Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Jembatan Penyeberangan Orang Di Kalideres Goyang Dan Keropos

JPO Jadi Sorotan Setelah Ambruk Di Pasar Minggu

Rabu, 28 September 2016, 09:27 WIB
Jembatan Penyeberangan Orang Di Kalideres Goyang Dan Keropos
Foto/Net
rmol news logo Setelah jembatan penyeberangan orang (JPO) di Pasar Minggu ambruk, sejumlah JPO di beberapa wilayah DKI tak luput dari sorotan masyarakat.
 
Beberapa JPO yang seharusnya membuat masyarakat aman dan nyaman saat menyeberang, justru malah membuat khawatir. Berdasarkan pengamatan di be­berapa wilayah di Jakarta, masih didapati sejumlah JPO yang berkarat, penuh dengan reklame yang membebani JPO.

Bahkan, beberapa JPO ber­potensi ambuk jika terjadi hempasan angin yang amat kuat. Soalnya, angin tertahan reklame itu. Jika ini terjadi, JPO berpo­tensi ambruk.

Di sebuah JPO di Kalideres, Jakarta Barat, anak tangganya karatan, pagar-pagar serta tiang penyangga besinya keropos dan terdapat tambalan. Baja yang digunakan sebagai penopang terlihat menua dan berkarat. Sendi bangunan pun keropos dan membahayakan pengguna. JPO yang banyak dilalui tersebut, bergoyang saat angin keras men­erpa. JPO itu menghubungkan Pasar Hipli, Taman Semanan ke Terminal Kalideres.

Makmur (46), seorang tukang ojek yang biasa mangkal di dekat lokasi ini mengatakan, perbaikan JPO tersebut sudah dilakukan tiga kali. Namun, tidak keseluru­han diganti, hanya ditambal.

"Pernah ada warga yang menggunakan JPO ini sampai jatuh karena tidak seimbang atau miringnya tangga," ucap Makmur, kemarin.

Rico, seorang pekerja di ka­wasan Kalideres mengaku seringwaswas saat melintasi JPO tersebut. Saat dilintasi, besi penyangga JPO ini tidak kokoh, atau goyang.

"Apalagi, banyak yang kero­pos dan ada kabel di pinggir tiang JPO," ucapnya.

Menurut Rico, Pemprov DKI seharusnya segera menangani jembatan tersebut. Agar peris­tiwa seperti yang terjadi di Pasar Minggu tidak terulang. "Jangan sampai kejadian lagi, terus baru ribut-ribut," ingatnya.

Pejalan kaki lainnya, Irvan yang kerap melintas di JPO tersebut menyayangkan kondisi JPO yang tidak terawat. Hal ini membuat warga was-was jika menggunakan JPO tersebut. Kata dia, keamanannya sudah tidak terjamin lagi karena banyak bagian yang berkarat. Padahal, menurutnya, JPO tersebut sangat penting bagi para pejalan kaki yang hendak menyeberangi jalan raya maupun yang akan menuju halte Bus TransJakarta.

"JPO di sekitar sini bukan cuma JPO Transjakarta. Yang rusak dan kurang diurus itu JPO non-TranJakasrta," ujarnya.

Sementara itu, di depan Mal Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, sejumlah papan reklame memenuhi JPO. Papan reklame itu dikaitkan dengan pagar JPO dengan cara dilas. Tangga JPO terbuat dari lempengan besi. Sehingga, saat pengguna naik atau turun, JPO akan berbunyi cukup keras.

Di atas jembatan, lantai sudah dicor dengan semen. Jadi, peng­guna tidak perlu takut lantai akan bergetar saat berjalan. Namun, atap JPO menjadi perhatian khusus. Karena atap JPO hanya terbuat dari plastik.

Di bagian ini juga kabel-kabel berseliweran tidak teratur. Selain itu, akses dari JPO menuju termi­nal TransJakarta Sarinah masih dibuat dari plat besi. Lagi-lagi, bila diinjak akan mengeluarkan bunyi cukup keras.

Akbar, pengguna Bus TransJakarta mengaku terganggu bunyi di tangga JPO saat diinjak. Hal itu membuatnya takut saat menaiki JPO. Namun, kata dia, JPO itu merupakan satu-satunya akses untuk menuju ke Halte TransJakarta.

"Apalagi kemarin ada JPO yang ambruk. Sudah begitu, banyak reklame yang menutup jem­batan. Takut ambruk," ujarnya.

Masih di Jakarta Pusat, JPO Kramat Sentiong yang terletak di jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat juga tampak tak terurus. Tangga untuk naik ke atas JPO memiliki kemiringan lebih dari 60 derajat, sehingga membuat orang tak nyaman dan cepat lelah saat menyeberang. Anak tangga yang terbuat dari lempengan besi itu saat diinjak akan bergoyang dan mengeluarkan bunyi.

Bahkan, ada bagian di anak tangga yang terlihat sudah berkarat dan sedikit berlubang. Beberapa anak tangga, bahkan nyaris lepas ikatanlasnya. Saat berada di ujung bawah tangga, berserakan sampah bekas sisa makanan.

Di bagian atas tampak beberapa papan reklame yang di­pasang dengan cara melubangi pagar JPO. Papan reklame itu tak lagi digunakan, namun dibiarkan begitu saja.

Rudi, seorang pengguna mengeluhkan kondisi JPO tersebut. Menurutnya, kondisi JPO yang bergoyang membuatnya harus berhati-hati. Saat hujan, anak tangga agak licin. Bila ada orang yang sedang buru-buru dan sedikit berlari, katanya, goyangan di atas JPO menjadi semakin terasa.

"Agak seram JPO goyang gini pas di atas. Tapi gimana lagi, ya kaya gini adanya," ucap Rudi.  ***

Latar Belakang
Banyak JPO Di Jakarta Sudah Uzur

Robohnya jembatan penye­berangan orang (JPO) di Pasar Minggu, Jakarta Selatan yang menyebabkan tiga orang men­inggal, membuka fakta, banyak JPO di DKI yang sudah uzur.

Dari data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, sebanyak 77 dari 137 JPO yang ada saat ini, beru­sia di atas 20 tahun.

Jembatan penyeberangan tertuaada di Jalan Medan Merdeka Timur dan Jalan Batu, Jakarta Pusat yang dibuat tahun 1982. Sehingga, saat ini jembatan yang terbuat dari baja itu sudah berusia 34 tahun. Tak jauh dari situ, JPO di Jalan Medan Merdeka Barat, di dekat air mancur, dibuat tahun 1985 alias berusia 31 tahun.

Dari total 137 JPO tersebut, hanya 33 di antaranya yang dibuat di atas tahun 2000. Konstruksi jembatan penyeberangan itu ada yang terbuat dari baja, ada juga yang dari beton.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) men­gakui, hampir semua jembatan penyeberangan di Ibu Kota ini sudah berusia uzur. "JPO sudah tua, hampir semua," katanya.

Tak hanya berusia uzur, ham­pir semua jembatan penyeberan­gan di DKI juga dipenuhi papan reklame. Menurut Ahok, hal itu terjadi karena dalam pembangu­nannya ada kerja sama dengan pihak swasta.

Pemprov DKI telah menginventarisasi reklame yang terpasang di JPO. Dari 282 JPO yang menjadi aset Pemprov DKI Jakarta, terdapat 59 JPO dipasangi reklame. Namun, dari jumlah tersebut, hanya tujuh reklame di JPO yang memiliki izin.

Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta, Andri Yansyah mengatakan, pascaambruknya JPO Pasar Minggu, pihaknya langsung melakukan inventari­sasi JPO. Baik di koridor busway maupun jalan reguler.

Hal itu dilakukan Dishub dengan menggandeng Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI dan Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI. Berdasarkan informasi BPKAD DKI, dari 282 titik JPO tersebut, didapati sebanyak 59 JPO yang terpasang reklame. "Tetapi, dari 59 reklame itu, yang memiliki izin hanya tujuh reklame," kata Andri.

Dia mengatakan, tujuh re­klame yang memiliki izin, seluruhnya berlokasi di Jalan Rasuna Said dan Sudirman-Thamrin. Namun, data tersebut berbeda dengan yang diperoleh DPP DKI Jakarta. Pada 2014, reklame yang membayar pajak alias sudah berizin sebanyak 48 titik, pada 2015 sebanyak 45 titik, dan pada 2016 sebanyak 20 titik.

"Untuk JPO di Pasar Minggu, reklame milik pihak ketiga atas nama PT Dian Unggul Perkasa, masa berlaku izinnya telah habis per 31 Desember 2010," lanjut Andri.

Andri menargetkan, inventa­risasi JPO akan rampung dalam sepekan ke depan, meski Ahok memberikan tenggat waktu dua pekan. "Kami akan selesaikan secepatnya. Seminggu inilah selesai. Lalu, dilanjutkan rapat pembahasan hasil temuan dan pembahasan jadwal penertiban," ucapnya.

Seperti diketahui, JPO Pasar Minggu ambruk pada Sabtu sore (24/9). Hujan deras dan terpaan angin kencang diduga menjadi penyebab JPO tersebut roboh dan menimpa beberapa orang yang berteduh di bawahnya.

Akibatnya, tiga orang meninggal dunia yaitu, Sri Hartati (52) dan cucunya, Aisyah Zahra Ramadhani (8), serta Lilis Lestari Pancawati (43). Sementara, lima orang lainnya menderita luka be­rat dan dirawat di beberapa rumah sakit. Seperti RSUP Fatmawati, RS Tarakan, RS Pasar Minggu dan RS Siaga Raya.

Gubernur DKI Jakarta Ahok mengaku telah mengutus staf pribadinya untuk bertemu dengan keluarga tiga korban tewas.

"Saya sudah tugaskan staf pribadi saya ke rumah duka," ujar Ahok di Balaikota, Jakarta.

Dalam kunjungan anak buah­nya itu, Ahok mengaku telah mendapatkan foto rumah kor­ban dan juga anak-anak yang keluarganya menjadi korban, sehingga menjadi anak yatim piatu. "Kalau mereka tidak ada yang tanggung sekolahnya, kita tanggung, walaupun dia orang Depok," janji Ahok.

Korban meninggal Lilis Lestari Pancawati, kata Ahok, memiliki dua anak, masing-masing masih duduk di bangku SD dan SMP. Sebelum meninggal, Lilis meru­pakan orangtua tunggal bagi kedua anaknya, karenasuaminya sudah meninggaldunia.

"Anaknya sekarang yatim piatu. Kami akan urusin sekolahnya," janji dia.

Untuk penyebab ambruknya JPO, Ahok menduga akibat dipasangi banyaknya iklan di sisi kanan dan kirinya. Dengan adanya papan iklan tersebut, menyebabkan sirkulasi angin menjadi terhambat. Akibatnya, JPO tak kuat menahan beban saat terjadi angin kencang.

"Harusnya JPO terbuka. Tidak boleh ada dinding yang menahan angin," kritiknya.

Menurutnya, JPO Pasar Minggu merupakan JPO lama yang pembangunannya hasil kerjasa­ma dengan swasta. Kerjasama itu, membuat swasta memiliki kompensasi untuk memasang iklan di JPO. "Ke depan, pem­bangunan JPO tidak boleh lagi mengandalkan kerjasama den­gan swasta. Jadi, JPO tidak dipasangi iklan," kata dia.

Selain itu, Ahok juga meng­kaji pembangunan JPO di bawah tanah. Pemprov DKI, lanjut Ahok, juga mengkaji pembangu­nan JPO melewati pertokoan dan mal. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA