Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Arsip Konferensi Asia Afrika Diperiksa Sehari Tiga Kali

Ditetapkan UNESCO Sebagai Warisan Dunia

Minggu, 01 November 2015, 09:52 WIB
Arsip Konferensi Asia Afrika Diperiksa Sehari Tiga Kali
ilustrasi/net
rmol news logo UNESCO, atau Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) urusan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya, telah menetapkan arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) sebagai warisan dunia atau Memory of The World (MoW).

Kini, arsip bersejarah yang tersimpan di gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di kawasan Ampera, Jakarta Selatan itu tidak hanya milik Indonesia saja, melainkan milik dunia. Bagaimana kondisi arsip peristiwa Bandung tahun 1955 itu disimpan?

Hari masih pagi, tepatnya jam delapan. Wasir, satu di antara enam petugas perawat arsip bidang foto dan film, mengena­kan jaket tebal dengan tulisan "proservasi arsip" di bagian punggungnya. Setelah itu, dia masuk lift sambil membawa buku katalog bertulisan "guide arsip KAA".

Tiba di lantai 3 Gedung F, pintu kaca tertutup rapat. Closed circuit television (CCTV) pun menyorot, tanda keamanan di lantai itu ketat. Untuk membuka pintu kaca, sidik jari Wasir dan kode pin menjadi kuncinya. Pintu terbuka, udara dingin langsung menyambut. Itulah mengapa Wasir wajib menggu­nakan jaket tebal.

Suhu di balik pintu kaca itu 15 derajat celcius. Barisan rak putar setinggi dua meter memben­tang. Di dalam rak, ada 45 ribu pita film milik Arsip Nasional. Bermacam-macam, mulai dari dokumentasi tentang Presiden Soekarno, hingga perjalanan pemilu dari masa ke masa. Yang dicari Wasir, adalah film doku­mentasi KAA.

ANRImenyimpan arsip KAA dalam berbagai bentuk dan media, yaitu arsip foto sebanyak 565 lembar, arsip film sebanyak 7 reel, dan arsip tekstual 37 berkas atau 1778 lembar. Arsip KAA merupakan rekaman kegiatan KAA yang digelar di Bandung tanggal 18-24 April 1955.

Bak minum obat, Wasir wajib memantau kondisi arsip KAA sebanyak tiga kali dalam satu hari. Pemantauan dilakukan untuk mengecek suhu ruang arsip, dan kondisi arsip. Jika arsip mulai ada jamur, langsung diselamatkan. Penjaga arsip media elektronik itu akan merendam pita film dengan alkohol untuk melakukan pembersihan.

Indikator pendingin udara menunjukkan angka 15 derajat. Wasir tidak hanya mengecek kondisi arsip KAA. Arsip lain­nya pun dia periksa. "Masih ada satu ruangan lagi, ruangan master film," ujar Wasir.

Benar saja, sebuah pintu besar dibuka dengan kode khusus. Pintu baja setebal 20 cm pun ter­buka. Kondisi di dalamnya lebih dingin lagi. Mencapai enam derajat. Kulkas raksasa itu tidak terlalu besar. Sekitar 15 meter persegi. Namun, isinya sangat berharga, master film berusia tua dan bersejarah. Termasuk, master film dokumentasi kegia­tan KAA.

Dengan penuh kehati-hatian, Wasir membuka toples besi beri­si pita hitam. Pita itu kemudian dicium Wasir. Jika tercium aroma tidak sedap, berarti ada jamurnya dan harus segera dibersihkan. Saat itu kondisi baik, pita-pita master KAA pun dikembalikan kembali ke raknya.

Hampir dua jam Wasir melakukan pengecekan di pagi hari. Tak kuat menahan dingin dia pun kembali ke lantai dasar. Sebelum meninggalkan ruang penyimpanan arsip film, mata Wasir menelusuri sudut ruangan apakah ada sampah dan debu di dalamnya. Jika kedapatan kondisi kotor, pria yang sudah men­jaga arsip selama 15 tahun ini langsung membersihkannya.

"Cleaning service tidak boleh masuk. Jadi yang bersihkan kita-kita juga," katanya.

Usai beristirahat, Wasir kem­bali naik lift. Kali ini, tujuannyaadalah ruang arsip foto yang berada di lantai 6. Sistem keamanannya serupa dengan ruang film. Bedanya, adalah suhu yang tidak sedingin ruang penyimpanan film. Di ruang ar­sip foto, suhunya terjaga sekitar 18 derajat.

Ada 565 lembar foto KAA disimpan. Kondisinya setiap hari dipantau. Setiap foto, di­simpan di dalam amplop anti jamur. Amplop itu, diimpor dari Jepang. Jika amplopnya rusak, langsung diganti. Di antara foto yang dicek adalah foto interior ruang sidang KAA duplikasi tanggal 25-Maret-1955.

"Negatifnya ada di lantai empat. Semua kita cek. Kondisi arsip KAA seluruhnya baik," kata Wasir.

Selain arsip film dan foto, juga ada arsip kertas. Lokasinya ada di lantai dasar gedung. Arsip KAA tidak dipisahkan dengan penyimpanan arsip lain. Untuk mencarinya, diperlukan katalog untuk mempermudah.

Kepala ANRI, Mustari Irawan menjelaskan, tidak ada pembeda soal perawatan arsip KAA den­gan ratusan ribu arsip lainnya di Gedung ANRI. Pasalnya, selu­ruh perawatan arsip sudah ber­standar internasional. Sehingga, saat proses pengusulan arsip KAA sebagai warisan dunia, tidak dilakukan pengecekan on the spot oleh UNESCO.

"Saya kira usulan ditolak, soalnya orang UNESCO tidak ada yang datang sama sekali," ujar Mustari.

Mustari menjelaskan, pihaknya sengaja mengusulkan Arsip KAA sebagai warisan dunia karena spirit KAA dapat dijadikan semangat juang bagi generasi selanjutnya. Menurutnya, pen­gakuan dunia atas arsip KAA sangat wajar.

"Kalau melihat dari kearsipan, KAA bisa dilihat dalam dua perspektif, yakni masalah isi dan konten," kata Mustari.

Dilihat dari isi, kala itu, Indonesia baru berusia 10 tahun merdeka dan melibatkan 29 negara, dengan 200 anggota delegasi. "Jelas, peristiwa itu sangat bersejarah dan hanya satu kali diadakan. Dalam per­temuan itu menghasilkan Dasa Sila Bandung yang berkaitan kesejahteraan dan hak asasi manusia bangsa Asia-Afrika," kata Mustari.

Dilihat dari sisi konten, KAA menunjukkan peran Indonesia sebagai salah satu pelopor bang­kitnya perjuangan negara Asia Afrika. Juga memberikan gam­baran waktu, tempat, kejadian dan iklim politik dunia yang dikuasai oleh dua blok, yakni barat dan timur.

"Ini bernilai tinggi. Jadi, semacam pencerahan yang harus dihidupkan terus, sehingga masyarakat tahu bahwa kita negara besar, apalagi KAA menginspirasi negara lain berjuang untuk merdeka," pungkasnya.
 
Latar Belakang
Arsip Konferensi Asia Afrika Didaftarkan ke UNESCO Tahun 2013


Bukan perkara mudah mengu­payakan arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) menjadi memory of the world (MoW) atau wari­san dunia. UNESCO sebagai pemberi gelar, sangat selektif menentukan penghargaan ini.

Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Mustari Irawan menjelaskan, semuanya berawal dari kelompok diskusi antara sejarawan, peneliti, dan pihak ANRI.

Mereka ingin nama Indonesia menggaung. Momentumnya, didapat dari proses KAA. Selain sebagai tuan rumah, Indonesia sebagai pelopor kemerdekaan negara-negara Asia Tenggara. "Tahun 2013, awal kita buat formulir ke UNESCO untuk dijadikan warisan dunia," ujar Mustari kepada Rakyat Merdeka di kantornya.

Seluruh data arsip terkait KAA telah disiapkan. Total, ada 7 reel film, 565 lembar foto, dan 1778 lembar arsip kertas. Semuanya dalam kondisi baik karena sudah ditaruh di gedung arsip. Suhunya terjaga, dan perawatannya berkala.

Formulir yang dikirim, tidak langsung diterima. Pengembalian formulir oleh UNESCO tidak menyurutkan ANRI untuk melakukan revisi dengan melibatkan kembali para peneliti dan sejarawan.

"Sampai enam kali formulir dikembalikan. Prosesnya hampir tiga tahun," katanya.

Dijelaskan, persaingan penetapan warisan dunia saat itu cukup ketat. Ada 170 negara mengusulkan. Namun, hanya 47 yang diterima, salah satunya Arsip KAA.

Formulir baru diterima pada akhir 2014 di Paris, Prancis. Namun, tahun berikutnya, UNESCO meminta surat dukungan negara peserta KAA, selain Indonesia. Alhasil, tim pun terbang ke empat negara untuk mendapat dukungan. Yakni ke Myanmar, Pakistan, Sri Langka, dan India

"Tapi yang terpenting adalah bagaimana memberikan keyaki­nan, KAA yang berlangsung di Bandung pada 18-24 April 1955 merupakan peristiwa penting dan layak jadi warisan dunia," katanya.

Arsip-arsip KAA yang diaju­kan ANRI adalah berupa foto-fo­to, dokumen dan lain sebagainya terkait kegiatan KAA, mulai pembukaan hingga menghasil­kan Dasa Sila Bandung.

"Efek KAA sangat besar. Aljazair misalnya, mereka terima kasih sekali kepada Indonesia karena lepas dari bagian Prancis, dan kini dikenal sebagai sebuah negara merdeka," katanya.

Singkat cerita, UNESCO akhirnya memutuskan Arsip KAA sebagai warisan dunia di Abu Dhabi pada 6 Oktober 2015. Mustari berharap, gelar ini dapat menjadi spirit generasi muda untuk mencintai dan berjuang demi negara. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA