Salah satu rusun yang dibanÂgun tidak sesuai SOP, menurut pria yang biasa disapa Ahok ini, yakni Rusunawa Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur.
Rakyat Merdeka menyamÂbangi rusun tersebut pada Selasa (18/10). Rusunawa Pulo Gebang terdiri dari delapan blok bangunan. Mulai dari Blok Ahingga H.
Pada tahap awal, rusun ini dibangun hingga Blok F. Sedangkan dua blok terakhir dibangun untuk menampung warga gusuran Kalijodo di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat dan Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Mayoritas penghuni rusun berasal dari lokasi-lokasi yang ditertibkan Pemprov DKI. "Sisanya, warga umum yang mengajukan," ujar Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Pulo Gebang, Ageng Darmintono saat ditemui.
Masing-masing blok di rusun ini terdiri dari enam lantai, terÂmasuk lantai dasar. Sebagian unit blok berwarna dasar abu-abu, sedangkan lainnya cokelat. Di beberapa bagian, warna catnya sudah mulai kelihatan pudar.
Sekitar 50 meter dari pintu masuk, UPRS menyediakan tempat bagi warga untuk mendiÂrikan tenda-tenda yang diisi dengan berbagai macam barang dagangan.
Beberapa moda transportasi umum bagi warga rusun mangkal di dekat pintu masuk atau keluar rusun. Bus TransJakarta ukuran medium, masuk area rusun tiap setengah jam. Bus sekolah berwarna kuning pun
stand by di bagian belakang rusun, dekat sebuah masjid yang sedang daÂlam tahap pembangunan.
Berdasarkan pengamatan, meÂmang ada beberapa bagian kecil bangunan yang kelihatan tidak sebagaimana mestinya. Seperti coran kanopi yang terlihat mirÂing di Blok H, lantai 3, dan juga pemasangan lantai keramik tidak rata di lantai yang sama.
Dari beberapa blok yang diaÂmati, tidak tampak mencolok bagian yang disebut Ahok meÂnyalahi SOP. Di blok-blok terseÂbut, warga bisa menggunakan fasilitas yang diberikan rusun, termasuk Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pulo Gebang Indah, yang berada persis di tengah rusun.
"Paling hanya itu, tidak ada masalah berarti. Dari segi keÂnyamanan, saya rasa sudah cukup nyaman untuk ditinggali warga," ujar Septian, Sekretaris RT 013 RW 011, Rusunawa Pulo Gebang, Kelurahan Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur.
Pria yang biasa disapa Azis itu menilai, dibandingkan tempat tinggalnya dahulu di Kalijodo, Tambora, Jakarta Barat, rusun yang ditempatinya ini jauh lebih baik. Meskipun, lanjutnya, Gubernur mengakui ada pelanggaran SOP dalam pembangunan rusun.
"Saya kira kalau hal-hal kecil tidak masalah. Menurut saya, masalah yang utama bukan itu. Masalah utama warga adalah keberlanjutan hidup setelah direÂlokasi ke rusun," tuturnya.
Jadi, lanjut Azis, yang perlu diperhatikan Pemerintah DKI Jakarta seharusnya bukan cuma fisik bangunan. Tapi, pembanÂgunan manusianya. "Bagaimana perut warga yang direlokasi bisa tetap kenyang meski dipindahkan ke sini," papar ayah dua putra ini.
Meski pelanggaran SOP pemÂbangunan rusun tidak berpenÂgaruh bagi Azis, ada juga warga yang tak sependapat. Menurut seorang warga yang menolak disebut identitasnya, faktor kenyamanan rusun juga hal penting. Karena, menurutnya, Pemprov DKI menjanjikan unit yang nyaman saat akan mereÂlokasi. "Saya merasakan atap unit saya bocor. Saya sudah meÂlapor ke pengelola," ucapnya.
Namun, tambahnya, laporan tersebut tidak langsung ditinÂdaklanjuti pengelola. "Akhirnya perbaiki sendiri," ucap pria beÂkas warga Kalijodo ini.
Lebih lanjut, Kepala UPRS Pulo Gebang Ageng menyebut, tidak ada laporan warga terkait kerusakan unit akibat kesalahan SOP dalam pembangunan. Lebih lanjut, menurutnya, hal itu meruÂpakan domain Dinas Perumahan DKI Jakarta. "Malah kami di sini memberdayakan penghuni Rusunawa Pulo Gebang. Karena saya menganggap warga di sini punya potensi positif untuk dikembangkan," ujar Ageng.
Selama ini, tambahnya, warga di Rusunawa Pulo Gebang justru melimpah dengan program-program pemerintah. "Seperti pada Maret lalu, kami menÂcanangkan program ekonomi rusun untuk pemberdayaan warÂga," tandasnya. ***