Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB, Jalan Jenderal Sudirman macet. Kendaraan bergerak sanÂgat pelan. Lebih sering berhenti. Ekor kemacetan memanjang hingga 100 meter setelah Shelter Transjakarta Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. Bunyi klakson saling bersahutan.
Setiap pagi dan sore, jalan ini selalu macet. Banyak kendaraan yang melintas di sana, karena di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin terdapat kompleks perkantoran. Warga Jakarta dan sekitarnya banyak yang berkanÂtor di daerah tersebut. Saking padatnya, kendaraan hanya bisa melaju dengan kecepatan 5 kiloÂmeter (km) per jam. Begitu juga arah sebaliknya.
Tak hanya di lajur reguler, kemacetan juga terjadi di busway. Padahal, Busway seharusnya lancar karena merupakan lajur khusus untuk Bus Transjakarta.
Mobil pribadi yang nekat masuk Busway ikut tertahan, lantaran di depannya ada Bus Transjakarta yang menaikturunkan penumpang. Mereka tidak bisa bermanuver keluar Busway, karÂena sekarang jalur Transjakarta Koridor I (Blok M-Kota) suÂdah dipasangi movable concret barier (MCB), atau separator. Separator beton itu tingginya 60 centimeter (cm), panjangnya 40 cm per separator.
Sebelumnya, separator Busway di kawasan ini, tingginya hanya 10 cm. Keadaannya memÂprihatinkan, banyak yang hancur karena sering dilindas kendaraan lain untuk menerobos masuk dan keluar Busway guna menghinÂdari kemacetan. Dinas Bina Marga DKI kemudian mencabut separator pendek itu, kemudian menggantinya dengan yang lebih tinggi.
"Tapi tetap saja ada yang masuk Busway koridor ini. Terutama sore. Kalau pagi sering ada polisi yang mengatur soalnya," ujar Taufik, pengguna Transjakarta.
Taufik menambahkan, akibat tindakan para pengemudi yang tidak bertanggungjawab terseÂbut, pengguna setia Transjakarta seperti dirinya kerap ikut berÂmacet ria. Pasalnya, bus yang mereka tumpangi sering tertahan kendaraan yang nekat meneroÂbos Busway. Akibatnya, waktu tempuh pulang kerja jadi lebih lama ketimbang berangkat.
"Sejak ada separator tinggi, paling hanya satu jam sudah sampai kantor. Tapi, pulangnya bisa 1,5 jam. Apalagi, sejak
three in one dihapus," ucapnya.
Taufik memaparkan, sejak keÂbijakan tersebut dihapus, kemacÂetan di Jalan Sudirman-Thamrin jadi lebih parah. Pengguna kenÂdaraan roda empat, kata dia, sepertimeningkat tajam. Sehingga, pada siang hari pun, sepanjang jalan tersebut kerap macet.
"Kendaraan lebih padat dari biasanya, tapi tidak sebanyak pagi dan sore. Jadi, pas siang busway agak steril," paparnya.
Taufik pun mendukung dan girang mendengar Pemprov DKI dan Polda Metro akan melakukan pengetatan sterilisasi Busway mulai hari ini.
Dia setuju, selain Bus Transjakarta, hanya ambulans yang membawa pasien, mobil pemÂadam kebakaran yang bertugas, boleh menggunakan Busway. Sebab, menurutnya, tidak adil jika pejabat bisa mudah lolos dari kemacetan lewat Busway, sementara masyarakat harus tabah menghadapinya.
"Kalau ambulan dan pemadam kebakaran yang sedang bertugas kan memang mendesak. Jadi harus didahulukan," kata dia.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Kadishubtrans) DKIAndri Yansyah menyaÂtakan, ambulan dan mobil keÂbakaran diperbolehkan karena pihaknya juga memfungsikan Busway sebagai jalur evakuasi. Dengan kondisi jalur yang steril, evakuasi menuju lokasi kejadian lebih cepat.
"Gubernur minta Busway disÂterilisasi dari kendaraan pribadi, tujuannya agar masyarakat mau pindah menggunakan bus. Kalau sudah steril, ambulan, pemadam kebakaran juga bisa menggunakan Busway untuk evakuasi cepat," ujarnya.
Saat disinggung mengenai kendaraan plat RI yang boleh masuk Busway, Andri berpendaÂpat, hal itu masih situasional. Kendaraan plat RI dapat mengÂgunakan Busway dalam kondisi yang mendesak.
"Yang boleh masuk ambulan, pemadam kebakaran dan mobil plat RI. Gubernur tak boleh lewat karena platnya bukan RI. Nanti bisa dicek berapa kali menteri atau plat RI yang lewat, bandingkan sama kendaraan pribadi," tandasnya.
Agar sterilisasi ini terlakÂsana, lanjut Andri, pihaknya akan menambah personel untuk melakukan penjagaan Busway. Petugas Dishub, Satpol PP, Satgas TransJakarta akan dituÂrunkan. Sementara untuk palang di pintu masuk koridor Busway, Dishubtrans DKI belum akan melakukan penambahan.
"Sempat ada usulan dari Ditlantas untuk bikin palang dan verboden Busway, tapi akan kami rapatkan dahulu. Sebenarnya ada berapa titik yang mesti kami jaga. Jadi inventariÂsasi dulu," jelasnya.
Gubernur DKIJakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok beÂrencana meningkatkan sterilisasi Busway hari ini. Koordinasi penÂingkatan sterilisasi ini, dilakukan antara Pemprov DKI dengan Ditlantas Polda Metro Jaya.
Ada berbagai upaya yang akan dilakukan untuk menghalau kendaraan lain masuk Busway. Mulai dari penambahan persÂonel untuk menjaga Busway, khususnya di titik-titik rawan. Kemudian, penambahan separaÂtor tinggi.
Latar Belakang
"Kata Gubernur Biarkan Saja Macet"Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi Andri Yansah berharap, Dinas Bina Marga mempercepat pengadaan separaÂtor (MCB).
Tujuannya untuk mengurangi jumlah titik yang harus dijaga petugas. Yang dijaga cukup koriÂdor masuk Busway dan titik-titik tertentu saja. "Saya nanti minta, Senin sudah mulai laksanakan itu untuk meningkatkan efektiviÂtas penjagaan," tuturnya.
MCB akan dipasang di 12 koridor Busway. Menurutnya, penyelesaian bisa dilakukan untuk pemasangan satu koridor terlebih dahulu, lalu bertahap ke koridor lainnya. Yang akan didahulukan adalah koridor 1. Alasannya, karena koridor ini punya tingkat kemacetan tinggi.
Untuk peningkatan sterilisasi ini, Andri juga sudah meminta agar kepolisian menghapuskan diskresi, kecuali untuk jalur evakuasi. Diskresi adalah keÂwenangan polisi untuk melakuÂkan tindakan berdasarkan peÂnilaian sendiri untuk ketertiban umum. Artinya, polisi menÂgizinkan kendaraan lain masuk Busway saat-saat tertentu.
"Kata Gubernur, biarkan saja macet supaya masyarakat mau pindah. Ada Busway tapi yang lain dibiarkan masuk, tak ada bedanya. Sehingga, masyarakat malas menggunakan kendaraan umum," ucap Andri.
Menurut dia, mengenai baÂgaimana pelaksanaan dan pengaturan lebih lanjut, masih akan dibahas lebih dalam. Saat ini, pihaknya baru dalam tahap memastikan Busway steril, dengan pemasangan separaÂtor di sepanjang lajur khusus Transjakarta itu.
"Harapannya, masyarakat yang melihat Busway sudah steril,akhirnya akan beralih menggunakan Bus Transjakarta," tandasnya.
Andri menegaskan, mulai Senin ini, tak boleh lagi ada kendaraan pribadi yang masuk Busway. Tindakan tegas akan dikenakan kepada kendaraan pribadi yang masuk Busway.
"Minimal di lajur yang sudah terpasang separator atau MCB, itu hukumnya haram buat kendaraan pribadi," tandasnya. ***
BERITA TERKAIT: