Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Besi Penyangga Reklame JPO Karet Belum Dibongkar

Papan Iklannya Sudah Dicabut

Senin, 17 Oktober 2016, 09:57 WIB
Besi Penyangga Reklame JPO Karet Belum Dibongkar
Foto/Net
rmol news logo Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan pembongkaran reklame di beberapa jembatan penyeberangan orang (JPO). Di antaranya JPO Karet dan JPO Tosari.
 
JPO Karet berada di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. JPO itu merupakan akses menuju Halte Bus TransJakarta Karet. Pembongkaran reklame di JPO tersebut dilakukan pada Kamis lalu. Sekitar tiga pekan setelah ambruknya pagar JPO Pasar Minggu, Jakarta Selatan yang menewaskan tiga orang.

"Yang bongkar petugas gabungan dari Dinas Perhubungan DKI, Polisi Pamong Praja. Mulai dari malam, selesainya pagi," kata seorang pengojek yang biasa mangkal di bawah JPO Karet.

JPO Karet berada persis di depan Gedung Mayapada. JPO itu menghubungkan sekitar gedung tersebut yang berada di Kelurahan Setiabudi, Jakarta Selatan, dengan sekitar Hotel Grand Sahid Jaya di Keluarahan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Reklame yang dibongkar bera­da di kedua sisi JPO. Di gelagar jembatan, yang sebelumnya be­rada di bagian belakang reklame, tampak JPO sudah kusam. Meski papannya sudah dilepas, besi tempat menempel reklame be­lum dicopot. Ukurannya cukup besar. Sekira 1,5 x 60 meter, memanjang dari ujung ke ujung lain jembatan.

Bagian utama jembatan, yakni untuk pejalan kaki, sudah cu­kup memadai. Pantauan Rakyat Merdeka, jembatan tersebut ramai lalu lalang penumpang TransJakarta maupun penye­berang jalan.

"Sebelumnya reklamenya lu­mayan besar. Tuh kelihatan besi bekas tempat reklamenya," kata tukang ojek yang mengenakam rompi merah tersebut.

Dia menambahkan, cukup banyak petugas yang dikerahkan untuk pembongkaran reklame tersebut. Petugasnya berasal dari berbagai instansi Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. "Banyak banget petugasnya. Mungkin sekitar 50 petugas. Gabungan, mulai dari Kamis malam," jelas pria asal Jawa Tengah ini.

Nisa, seorang penumpang Bus TransJakarta yang biasa menggunakan jembatan tersebut, mendukung langkah Pemprov DKI. Dia merasa lebih aman dan nyaman kalau JPO tidak diberatkan oleh reklame.

"Kayaknya lebih enak ka­lau tidak ada reklame. Lebih luas melihatnya. Lebih aman juga. Antisipasi supaya tak ke­jadian seperti di Pasar Minggu," ujarnya saat berbincang.

Sekitar 4,5 kilometer dari JPO Karet, petugas gabungan juga membongkar reklame JPO Tosari. JPO tersebut berada di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Sekira 500 meter dari Bundaran Hotel Indonesia (HI).

JPO Tosari juga merupakan akses utama menuju Halte Bus TransJakarta, Tosari. Untuk sebuah JPO, jembatan ini terbilang dalam kondisi cukup baik. Jika biasanya pintu masuk JPO hanya diatapi kanopi, di JPO ini kedua sisinya ditutupi tembok besi. Nyaman bagi penyeberang jalan, terutama untuk menghindari cuaca buruk.

Di beberapa bagian kanopi, JPO menjadi korban tindak van­dalisme. Beberapa coret-coretan terdapat di sebagian JPO. Saat didatangi, JPO tersebut cukup ramai hilir mudik penyeberang jembatan maupun penumpang Bus TransJakarta.

Berbeda dengan JPO Karet, di JPO ini petugas gabungan membersihkan semua. Termasuk besi bekas penyangga reklame. "Dibongkarnya dari Jumat malam lalu. Selesainya Sabtu dini­hari," jelas Iwan, petugas Dishub yang sedang mengatur lalu lintas di bawah jembatan.

Nisa, pengguna JPO mendukungpembongkaran reklame di JPO. Karena, kata dia, selain memberatkan struktur JPO, re­klame juga mengganggu pemandangan. "Dari berita yang saya dengar, uang pajaknya juga tidak jelas kemana. Jadi, sudah bagusdibongkar, lebih indah," katanya.

Dia juga menyarankan agar Pemprov DKI meninjau kem­bali keberadaan seluruh JPO di Jakarta. "Karena ada JPO yang tidak ramah penyandang disabilitas," ucapnya.

Robohnya JPO di Pasar Minggu yang menewaskan tiga orang, membuat masyarakat khawatir kondisi JPO lain di Jakarta. Bukan hanya masalah reklame yang membebani JPO dan meng­hambat sirkulasi udara. Tapi juga masalah JPO yang sudah tua.

Berdasarkan data Dinas Perhubungan DKI, 77 dari 137 JPO di Jakarta berusia di atas 20 tahun. Misalnya, JPO tertua di Jalan Medan Merdeka Timur dan Jalan Batu, Jakarta Pusat.

Kedua JPO ini dibuat pada 1982. Itu artinya, dua jembatan ini sudah berusia 34 tahun. JPO di Jalan Medan Merdeka Barat, dekat air mancur, juga sudah uzur. Usianya 31 tahun.

Para pengguna JPO tua itu khawatir, takut terjadi hal-hal yang membahayakan keselama­tannya, seperti yang terjadi di JPO Pasar Minggu.

Latar Belakang
Dari 75 Reklame Di Jembatan Hanya Satu Yang Kantongi Izin

Dinas Perhubungan DKI Jakarta membongkar papan re­klame yang menempel langsung dengan jembatan penyeberangan orang (JPO).

Kali ini, JPO yang menjadi tar­get pembongkaran reklame ada­lah JPO Tosari, Jakarta Pusat dan JPO Setia Budi, Jakarta Selatan. "Ini adalah pembongkaran hari keempat," ujar Kepala Dishub DKI Jakarta Andri Yansyah, Sabtu dinihari lalu.

Hari pertama di Sumur Bor, Daan Mogot; SD Negeri 03 Warung Jati dan Pondok Indah; Karet dan Bendungan Hilir. "Sekarang di Tosari dan Setia Budi," tandasnya.

Andri menambahkan sebanyak75 JPO dipasangi papan reklame iklan. Tapi, Hanya satu di antaranya yang memiliki izinpemasangan, yaitu reklame yang berada di dekat Markas Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya. "Semua reklame yang tidak ada izin, sikat saja. Sehingga, nanti tidak akan ada lagi reklame yang menempel di JPO," tegasnya.

Andri mengatakan, pihaknya masih akan terus membongkar pa­pan reklame yang menempel pada JPO di seluruh Jakarta. Namun, untuk tahap awal ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembongkaran, yakni memastikan apakah reklame itu masih memi­liki izin atau tidak.

Sebelum pembongkaran, kata Andri, pihaknya juga akan memeriksa apakah setiap izin pemasangan reklame sesuai prosedur atau tidak. "Kalau tidak sesuai akan kami bongkar, tapi kalau sesuai, ya kami tunggu masa berlakunya habis," jelasnya.

Adapun masa berlaku reklame yang paling lama akan bera­khir pada 2017 nanti. Meski izin masih berlaku, namun konstruksi dan ukuran tidak sesuai dengan ketentuan akan tetap dibongkar.

Pemasangan reklame iklan di JPO melibatkan banyak pihak. Antara lain Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) yang menentukan lokasi JPO.

Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat Harlem Simanjuntak mengatakan, reklame tidak berizin paling banyak menempel di jembatan penyeberan­gan yang berada di wilayahnya. Setidaknya, ada 74 reklame yang menempel di JPO ternyata tidak memiliki izin.

"Dari 74 reklame tidak berizin, sebanyak 32 reklame terpasang di Jakarta Pusat," kata Harlem.

Rencananya, Suku Dinas Perhubungan Jakarta Pusat akan kembali mengawal pembongkaran reklame tidak berizin pada Selasa pekan depan. Target berikutnya adalah pembongkaran reklame di antara dua JPO, yakni di JPO Gajah Mada atau Kramat. "Tergantung hasil evaluasi nan­ti," kata Harlem.

Pencopotan reklame ini merupakan buntut ambruknya pagar JPO Pasar Minggu yang me­newaskan tiga orang, yaitu Sri Hartati (52) dan cucunya, Aisyah Zahra Ramadhani (8), serta Lilis Lestari Pancawati (43).

Menurut Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat, JPO tersebut dibangun pada 2002. Perawatan terakhir dilakukan antara tahun 2012-2013. Panjang jembatan ini 30 meter dan lebar 1,5 meter. Namun, kata dia, kalau konstruksi jembatan baik, maka meski kena angin kencang, jembatan tidak roboh. Karena itu, sedang diteliti penyebab utamanya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA