martabak telor. Beberapa botol air mineral, turut memenuhi meja saji war­ung Ponira yang berada di los nomor 81.

Warung-warung di kawasan Lenggang Jakarta dibuat se­ragam. Bangunannya masih baru. Maklum, baru tiga bulan lalu diresmikan Pemprov DKI. Rangkanya terbuat dari baja, sedangkan atapnya dari bahan sejenis seng.

Sayangnya, tak ada terpal pe­nahan air. Jika hujan, ditambah angin kencang, bisa dipastikan air tampias ke warung-warung hasil CSR perusahaan minuman tersebut.

Sama seperti milik Ponira, warung-warung milik warga lainnya pun sepi. Dari puluhan warung yang berada di deretan warung Ponira, tidak sampai 10 warung yang buka. Pantauan hari itu, pengunjungnya pun bisa dihitung jari. Warung-warung yang tutup tampak ditinggalkan begitu saja.

Namun, pemandangan berbe­da tampak di kawasan Lenggang Jakarta Kemayoran yang berada di sisi Jalan Kemayoran Gempol. Puluhan warung yang serupa dengan warung milik Ponira tampak terisi. Pengunjung tidak ragu masuk ke warung-warung tersebut.

Sambil menyajikan segelas teh hangat dan makanan yang dipesan Rakyat Merdeka, Ponira menumpahkan keluh kesahnya. Wanita berkulit sawo matang ini, mengaku sudah menempati losnya dari awal diresmikan.

"Dari awal launching, saya sudah dagang di sini. Tadinya, warung saya tak jauh dari tem­pat sekarang ini," ucap Ponira sambil menunjuk tempat bekas warungnya.

Warung milik Ponira sebel­umnya terkena dampak gusuran. Pada awal menempati warung ini, Ponira optimis usahanya akan berjalan lancar. Namun, beberapa bulan belakangan, harapan terse­but makin sulit jadi kenyataan.

"Sepi pembelinya Mas. Saya nyari Rp 300 ribu saja susah. Beda dengan yang berdagang di dekat Masjid Akbar, di sana sehari bisa jutaan. Di sini sepi, pengunjungnya hampir tidak ada. Hari ini saja sampai Mas datang, minuman botol baru laku satu," keluhnya.

Tak seperti Ponira, Yatmi, pedagang kuliner pisang goreng sempat menempati area Pasar Lenggang Jakarta Kemayoran. Namun, hanya tiga hari sejak diresmikan pada 29 Desember 2016, dia kembali berjualan di seputar Masjid Akbar yang berada di Jalan Apron 1.

Yatmi beralasan, sepinya pem­beli membuatnya kembali berda­gang di pinggir jalan. Soalnya, area Lenggang Jakarta masih minim pengunjung. "Dulu sih di sana, saya ambil nomor undian. Tapi cuma dagang tiga hari, pas awal diresmikan, karena tidak ada yang beli," kata Yatmi.

Awalnya, dia bersemangat karena menilai bahwa Pasar Lenggang Jakarta Kemayoran lebih layak dan memiliki area parkir yang cukup luas. Yatmi juga tergiur dengan penawaran pihak Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) yang menyebutkan bahwa kios akan digratiskan.

"Saya doang yang semangat ambil undian. Teman-teman yang lain tidak ikut. Kata mereka, lahannya tidak bagus. Ternyata benar kejadian, sepi sampai sekarang," ucapnya.

Meski kerap kehujanan dan berjualan dengan penuh was-was akibat penertiban oleh Satpol PP yang datang secara tiba-tiba, Yatmi tetap memilihberdagang di pinggir jalan karenabanyak pembeli di area tersebut. "Percuma kalau bagus tapi tak ada yang datang. Saya tidak punya penghasilan dong," tandasnya.

Sepinya Lenggang Jakarta Kemayoran pun berbuah peno­lakan dari pedagang pasar lain yang hendak dipindahkan ke tempat tersebut. Para pedagang di Pasar Jiung yang mayori­tas menjual pakaian, celana, alat elektronik, tas dan sepatu, engganpindah ke Lenggang Jakarta Kemayoran.

"Kalau yang dagang makananenak, sudah ada tendanya sendiri, dibuatkan. Kalau yang tidak jual makanan, tendanya bikin sendiri, keluar uang lagi," kata Ima, pedagang di Pasar Jiung, tak jauh dari Lenggang Jakarta Kemayoran.

Selain itu, masih sepinya pengunjung di Lenggang Jakarta Kemayoran juga menjadi faktor utama. Meskipun di area terse­but terdapat banyak fasilitas yang cukup memadai dalam hal lahan parkir dan kenyamanan.

"Biar lahan parkirnya besar, tempatnya bagus, kalau sepi buat apa pindah? Lebih baik di sini, meski hujan becek, tapi ada hasilnya," ujar Ima.

Pedagang lain bernama Syahroni menuturkan, pindah ke Lenggang Jakarta Kemayoran akan membuat dirinya repot, kar­ena harus memindahkan semua stok dagangannya. Tidak adanya tempat untuk menyimpan dagan­gan, juga menjadi kendala.

"Di Pasar Jiung, kami ada gudangnya. Kalau di sana mau taruh dimana? Sewa tempat lagi? Biaya lagi dong," tandasnya.

Latar Belakang
Lenggang Jakarta Kemayoran Pinjam Lahan PPKK Dua Sampai Tiga Tahun


Desember lalu, Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta, Saefullah meresmikan kawasan kuliner Lenggang Jakarta Kemayoran. Di lokasi ini, terdapat ratusan pedagang dari berbagai unit usaha.

Lokasi yang berada di antara Jalan Garuda dan Kemayoran Gempol ini, ditempati sebanyak 98 pedagang kuliner, 10 ku­liner ikonik dan 125 pedagang non kuliner. Saefullah meng­harapkan, kesuksesan Lenggang Jakarta di kawasan IRTI Monas bisa ditularkan ke Lenggang Jakarta Blok Kemayoran.

"Ini kerjasama kesekian kalinya dengan pihak swasta. Kami harapkan kesuksesan Lenggang Jakarta di IRTI bisa diikuti, agar bisa menyejahterakan masyarakat yang ada di sekitar Kemayoran," ucap Saefullah.

Dia menjelaskan, lokasi Lenggang Jakarta Kemayoran menggunakan lahan milik Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK) dengan sistem peminjaman selama dua sampai tiga tahun. Saefullah mengharapkan, para pedagang bisa memanfaatkan waktu yang singkat tersebut untuk digunakan sebaik-baiknya, apabila suatu saat nanti akan digunakan PPKK.

"Kawasan ini kawsan pinja­man dari PPKK, ada batas wak­tunya. Saya harap pedagang di sini laris, serta bisa nabung agar bisa berusaha di tempat yang benar-benar legal. Kalau perlu dua sampai tiga tahun nanti jadi pemilik toko di Thamrin City," gurau Saefullah.

Tempat yang nantinya direncanakan untuk dibangun Gedung Mapolres Metro Jakarta Pusat tersebut, juga di­harapkan bisa dipercantik para stakeholder.Hal itu guna men­dukung lancarnya pagelaran Asian Games 2018 yang ke-18 di Jakarta.

"Mungkin 2018, Mapolres Metro Jakpus akan pindah domisili ke sini. Akan kami rancang ada pengamanan dan penjualan. Kalau bertahan sampai tahun 2018, saya harap semakin bagus. Karena akan ada sekitar 18 ribu tamu yang akan bermalam di Kemayoran," ucapnya.

Di kesempatan sama, Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Irwandi menjelaskan, Lenggang Jakarta Blok Kemayoran merupakan upaya pihaknnya untuk bisa menampung para pedagang kaki lima (PKL) ke tempat yang lebih layak.

Untuk itu, dalam waktu dekat, dia berharap para pedagang yang masih bejualan di depan Masjid Akbar dan Pasar Jiung, bisa bergabung ke lokasi yang dipinjamkan pihak PPKK.

Terkait jangka waktu pemakaian lokasi, Irwandi menjelaskan, akan mengupayakan untuk memperpanjangnya ke­pada PPKK. "Nanti kami lihat, tidak menutup kemungkinan kami akan memperpanjangnya. Mudah-mudahan bisa terealisasi," tuturnya.

Pembangunan Lenggang Jakarta Kemayoran berlangsung selama kurang lebih empat bulan. Dananya berasal dari corpo­rate social responsibility (CSR) sebesar Rp 2,5 miliar. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA