Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jalan Gunung Sahari Banjir Sedalam 1,5 Meter

Setelah Siang Hari Surut Jadi 20 Cm

Rabu, 22 Februari 2017, 10:04 WIB
Jalan Gunung Sahari Banjir Sedalam 1,5 Meter
Foto/Net
rmol news logo Hujan deras terus mengguyur Jakarta. Akibatnya, sejumlah ruas jalan di Ibukota terdampak banjir. Banyak kendaraan bermotor yang mogok karena nekat menerobos banjir.

Hujan yang turun sejak Selasa (21/2) dini hari, membuat Kali Ancol meluap. Jalan Gunung Sahari, Pademangan, Jakarta Utara ikut terendam air hingga sekitar satu meter. Kendaraan bermotor tidak bisa melintasi jalan tersebut.

"Banjir 1,5 meter. Jalan Gunung Sahari tidak bisa dilintasi," ujar petugas Traffic Management Centre (TMC) Polda Metro Jaya Brigadir Gery, kemarin.

Di sepanjang Jalan Gunung Sahari menuju Sawah Besar, Jakarta Pusat, terendam air ber­warna kecoklatan. Jalan yang setiap harinya selalu ramai lalu lalang kendaraan itu, kemarin seperti kali. Sebagian pemilik kendaraan yang tidak sabar, nekat menerobos banjir setinggi pinggang orang dewasa itu.

Akibatnya, banyak kendaraan, terutama motor yang mogok di tengah banjir. "Buru-buru masuk kerja, makanya nekat menerobos banjir. Jadinya mogok," ujar Qosim yang akan bekerja di ka­wasan Ancol, Jakarta Utara.

Usaha Qosim menerebos banjirsepanjang lebih dari 100 meter tidak berbuah manis. Pasalnya, motor bebeknya mogok di tengah banjir karena mesin mati terendam air. Pria berumur 40 tahun ini, akhirnya mendor­ong motornya dibantu beberapa petugas menuju ke jalan yang bebas banjir.

"Saya kira dalamnya cuma setengah meter, ternyata lebih. Stang motor sampai tidak keliha­tan karena dalamnya air," ucap warga Tanah Abang, Jakarta Pusat ini.

Pria yang mengenakan jas hujan ini, memilih Jalan Gunung Sahari karena jalan alternatif lain terlalu jauh menuju tem­pat kerjanya. Selain itu, jalan tersebut juga belum tentu aman dari banjir. "Jadi terpaksa lewat Gunung Sahari walaupun ban­jir," kata dia.

Tidak semua pengendara mo­tor nekat menerobos banjir. Sebagian dari mereka memilih menggunakan jasa gerobak agar bisa aman melintas dari banjir. Khususnya pemotor wanita. Menggunakan gerobak, beber­apa warga membantu pemotor menerobos banjir yang cukup dalam itu. "Dari pada mogok, mending nyewa gerobak agar aman," ujar Yuni.

Jasa gerobak bagi pengendara motor tidak gratis. Setiap pengendara motor harus merogoh kocek Rp 25 ribu sekali menyeberang. "Mending membayar segitu dari pada mogok. Kalau mogok harus ke bengkel, tetap keluar biaya," ujar Yuni sambil berlalu pergi.

Tidak hanya jasa gerobak yang laris manis di Jalan Gunung Sahari akibat banjir. Montir dadakan juga ikut menangguk untung. Sebab, banyak sepeda motor yang nekat menerobos dan akhirnya mogok. "Rata-rata busi motor terkena air jadi mogok," ujar Syarif, montir yang berada di Jalan Gunung Sahari.

Untuk jasa memperbaiki busi motor yang terendam air, pria berumur 36 tahun ini, memasang tarif Rp 30 ribu per motor. "Lumayan, sudah ada empat mo­tor yang saya servis," katanya.

Menjelang siang, banjir yang sedari pagi menggenangi Jalan Gunung Sahari belum juga hil­ang. Masih menyisakan genan­gan air setinggi 20 centimeter. Akibatnya, kemacetan tetap mengular di kawasan tersebut. Baik dari arah Ancol menuju Senen maupun arah sebaliknya. Selain itu, hanya jalur TransJakarta yang dapat dilalui kendaraan.

Untuk mengurai kemacetan, beberapa petugas dari Polsek Sawah Besar, Dishub DKI dan Satpol PP melakukan peng­aturan lalu lintas. Petugas juga menyiapkan mobil derek un­tuk mengevakuasi mobil yang mogok. Selain itu, toko-toko yang ada di sepanjang Jalan Gunung Sahari masih tutup dan tidak ada aktivitas.

Terpisah, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Kapusdatin dan Humas BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menye­but, ada 54 titik banjir akibat hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak Selasa dini hari.

"Ribuan rumah dan jalan terendam banjir dengan keting­gian bervariasi, 10-150 sentimeter," ujar Sutopo dalam keterangannya, kemarin.

Sutopo merinci, 54 titik banjir itu tersebar. Seperti, di Jakarta Selatan 11 titik, Jakarta Timur 29 titik, dan Jakarta Utara 14 titik.

Menurut Sutopo banjir besar yang menimpa Jakarta diakibat­kan perubahan penggunaan la­han yang begitu pesat di wilayah Jabodetabek. Hampir 80 persen hujan jatuh berubah menjadi aliran permukaan. Sementara, kapasitas drainase dan sungai jauh lebih kecil daripada debit aliran permukaan. Akibatnya, banjir dan genangan terjadi dimana-mana.

"Dari citra satelit Landsat tahun 1990 hingga 2016 menun­jukkan, permukiman dan perko­taan berkembang luar biasa," kata dia.

Dia menambahkan, pemuki­man nyaris menyatu antara wilayah hulu, tengah dan hilir dari daerah aliran sungai yang ada di Jabodetabek yang beraki­bat kepada minimnya ruang ter­buka hijau atau kawasan resapan air, sehingga air hujan yang jatuh sebagian besar menjadi aliran permukaan.

"Di wilayah perkotaan, sekitar 90 persen menjadi aliran permu­kaan," tandasnya.

Sutopo menyebut, kapasitas sungai-sungai dan drainase perkotaan mengalirkan aliran permukaan masih terbatas. Okupasi bantaran sungai menja­di permukiman padat menyebab­kan sungai sempit dan dangkal. Sungai yang harusnya lebar 30 meter, saat ini hanya sekitar 10 meter. Bahkan ada sungai yang hanya 5 meter. "Sudah pasti kondisi tersebut menyebabkan banjir," tandasnya.

Untuk itu, kata dia, relokasi permukiman di bantaran sungai adalah keharusan bila ingin memperlebar kemampuan debit aliran sungai yang melintasi beberapa kawasan di Jakarta. "Tapi, seringkali relokasi sulit dilakukan karena kendala poli­tik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat," sebutnya.

Sutopo berharap, penataan ruang dikendalikan, di mana daerah-daerah sempadan sun­gai, kawasan resapan air dan kawasan lindung harus dikem­balikan ke fungsinya.

Dikatakannya, tidak mungkin Pemprov Jakarta sendirian dalammengatasi banjir di ibu­kota. Dibutuhkan kerjasama dengan pemerintah pusat dan pemprov lain. "Studi banjir dan masterplan pengendalian banjir sudah ada sejak lama. Tinggal komitmen bersama," pungkasnya.

Latar Belakang
Inilah 54 Titik Banjir DKIVersi Badan Nasional Penanggulangan Bencana


perso­alan Banjir kembali mengganggu Jakarta. Hujan deras yang meng­guyur sejak Selasa dini hari (21/2), mengakibatkan sejumlah ruas di ibukota terendam air.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, setidaknya ada 54 titik banjir di Jakarta. Di Jakarta Selatan antara lain: JOR Arah Pondok Indah 30 cm, Duta Indah Blok M 32 cm, Kompleks Kejagung Blok H 30 cm, Kalibata City 30–40 cm, Mampang 20–50 cm, Simprug Golf Senayan 15 cm, Mampang Prapatan 40 cm, Jalan Pancoran Barat 40 cm, Jalan Kompleks Bank Indonesia 20–30 cm, Stasiun Tebet 20–40 cmdan LAN Pejompongan 30 cm.

Jakarta Timur: Kebon Pala, Kampung Makasar 40 cm, Pondok Kelapa, Permukiman Rumah Lampiri 30–50 cm, Kompleks Bilimun 70 cm, Jalan Pondok Kelapa 20-30 cm, Pondok Kelapa, Lembah Lontar 100 cm, Pondok Kelapa, Lembah Nyiur 30 cm, Taman Malaka Selatan III 100 cm, Jalan Pendidikan Raya 50–60 cm, Rumah Sakit Duren Sawit 40-50 cm, 8 titik di Klender 10–20 cm, 2 titik di Duren Sawit 20–30 cm, Perumnas Klender 50 cm, RW 5 Kelurahan Jatinegara 40 cm.

Selain itu, Kawasan Industri Pulo Gadung 10-12 cm, Kelurahan Rawa Teratai 40–60 cm, Perumahan Jatinegara Indah 30 cm, Pulogebang PHP 20–30 cm, Cakung Timur 30 cm, Cakung 30–40 cm, Garden City Cakung 40 cm, Kompleks Keuangan 20 cm, Layur 14 cm, Jalan Balai Pustaka 50 cm, Jalan Pemuda, Rawamangun 20 cm, Jalan Rawamangun 30 cm, Pulomas, Kayuputih 40 cm, Kelurahan Kayuputih 10–15 cm, Kayumas Utara 40 cm, Kayu Manis I 30 cm, Pasar Rebo 50 cm, Kelurahan Ciracas 40–90 cm, Kelurahan Kramatjati 60 cm dan Kelurahan Pondok Gede 20–70 cm.

Jakarta Utara: Pulo Nangka Timur 30 cm, Kelapa Gading 20–30 cm, Kelapa Gading Timur 40 cm, Kompleks Janur Indah 15–25 cm, RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Barat 25 cm, Boulevard MOI 28 cm, Pegangsaan 60 cm, RW 12 Pegangsaan 2 setinggi 40 cm, Tugu Utara Plumpang 80 cm dan Kelurahan Laboa Kecamatan Koja 20-80 cm. Sementara itu, tinggi banjir di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, bervaria­si antara 70 dan 150 sentimeter. Banjir juga merendam Jakasetia dan Jakasampurna, Bekasi. Sedangkan di Tangerang banjir terjadi di Pondokranji.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebut, hujan deras yang mengguyur Jakarta mengakibatkan ada 1.613 pengungsi yang tersebar di 11 lokasi ber­beda. Sedangkang, kecamatan yang terkena dampak banjir sejumlah 19 kecamatan.

Untuk kelurahan, ada 28 area yang terkena imbas banjir. Selain itu, ada 71 RW yang terkena imbas. Untuk kategori kepala keluarga, tercatat ada 1.035 kepala keluarga yang terkena efek banjir.

Sementara itu, Calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta Anies Baswedan berpandangan, nor­malisasi sungai bukan satu-satunya jalan untuk mengatasi banjir. Selain normalisasi, kata dia, perlu juga pembangunan sumur resapan.

"Mau tidak mau harus ada sumur resapan, tapi itu bukan solusi satu-satunya," kata dia.

Anies menambahkan, perso­alan banjir merupakan persoalan bersama antara gubernur, warga, para ahli, dan pemerintah daerah lain. "Karena bisa saja banjir ter­jadi karena kiriman dari daerah lain," tandasnya.

Dia menganggap kunjungan­nya ke Cipinang Melayu ini se­bagai bentuk kedekatan dengan warga untuk dapat merasakan penderitaan warga. "Kalau kita tidak turun langsung, tidak pu­nya sense-nya," kata dia.

Tidak lupa, Anies mengkritik jika ada gubenur dan wakil gubernur yang tidak pernah berkunjung ke lokasi banjir di Cipinang Melayu, Jakarta Timur. "Banjir karena aliran Sungai Cikeas dan Sungai Sunter. Dua itu tidak pernah mendapat perhatian serius," pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA