Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

5.500 Botol Plastik Bekas Jadi Pohon Natal 11 Meter

Dibuat Dari Akhir November Hingga Awal Desember

Selasa, 27 Desember 2016, 09:31 WIB
5.500 Botol Plastik Bekas Jadi Pohon Natal 11 Meter
Foto/Net
rmol news logo Sejumlah warga jemaat sibuk dengan berbagai kegiatan di GKP Depok, Sabtu sore itu, (17/12). Halaman depan dan ru­ang kebaktian gereja, jadi pusat kegiatan warga jemaat.

Sejumlah jemaat tampak sedang berlatih bernyanyi di bagian dalam gereja. Beberapa jemaat lainnya terlihat bercengkerama satu sama lain di bagian depan, yang beratapkan tenda terpal.

Dua buah meja berukuran 1x3 meter dijajarkan di bawah tenda tersebut. Di atasnya, berbagai camilan dan minuman, mulai dari teh, kopi, hingga jus dil­etakkan di meja tersebut. Pisang goreng menjadi pelengkap yang menemani kegiatan warga je­maat hari itu.

Sekitar lima meter dari tenda bagian depan, berdiri kokoh pohon Natal setinggi 11 meter. Pohon Natal itu merupakan buah dari kreativitas dan kepedulian warga jemaat GKP Depok terh­adap bumi dan lingkungan.

Tingginya yang 11 meter cukup mencolok mata. Bahkan, pohon tersebut sudah tampak saat memasuki jalan akses utama menuju gereja tersebut, Jalan Stasiun Depok Lama Nomor 7.

Letaknya yang tak jauh dari pusat keramaian, hanya sekitar 100 meter dari Stasiun Depok Lama, dan banyaknya peda­gang di sekitar gereja, men­jadikan pohon tersebut menarik perhatian. "Tak jarang warga sengaja masuk untuk sekadar berfoto di dekat pohon Natal ini," ujar Andi S Endong, Ketua Komisi Hari Raya Gerejawi, atau Ketua Panitia Natal 2016 GKP Depok.

Pohon Natal tersebut terbuat dari 5.500 botol bekas air miner­al. Botol-botol bekas berukuran 360 mililiter (ml) disusun men­jadi empat level hingga setinggi 11 meter. Sedangkan di bagian puncak, warga jemaat merangkai botol bekas air mineral ukuran 200 ml.

Konstruksi pohon Natal ter­buat dari besi yang dicat ber­warna hitam. Sementara untuk menyangkutkan material botol bekas air mineral, warga jemaat menggunakan jaring-jaring ka­wat yang dipasang keliling menutupi lingkaran pohon Natal yang berdiamer empat meter.

Untuk mempercantik tampilan pohon tersebut, warga memasang lampu kelap-kelip berwarna hi­jau, biru, oranye, merah, dan kuning di dalam botol-botol itu. "Jadi tak akan kemasukan air ka­lau hujan, dan tidak berbahaya," kata Andi saat ngobrol dengan Rakyat Merdeka.

Menurut Andi, pembuatan pohon Natal dari botol bekas air mineral tersebut, bermula dari keprihatinan karena banyaknya sampah botol air mineral yang tak terpakai dan berserakan di mana-mana. Dia kemudian ber­pikir menjadikan botol menjadi karya seni saat perayaan Natal 2016. "Di mana-mana banyak botol berserakan terbuang, ke­napa tidak dimanfaatkan untuk keindahan," katanya.

Akhirnya, ide tersebut terlak­sana saat Andi, Ketua Panitia Natal di gereja itu, beserta jamaat GKP membuat pohon Natal dari botol-botol air mineral. Kini, po­hon Natal berbahan baku limbah plastik tersebut, menjulang di halaman GKP Jemaat Depok.

Pengerjaannya dimulai pada Minggu ketiga November 2016, selesai awal Desember 2016. "Pertama, kita menghimpun botol dari warga-warga jamaat gereja. Ada yang bawa satu kantong plastik, satu karung, tiga karung," ujarnya.

Botol-botol air mineral itu dikumpulkan di halaman gereja. Hingga akhir November, sekitar 7.000 botol telah terkumpul. Andi dan para jemaat pun mulai beraksi merancang serta mem­buat pohon Natal tersebut. "Kita buang labelnya. Kita ambil botol yang seukuran. Kita proses, kita desain. Botol yang terpakai sekitar 5.500, jadi masih ada sisa 1.500 lagi," ucapnya.

Di dalam botol, kata Andi, ditaruh pula lampu beragam warna yang tersambung den­gan kabel listrik. Setelah itu, botol diikat dengan kawat dan ditata menyerupai pohon Natal. Pengerjaan dilakukan bersama-sama. Tua, muda, bapak-bapak, ibu-ibu terlibat dalam pembua­tan pohon Natal tersebut.

Para jemaat meluangkan waktunya merampungkan po­hon Natal itu pada Sabtu dan Minggu. Kesulitan mulai meng­hampiri saat proses pemasangan botol ke struktur pohon berbalut kawat. "Tingkat kesulitannnya pada pemasangan, karena se­makin tinggi pohon semakin sulit," ujarnya.

Guna mengatasinya, jemaat menggunakan katrol untuk me­narik badan pemasang botol di bagian pohon yang tinggi. Namun, berbagai kesulitan terse­but tak melemahkan tekad jemaat berkreasi menciptakan karya.

Para jemaat bahu membahu agar pohon Natal dari botol mineral itu terwujud. Keuletan dan kesabaran pun membuahkan hasil. Pohon Natal berbahan baku limbah plastik setinggi 11 meter tersebut, kini berdiri tegak di halaman gereja.

Keindahannya juga bisa dinikmati pada malam hari. Lampu berwarna menyala di da­lam botol-botol, sehingga mem­buat pohon Natal bertabur ca­haya. Andi berharap, pohon Natal kreasi GKP Pasundan membawa pesan damai dan toleransi bagi masyarakat di Depok.

Selain itu, penggunaan lim­bah plastik sebagai bahan baku akan membawa pesan agar masyarakat peduli terhadap ke­lestarian lingkungan. Caranya, menggunakan kembali barang-barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan masyarakat. Atau, mendaur ulangnya dalam skala industri. "Yang paling penting, kita angkat pesan ramah lingkun­gan," jelas pria asal Palolongan, Cianjur, Jawa Barat ini.

Warga, tuturnya, bisa pula menggunakan sampah-sampah tak terpakai guna berkreasi lainnya. Dengan ide kreatif, tren buang sampah sembaran­gan mendapat tandingan dari perilaku memanfaatkan sampah menjadi karya seni.

Ferdinand Pongoh, seorang jemaat GKP Depok berpendapat serupa. Katanya, pohon Natal tersebut mengundang perhatian warga. "Warga ada yang suka foto dari luar gereja," ucapnya.

Pada malam hari, cahaya lampu dari pohon Natal juga memesona warga yang baru keluar dari Stasiun Depok Lama. Dia menambahkan, pembuatan pohon Natal dari bahan baku limbah plastik, bukanlah per­tama kali dilakukan di GKP Jemaat Depok. "Tahun kemarin, kita bikin pohon Natal setinggi enam meter dari gelas air min­eral bekas," ujarnya.

Di tempat sama, Majelis Gereja dan juga pembina Panitia Natal 2016 GKP Depok Jarmud AS Tahun mengatakan, tema dari GKP se-Jawa Barat tahun ini adalah mencintai alam. Hal itulah yang diimplementasikan. "Temanya itu, dan GKP Depok mengambil momen tersebut dengan mengimplementasikan pohon Natal ramah lingkungan," kata pria asal Nusa Tenggara Timur itu.

Lebih lanjut, Jarmud ingin membuktikan bahwa limbah yang selama ini menjadi masalah, bisa juga memiliki manfaat. Salah satu caranya adalah melalui kreasi jemaat GKP Depok. "Sebagai majelis gereja, kita cu­kup senang," tuturnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA