RMOL. Enam muda-mudi mendatangi gedung berlantai tiga di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, kemarin siang. Usia mereka rata-rata masih kepala dua. Mereka hendak menuju Unit Luka Bakar (ULB) di lantai dua.
Namun sebelum sampai di lantai yang dituju, mereka dicegat petugas keamanan. “Mau ke mana?†tanya petugas itu.
“Kami mahasiswa UBK. Yang dirawat di Unit Luka Bakar itu teÂman kami. Ia anak Fakultas HuÂkum,†kata salah satu pemuda. UBK adalah kependekan dari UniÂversitas Bung Karno. RomÂboÂngan kemudian naik ke atas.
Seorang perempuan yang ikut dalam rombongan itu terlihat menangis di depan lift lantai dua ruang ULB. Usianya sekitar 20 taÂhunan. Mengenakan kemeja panjang motif kotak-kotak, ia terÂduduk lemas. Kepalanya disenÂderkan ke tembok.
“Dia satu kampus dengan saya. Dia itu pacar saya. Sudah lama kami menjalin hubungan,†kata perempuan itu di sela-sela tangisnya.
Sepuluh menit kemudian, ia turun ke lantai dan mendatangi meja sekuriti. “Saya yakin sekali kaÂlau pria yang bakar diri itu teÂman saya pak. Tolong saya diÂbeÂriÂkan izin untuk melihat langÂsung,†pintanya sambil menÂunÂjukÂkan foto pria terbakar di sebuah surat kabar terbitan Kamis (8/12).
Ia lalu mencoba memÂbanÂdingÂkan pria yang tubuhnya mengÂhitam karena terbakar dengan dengan foto pria yang ada di teleÂpon genggamnya.
Dari berbagai kemiripan antara foto di koran dengan foto di handÂphone, ia meyakini pria yang seÂdang dirawat di ULB itu adalah kekasihnya.
“Tadi saya sudah menghubungi pihak kepolisian. Saya disuruh cek ke rumah sakit. Kalau sudah, saya disuruh hubungi kepolisian lagi,†tegasnya.
“Seluruh identitasnya ada sama saya di rumah, tapi tidak dibawa. Saya panik begitu mendengar beÂrita orang bakar diri,†kata peÂrempuan itu kepada dua petugas keamanan rumah sakit.
Belum sempat menjelaskan identitasnya, perempuan itu sudah digiring petugas keamanan ke bagian Hubungan Masyarakat (Humas). Rombongan tak kemÂbali ke ULB untuk memastikan bahwa pria yang menderita luka bakar itu adalah rekan mereka.
Rabu sore, sekitar pukul 17.30 WIB terjadi insiden di depan Istana Merdeka, Jakarta. Seorang pria berumur 30 tahun bakar diri di lokasi yang biasa digunakan aksi unjuk rasa.
Dengan tubuh menghitam, pria itu dilarikan ke RSCM dengan mobil polisi bak terbuka. IdenÂtitas dan motif pria itu melakukan bakar diri belum diketahui.
Kemarin siang, Rakyat MerÂdeka mencoba menjenguk pria tersebut di ULB RSCM. SayangÂnya karena lukanya parah, dia tak diperkenankan dijenguk.
“Pasien itu memang ada di ruangan ini. Tapi tidak bisa diteÂmui. Pasien ditaruh di ruang isoÂlasi khusus dan masih dalam panÂtauan tim dokter,†kata seÂorang petugas keamanan di lantai dua ULB.
Ada dua ruangan di lantai itu. Kedua ruangan dipisahkan oleh dinding dari kayu. Pintu kedua ruangan tertutup. Mengintip dari kaca di pintu, terlihat di dalam ruangan ruang itu terdapat kamar-kamar. Pintu kamar-kamar itu terÂtutup. Beberapa perawat mondar-mandir di lorong ruangan.
Informasi yang diperoleh, pria yang nekat bakar diri itu dirawat di ruangan sebelah kanan. Tak sembarang orang bisa masuk ke ruang perawatan pasien penderita luka bakar, apalagi ruang isolasi.
Pasien luka bakar rawan terkena infeksi. Untuk itu ruang perawatannya harus steril. Orang yang masuk ke ruang perawatan harus mengenakan pakaian khuÂsus, masker, penutup kepala dan kaca mata. Tujuannya agar orang dari luar tak membawa kuman ke dalam ruang perawatan.
Dirut RSCM Akmal Taher meÂngatakan pihaknya belum mengeÂtahui identitas pria yang meÂlaÂkuÂkan aksi bakar diri itu. Saat tiba di RSCM, kondisi pria misterius itu buruk. Seluruh tubuhnya mengÂhitam karena terbakar.
Tim dokter mendiagnosa pria meÂngalami luka bakar 97-98 perÂsen. “Untuk peluang hidupnya saÂngat kecil, karena lukanya yang cuÂkup parah. Saat ini, pasien senÂdiri masih dalam keadaan tidak sadar. Untuk pernafasan, pasien diberikan alat bantu dan terus diÂberikan cairan agar bisa berÂtaÂhan,†jelas Akmal.
Identitas pria yang bakar di deÂpan Istana Negara, Rabu sore maÂsih misterius. Bisa saja aksi neÂkat ini merupakan bentuk protes.
Aksi bakar diri sebagai bentuk protes pernah dilakukan beberapa pria di Mesir awal tahun ini. Salah satunya melakukan di luar gedung parlemen di Kairo.
Seorang pria mengguyur tuÂbuhnya bensin lalu menyulut deÂngan api. Aksi ini sebagai bentuk protes terhadap kondisi hidup yang buruk di Mesir.
Revolusi pun pecah di Mesir. Masyarakat anti Presien Hosni Mubarak menggelar aksi unjuk rasa di jalan-jalan Kairo. KelomÂpok ini sempat bentrok dengan keÂlompok yang pro Hosni MubaÂrak maupun aparat keamanan.
Diterpa gelombang protes terus menerus, Hosni Mubarak yang sudah berkuasa 30 tahun akhirnya terjungkal dari kursi kekuasaan.
Gelombang protes lebih dulu melanda Tunisia. Pemicunya aksi bakar diri seorang mahasiswa bernama Mohammed Bouazizi.
Ia melakukan aksi nekat itu kaÂrena dilarang polisi menjual saÂyur-sayuran tanpa izin pada DeÂsemÂber 2010. Bouazizi akhirnya meninggal awal Januari 2011.
Sebagian besar warga Tunisia meÂmang mengalami kesulitan hidup akibat tingginya pengangÂguÂran, korupsi dan harga pangan yang melambung.
Masyarakat lalu turun ke jalan menggelar aksi protes terhadap pemerintah. Gelombang protes terus menerus memaksa Presiden Zine al-Abidine Ben Ali mundur dari jabatannya.
Apakah aksi bakar diri di InÂdonesia bakal memicu perubahan seperti di Tunisia dan Mesir? Kita lihat saja nanti.
Mata Melotot, Batuk-batuk
Bekas kain terbakar terlihat berserakan. Warnanya hitam karena hangus dimakan api. Lelehan plastik menempel di trotoar. Hingga kemarin sore (8/12), lokasi bakar diri yang dilakukan pria misterius, belum dibersihkan.
Setiap orang bisa mendekati lokasi ini. Sebab, tak garis dipaÂsang garis polisi. Bekas-bekas kain dan plastik terbakar terlihat di dua titik. Jarak kedua lokasi tak berjauhan. Kira-kira 1,5 meter.
Rabu sore, seorang pria tak dikenal melakukan aksi bakar di depan Istana Merdeka. Aksi nekat dilakukan di lokasi yang biasa dipakai unjukrasa.
Api sempat membakar diriÂnya selama tiga menit, sebelum dipadamkan dengan siraman air. Pria misterius itu lalu diÂlaÂrikan ke RSCM untuk menÂdaÂpatkan pertolongan.
“Memang di sini tempat pria itu melakukan aksi bakar diri. Dia terbaring di dua titik ini seÂtelah seluruh tubuhnya dikobari oleh api,†ujar Banuri, tukang sapu di kawasan Monas.
Pria misterius terlihat berjaÂlan di trotoar dari arah Jalan ThamÂrin menuju ke Istana. Tepat di lokasi unjuk rasa tanpa ada peringatan terlebih dulu pria itu langsung membakar dirinya dengan bensin.
Lantaran tak melihat keaneÂhan, orang-orang yang di situ tak tahu bagaimana awal pria itu membakar diri. Banuri yang seÂdang menyapu baru memperÂhatikan setelah kobaran api memperbesar.
“Saya langsung menghampiri dengan air secukupnya. Ada orang yang pakai air aqua. Ada juga yang pakai air dari ember milik tukang penjual miÂnuman,†jelas Banuri.
Setelah api padam, pria asal Nganjuk ini bersama dua polisi membawa korban yang tubuhÂnya hangus itu ke RSCM. KorÂban diangkut dengan mobil bak terbuka milik polisi.
“Selama di dalam mobil, korban masih dalam keadaan saÂdar tapi tidak bisa bersuara. HaÂnya matanya saja yang terÂkadang melotot dan kadang terÂtutup. Sesekali dia juga batuk-batuk,†jelasnya.
Bakar Diri, Bentuk Protes Paling Keras
Mahasiswa yang bakar diri di depan Istana diduga mahaÂsiswa. Meski identitas dan moÂtivÂasinya belum jelas, maÂhaÂsisÂwa dari sejumlah kampus mengÂgelar aksi solidaritas.
Aksi dilakukan di depan RSCM sejak Rabu malam diÂlanÂjutkan Kamis. Kemarin siang, para menggelar aksi soÂlidaritas dengan menyampaikan orasi.
Mereka yakin aksi bakar diri itu sebagai bentuk protes terhaÂdap kepemimpinan SBY. “AkÂsi bakar diri itu menunjukkan kaÂlau masyarakat sangat keÂceÂwa dengan kepemimpinan PreÂsiÂden SBY. Tidak henti-hentiÂnya negeri ini dirundung masaÂlah, dan puncaknya maÂsyaÂraÂkat rela membakar diri di deÂpan Istana Negara sebagai keÂÂkeÂcewaaan kepada pemeÂrinÂtah,†ujar salah seorang deÂmonsÂtran dalam orasinya.
Tak hanya kalangan aktivis mahasiswa, para elite politik pun turut mengomentari aksi baÂkar diri. Ketua DPP Partai HaÂnura Yuddy Chrisnandi meÂminta pemerintah tidak meÂmandang remeh aksi ini. “Itu cara rakyat melontarkan kritik yang keras,†ujar Yuddy.
“Aksi itu juga menunjukkan kekesalan orang kecil kepada apaÂrat negara yang dianggap tiÂdak berpihak pada penderitaan rakÂyat. Kepala Negara diÂanggap menÂjadi representasi itu,†katanya.
Staf Presiden Bidang KoÂmuÂnikasi Politik Daniel Sparringga meminta masyarakat tak meÂnganggap aksi bakar diri itu seÂbagai tindakan heroik.
“Kami secara mendalam meÂnyaÂtakan rasa simpati dan sekaÂligus keprihatinan atas aksi itu. Pusat perhatian Presiden SBY saat ini adalah memastikan bahÂwa semua usaha meÂnyeÂlaÂmatÂkan nyawa yang bersangÂkutan dilaÂkuÂkan secara makÂsiÂmal,â€ujarnya.
Sementara itu, Juru Bicara PreÂÂsiden Julian Aldrin Pasha meÂÂngatakan Presiden telah menÂdengar ada aksi bakar diri di depan Istana Merdeka.
Beberapa saat setelah perisÂtiwa itu, kata Julian, Presiden meÂminta kepolisian berkoorÂdinasi dengan pihak rumah sakit agar segera memberikan perÂtoÂlongan maksimal kepada korÂban. “Presiden berharap agar piÂhak rumah sakit bisa optimal meÂlakukan penyelamatan terhaÂdap korban,†ujar Julian. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.