Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pabrik Berhenti Produksi, Direksi Jarang Ngantor

Melongok Perusahaan Pelat Merah “Dhuafa” (7)

Sabtu, 19 November 2011, 08:56 WIB
Pabrik Berhenti Produksi, Direksi Jarang Ngantor
PT Kertas Kraft Aceh (KKA)
RMOL.Gulungan kertas warna cokelat ditumpuk rapi dua susun. Jumlahnya mencapai ribuan. Gulungan kertas di tempatkan di sebuah bangunan memanjang yang kerangka atapnya terbuat dari baja.

Gulungan kertas produksi PT Kertas Kraft Aceh (KKA) di­abadikan dalam sebuah foto. Foto ini menghiasi ruang tamu kantor pusat perusahaan negara di lantai lima Is Plaza, Jalan Pramuka Raya, Jakarta Timur.

“Itu gambar gudang yang pe­nuh dengan tumpukan gelon­do­ngan kertas saat masih produksi dulu,” kata Lukman, staf ad­mi­nistrasi PT KKA.

Perusahaan mengalami masa kejayaan pada kurun 1990-1997. Saat itu produksi kertas melim­pah ruah. Sebagian diekspor. Masa keemasan itu telah berlalu. Bahkan perusahan negara yang memproduksi kertas semen itu kini “mati suri”.

Sejak 2008 PT KKA tak lagi ber­produksi karena kesulitan ba­han baku pembuatan kertas. “Se­karang gudang itu kosong me­lompong. Bisa dipakai lapangan sepak bola,” kata Lukman sambil menunjuk foto tadi.

Pada Agustus 2009, perusa­ha­an ini memberhentikan 935 kar­yawan. Para karyawan yang di­ru­mahkan itu dijanjikan akan di­pekerjakan kembali jika peru­sa­haan ini beroperasi lagi.

Kementerian BUMN mencatat pada 2010 PT Kertas Kraft Aceh rugi Rp 67,5 miliar. Menteri BUMN terdahulu, Mustafa Abu­ba­kar hendak menghidupkan kem­bali perusahaan ini. Ren­cananya, pada 2013 sudah mulai produksi.

Di bawah kepemimpinan Dah­lan Iskan, kementerian men­do­rong agar perusahaan negara yang semaput diakuisisi BUMN yang sehat. Tak hanya dihidup­kan lagi, PT Kertas Kraft Aceh nanti akan diakuisisi BUMN yang berminat.

Tanda-tanda perusahaan ini akan beroperasi kembali sudah terlihat sejak April lalu. Ma­na­jemen mempekerjakan kembali 115 karyawan. Mereka bertugas men­jaga aset pabrik di Lhokeu­ma­we, Aceh Utara, agar tak rusak.

Menurut Lukman, karena tidak ada kegiatan produksi karyawan bertugas melakukan pemeliha­raan. Mesin dipanaskan setiap dua jam sekali. “Kalau tidak di­pa­naskan, me­sin yang harganya miliaran bisa rusak karena tidak digunakan,” katanya.

Berhentinya kegiatan produksi membuat geliat kantor peru­sa­haan ini di Jakarta nyaris terhenti. Ini bisa terlihat saat Rakyat Merdeka berkunjung ke kantor PT Kertas Kraft Aceh di Is Plaza, Rabu lalu.

Kantor ini hanya ditempati em­pat direksi yang dibantu tiga orang staf. Salah satu stafnya ada­lah Lukman. Sehari-hari Lukman bertugas menyortir surat-surat yang masuk.

Untuk mencapai kantor PT Ker­tas Kraft Aceh bisa meng­gu­nakan lift. Di gedung itu ada lima lift yang bisa digunakan untuk naik turun. Tapi hanya dua yang sampai ke lantai lima.

Sesampainya di lantai lima, tepat di depan lift langsung tam­pak kantor PT KKA. Ada tiga perusahaan yang berkantor di lantai ini. Nah, lokasi kantor PT KKA persis di tengah. Kantornya menempati ruang bernomor 504.

Di bagian depan terdapat pintu masuk selebar satu meter terbuat dari kaca putih yang digelapkan.  Pintu dibuka terlihat meja re­sepsionis di balik pintu. Meja ini dilengkapi kursi duduk. Tak ada staf yang menunggui meja ber­warna coklat oak.

Di belakang meja resepsionis ter­dapat dinding warna krem. Di dinding ini dipajang foto udara pabrik PT KKA di Lhokseu­mawe, Aceh.

Di samping kiri meja resep­sionis disediakan kursi tamu yang mampu memuat lima orang. Di beberapa bagian din­ding ruang tamu ditempel be­berapa foto yang dibingkai ber­isikan masa kejayaan perusa­haan pelat merah tersebut.

Di belakang ruang tamu terda­pat lorong selebar dua meter yang berisikan beberapa ruang untuk para direksi. Rakyat Merdeka ti­dak bisa melihat lebih jauh isi ruangan karena tidak di­per­bo­leh­kan masuk lebih dalam.

Tak ada satupun direksi yang bisa ditemui. Kemana mereka? “Direksi jarang datang ke kantor ini. Mereka lebih sering rapat di kantor Kementerian BUMN ka­rena urusan perusahaan,” terang Lukman.

Menggadaikan Barang Supaya Dapur Ngebul

Sudah Lima Bulan Belum Gajian

Lantaran tak lagi mem­pro­duksi kertas, PT Kertas Kraft Aceh tak memiliki pemasukan. Pembayaran gaji karyawan pun tersendat. Lukman, staf adminis­trasi kantor PT Kertas Kraft Aceh di Jakarta mengakui hal ini.

“Bahkan sejak lima bulan lalu sampai sekarang saya belum me­nerima gaji sepeserpun,” kata pria yang sudah bekerja selama 11 tahun di perusahaan ini.

Berbagai cara pun dilak­ukan­nya untuk bertahan. Antara lain, barang-ba­rang berharga yang ada di rumah diga­daikan agar dapur tetap ngebul.

“Saya sudah tidak punya ba­rang berharga lagi di rumah ka­rena habis untuk kebutuhan ma­kan sehari-hari,” katanya.

Menurut dia, kondisi ini tak hanya dialami dirinya. Tapi juga karyawan yang dipekerjakan di pabrik.

“Kondisinya lebih me­nye­dih­kan lagi. Mereka sering me­nangis karena gaji sering telat,” katanya.

Lukman hanya bisa pasrah me­lihat kondisi perusahaannya “mati suri”. “Kami hanya bisa ber­doa mu­dah-mudahan perusa­ha­an bisa cepat beroperasi sehing­ga gaji ti­dak telat lagi,” harapnya.

Diminati Investor Cina dan Arab

Lantaran berhenti berope­rasi sempat muncul rencana untuk melikuidasi PT Kertas Kraft Aceh (KKA). Menteri BUMN Dahlan Iskan menjamin tidak akan ada perusahaan negara yang dili­kui­dasi meski nyaris pailit. “Saya tidak akan melakukan likuidasi,” ujarnya.

Kalaupun ada perusahaan ne­gara yang dilikuidasi itu karena keputusan hukum. Bukan karena kebijakan Kementerian BUMN.

Tak mudah menghidupkan kembali PT Kertas Kraft Aceh yang telah “mati suri” tiga tahun. Menteri BUMN terdahulu, Mus­tafa Abubakar, menyebutkan bu­tuh dana Rp 800 miliar jika ingin perusahaan itu beroperasi lagi.

Perusahan Pengelola Aset (PPA) lalu diminta untuk meng­koor­dinir pencari dana guna menghidupkan PT KKA.

Tiga BUMN diminta ber­par­tisipasi. Yakni PT Semen Gre­sik, PT Bukit Asam), dan Perum Perhutani. “Dibuka kesempatan untuk investor swasta,” kata Mustafa, saat itu.

PT Semen Gresik bertindak se­bagai pemakai atas produk kertas yang akan diproduksi KKA. Sekaligus menyediakan dana bagi KKA. Sebab, kondisi peru­sa­haan itu tak memungkinkan memperoleh pinjaman dari bank.

Sementara PT Bukit Asam ber­komitmen sebagai pemasok batu bara untuk pabrik KKA. Sedang­kan Perum Perhutani secara sendiri atau bersama PPA akan memberikan kontribusi dalam suplai bahan baku kayu pinus untuk pembuatan kertas.

Kalaupun proses “penye­la­matan” itu berlangsung lancar, PT Kertas Kraft Aceh baru akan berproduksi pada 2013. Pasalnya, banyak yang perlu disiapkan. Salah satunya penataan hutan untuk bahan baku.

Di situs PT Kertas Kraft Aceh (KKA) www.kka.co.id dican­tum­k­an program penawaran kerja sama operasi (KSO) yang dikoor­dinir PPA.

PPA sempat mengundang 18 investor untuk ikut program ini. Dua belas perusahaan dari dalam negeri. Sisanya asing. Dua in­vestor asing yang terta­rik berasal dari China dan Arab. Persoalan pun mentok soal energi yang bakal digunakan.

Sebelum KKA menggunakan bahan bakar gas. Hendak diubah menggunakan batu bara. Pem­bangunan boiler untuk batu bara butuh waktu hampir dua tahun. Tapi bila menggunakan bahan bakar gas bisa dipercepat jadi hanya 12 bulan.

“Namun semua itu tergantung tergantung investor nantinya,” kata Dirut PPA Boyke Mukijat.

Menteri BUMN Dahlan Iskan me­miliki kebijakan sedikit ber­beda. Ia menggenjot pengambil ali­han perusahaan negara “dhua­fa” oleh BUMN yang se­hat. PT Semen Gresik berminat meng­akuisisi PT Kertas Kraft Aceh.

“Kalau ditanya apakah tertarik mengakuisisi (KKA), ya pasti ter­tarik. Dari dulu juga tertarik,” kata Dirut PT Semen Gresik Dwi Soetjipto.

Tapi sebelum mengambil alih, perusahaan semen ini me­ngaju­kan sejumlah persyaratan. Bahan baku untuk produksi pabrik harus terjamin dan pasokan energi ha­rus lancar.

“Karena itu, saat ini kami terus memantau, apakah ketersediaan bahan bakunya terjamin. Juga untuk pasokan energinya, apa­kah mencukupi dan menjan­jikan. Kalau dua hal itu ternyata bagus, tentu kami siap (meng­akuisisi),” ujar Dwi.

Menurut Dwi, dengan memi­liki KKA, biaya pengadaan kan­tor semen bisa dihemat. “Karena itu kami sedang pantau semua hal terkait (akuisisi) itu. Yang pasti kami berminat,” katanya.

Dahlan berharap, akuisisi tujuh BUMN selesai pada kuartal pertama 2012.

Limbah Cairnya Dibuang ke Laut

PT Kertas Kraft Aceh berhenti beroperasi karena kesulitan mendapatkan pasokan bahan baku pembuatan kertas.

Tapi di situs www.kka.co.id perusahaan ini mengklaim me­miliki lahan penyedia bahan baku pinus merkusii.

Luasnya 70 ribu hektar di Aceh Tengah. Terbagi dalam dua blok. Yakni Blok I 18 ribu hektar yang terletak 90 kilo­meter dari pabrik PT KKA di Lho­kseumawe, Aceh Utara. Blok II 52 ribu hektar terletak 160 kilometer dari pabrik.

Pengangkutan bahan baku pembuatan kertas itu dilakukan dengan truk melalui jalan khu­sus yang dibuat perusahaan.

PT Kertas Kraft Aceh didiri­kan pada 21 Februari 1983. Ber­dasarkan persetujuan Presi­den Republik Indonesia No. I/PMA/1983 tanggal 12 April 1983, perusahaan ini ditetapkan sebagai Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA).

Dalam perkembangannya status perusahaan diubah dari Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tanpa ke­ikutsertaan Georgia Pacific In­ternational Cor­poration USA.

Perusahaan didirikan dalam rangka swasembada kertas kantong semin dan peningkatan ekspor non-migas. Jenis kertas yang dihasilkan adalah multi­wall regular, multiwall exten­sible (clupak), di sampng itu di­produksi juga lineboard.

Mesin produksi meng­gu­na­kan teknologi modern dan ter­ba­ru dengan sistem produksi satu lini, dengan kapasitas Jum­bo Roll 280 dan maksimum di­po­tong menjadi 7 ukuran ship­ping roll.

Untuk kebutuhan air terdapat beberapa sumber air yang ber­asal dari danau laut tawar yang mengalir melalui Krueng Peu­sa­ngan (Sungai Peusangan).

Di pinggir Krueng Peusangan dibangun tempat pengambilan dan penampungan air serta pe­ngendapan lumpur (water inta­ke), untuk selanjutnya diproses di unit pengolahan air (water treatment). Air yang sudah di­olah kemudian dialirkan mela­lui pipa ke pabrik dengan debit 430 liter per detik.

Pengelolaan limbah debu, padat dan lumpur kapur juga menggunakan teknologi cang­gih. Limbah cair yang telah di­olah lalu dialirkan ke laut.

Di masa jayanya, 65 persen produksi PT Kertas Kraft Aceh un­tuk memasok kebutuhan pab­rik semen dan pabrik lainnya.

Sisanya diekspor ke luar ne­geri. Di antaranya ke negara Asia Tenggara, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Bangladesh dan Timur Tengah. Pengiriman hasil produksi dilakukan lewat pelabuhan Krueng Guekueh-Lhokseumawe.

Kertas produksi PT KKA tak hanya digunakan untuk kantong semen juga untuk kantong pa­kan ternak, kantong makanan, kantong carbon black, kantong arang dapur/char coal, kantong plastik dan kertas bungkus lainnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA