Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Berharap Sekilo Daging Eh Jeroan yang Didapat

Pagi Buta Warga Sudah Antre di Masjid Istiqlal

Selasa, 08 November 2011, 08:40 WIB
Berharap Sekilo Daging Eh Jeroan yang Didapat
ilustrasi/ist
RMOL.Dua perempuan setengah baya duduk pelataran pintu Al-Quddus Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin siang (7/11). Masing-masing membuka plastik putih yang dipegangnya. “Wah dapat jeroan sapi,” celoteh perempuan bernama Manisem.

Manisem mengaku, berada di Masjid Istiqlal sejak Senin subuh un­tuk mengambil kupon daging kur­ban. Tapi tak kebagian. “Saya telat datang, baru hari ini ke Is­tiqlal. Jadi tidak kebagian kupon. Coba kalau datang Minggu ma­lam, pasti dapat,” keluh Manisem.

Manisem tinggal di Bojong Ge­de, Bogor. Pagi-pagi buta, ibu ru­mah tangga ini ke Istiqlal de­ngan menumpang kereta. Turun di Stasiun Gambir, dia berjalan kaki ke masjib termegah dan terbesar di Asia Tenggara ini. Tapi perjuangannya memperoleh se­kilo daging kur­ban tak berhasil.

Gagal dapat daging, Manisem tak langsung pulang. Ia memilih ngaso di Istiqlal mengumpulkan tenaga untuk perjalanan pulang.

 â€œSaya tinggal sementara disini (masjid) sampai Ashar sambil melepas lelah. Setelah itu baru pulang ke rumah,” katanya.

Nasib baik menghampirinya. Usai shalat Dzuhur, seorang pa­nitia kurban menawari satu bung­kus plastik. Begitu dibuka isinya jeroan.

“Mereka (panitia-red) mena­wari dan akhirnya saya ambil. Lu­ma­yan dari pada nggak dapat sama sekali,” kata Mani.

Setelah mendapat jeroan, Ma­nisem bergegas pulang tak me­nunggu hingga Ashar. Saat bungkusan plastik putih yang diperoleh dibuka, bau menyengat me­nyeruak. “Harus segera di­olah. Kalau kelamaan bisa busuk jeroannya,” kata dia.

Suasana Masjid Istiqlal men­je­lang siang sudah tak ramai. Ber­beda dengan dini hari. Saat itu, ribuan orang berdesak-desakan dan berebutan mengambil daging.

Bekas pembagian daging kur­ban masih terlihat. Dua tenda be­sar di atas jembatan yang ke pintu yang mengarah ke Gereja Ka­tedral masih berdiri.

Beberapa orang terlihat sudah mencopoti tenda besar di dekat pintu Al-Fattah. Besi-besi pe­nyang­ga tenda dipreteli lalu di­angkut ke truk.

Pembagian hewan kurban di­pusatkan di Taman Wijaya Ku­suma, Masjid Istiqlal Jakarta. Di de­pan taman masih terpasang span­duk besar warna hijau yang ber­tuliskan “Dengan semangat idul kurban dan tahun baru hij­riyah kita tingkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT dalam membangun kehidupan bangsa yang sejahtera lahir dan batin”.

Masuk lebih dalam terdapat plang tembok besar yang bertu­lis­kan “Masjid Istiqlal”. Tak jauh dari plang terdapat tenda ber­ukuran 4x25 meter. Di sinilah tempat orang-orang mengantre mendapatkan daging kurban.  

Pembagian daging kurban ber­langsung pukul 05.00-07.00 WIB. Sebelum mengambil da­ging, ribuan orang datang ber­bon­dong-bondong memadati pela­taran masjid untuk men­da­pat­kan kupon. Kupon ini bisa ditukar dengan satu kilo daging.

Sejak pukul 03.00 WIB, pe­lataran masjid sudah penuh di­pa­dati orang. Mereka mengantre dan menunggu loket kupon yang dibuka pukul 04.30 WIB.

Beberapa unit satuan penga­manan dari unsur Kepolisian dan Satpol PP disiagakan untuk men­jaga ketertiban. Begitu loket di­buka terjadi desak-de­sakan di antara pengantre.

Di saat yang sama, orang-orang terus berdatangan memasuki mas­jid lewat pintu masuk ger­bang utama.

Selepas shalat Subuh atau pu­kul 05.00 WIB, begitu loket pembagian daging dibuka, terjadi ak­si dorong-mendorong. Meski telah disediakan kursi untuk me­ngantre, banyaknya orang mem­buat aksi saling dorong tak dapat dielakkan

Sekretaris Panitia Kurban Mas­jid Istiqlal, Wahyono menga­ta­kan, jumlah hewan kurban yang di­sembelih melonjak tajam di­ban­ding tahun lalu. “Tahun lalu hanya ada 17 sapi dan 328 kam­bing. Sementara tahun ini seba­nyak 60 ekor sapi dan 27 ekor kambing,” katanya.

Jumlah hewan kurban tahun ini melonjak karena ada sumbangan dari masyarakat muslim Turki yang tinggal di Indonesia. Me­reka menyumbang 45 ekor sapi dan 10 ekor kambing. Karena jumlah hewan kurban bertambah, waktu pemotongan di­percepat.

“Yang tadinya pukul 20.00 WIB, sekarang kita mulai pukul 16.00 WIB, sampai men­jelang subuh,” kata Mubarok, Ketua Panitia.

Hewan-hewan kurban disem­be­lih 60 orang yang berprofesi se­bagai tukang potong hewan. “Mereka terdiri dari dua tim, ma­sing-masing ada 30 orang. Di­ambil dari Rumah Potong He­wan (RPH) di Jakarta, khususnya di Pulo Gadung,” katanya.

Wahyono menjelaskan daging kurban yang diperoleh seberat 8,5 ton. Daging ini dibagi-bagikan ke­pada 10 ribu orang. “Kami te­lah membuat 10 ribu kupon yang masing-masing bungkusnya se­berat 1 kilogram,” katanya.  

Panitia tak menerapkan kriteria orang yang berhak mendapatkan daging kurban. Setiap orang yang datang dan memiliki kupon akan mendapat daging. “Bila ada orang yang datang ke masjid lang­sung kami beri kupon,” katanya.

Kupon ini bisa ditukar dengan satu kilogram daging kurban. Kupon hanya diberikan kepada orang dewasa. “Kalau ada ibu-ibu yang membawa anak-anak, kami hanya memberi satu kupon,” katanya.

Meski sempat diwarnai desak-de­sakan, Wahyono bersyukur pembagian daging kurban di Mas­jid Istiqlal berlangsung lancar dan tertib.

Untuk pengamanan, pihaknya menurunkan 40 petugas kea­man­an internal, 90 anggota Sa­tuan Polisi Pamongpraja dan 90 ang­gota Kepolisian.

Rambo 2 Dipotong Pertama

SBY Kurban Sapi 1,2 Ton

Ketua Badan Pelaksana Pe­ngelola Masjid Istiqlal Mubarok mengatakan, Presiden SB me­nyerahkan sapi kurban seberat 1,2 ton. Sementara Wapres Boe­diono sapi 1,1 ton.

Tahun ini, Masjid Istiqlal me­nerima hewan kurban terdiri dari 60 ekor sapi dan 27 ekor kam­bing.

Selain dari Presiden dan Wap­res, Menteri Agama Sur­ya­dharma Ali dan Wakil Gubernur Prijanto juga berkurban satu ekor sapi. Sebanyak 45 ekor sapi lain­nya berasal dari masyarakat Turki yang tinggal di Indonesia.

Mubarok mengucapkan teri­ma ka­sih kepada Presiden SBY dan Wakil Presiden, Boediono yang menyerahkan hewan kur­ban ke Masjid Istiqlal. Hewan kurban ini dipotong bersama dengan hewan lainnya.

Sapi kurban sumbangan Pre­siden SBY yang berjuluk Rambo 2 mendapat giliran pertama da­lam sesi pemotongan hewan  kurban di Masjid Istiqlal.

Tak ada masalah berarti dalam proses penyembelihannya. Se­te­lah melalui proses pe­mo­tongan, organ-organ penting sapi terse­but ke­mudian diperiksa kadar higie­nitas dan kelayakannya.

“Sapi dari Presiden tidak ada masalah. Semua organnya layak konsumsi,” ujar Kepala Seksi Pe­ternakan Suku Dinas Peternakan  Eko Hen­dri Wicaksono.

Mirip Pemilu, Abis Ngambil Celupkan Jari ke Tinta

Untuk mencegah pengam­bil­an berulang kali, panitia me­nan­dai setiap orang yang sudah mendapatkan daging kurban.

Pemegang kupon diminta mencelupkan jari tangan ke tin­ta setelah mendapatkan da­ging. Mereka yang sudah dapat juga di­arahkan ke luar kom­pleks Masjid Istiqlal.

“Setelah mendapat daging lalu mencelupkan jarinya ke tin­ta seperti pemilu. Kemudian keluar dari kawasan Istiqlal. Jangan sampai karena suatu pem­bungkus daging tapi ku­rang tertib,” kata Ketua Panitia Kurban di Istiqlal Mubarok.

Mubarok mengatakan, pem­ba­gian daging kurban dila­ku­kan Senin dini hari pukul 05.00 WIB. Karena jamaah yang hen­dak shalat Subuh masuk me­lalui pintu kolam air, mereka yang hendak mengambil da­ging ma­suk lewat pintu Adipura.

Antrean orang yang hendak mendapatkan daging pun di­pisah. Pria dan wanita tak di­gabung. Tapi diatur dalam ba­risan tersendiri.

Pemisahan ini untuk men­ce­gah pria yang bertenaga lebih kuat mendominasi pengam­bil­an daging.

“Setiap gelombang antrean berjumlah 500 orang, 250 orang untuk laki-laki dan 250 untuk perempuan,” ujarnya.

Sebelum mengambil daging, mereka terlebih dulu mengam­bil kupon. Kupon ini lalu ditu­karkan dengan daging. Lo­kasi pengam­bilan daging ber­beda dengan pe­ngambilan ku­pon.

Panitia menyediakan makan­an dan minuman ala kadarnya kepada pengantre.

Walaupun sudah diatur se­de­mikian rupa, pembagian daging sempat diwarnai aksi desak-de­sakan dan rebutan. Tapi, Mu­barok membantah terjadi kericuh­an.

Menurut dia, pembagian da­ging kurban untuk tahun ini justru berjalan lebih tertib. Da­ging kurban yang dibagi-bagi­kan pun lebih banyak.

Tahun ini, Panitia membagi-bagian 10 ribu kupon. Setiap ku­pon bisa ditukar dengan satu kilo­gram daging. Sebelumnya, panitia hanya membuat 5 ribu kupon.

“Mungkin mereka berebut karena ingin cepat-cepat duduk di kursi yang ada di tenda itu se­belum menuju loket pem­ba­gian daging kurban. Jadi tidak ada kericuhan,” katanya.

Hiyyy... Ada Cacing di Hati Sapi Kurban

Suku Dinas Peternakan dan Pertanian Jakarta Pusat mene­mu­kan sapi kurban di Masjid Istiq­lal yang terinspeksi cacing hati.

Kepala Seksi Peternakan Su­ku Dinas Peternakan dan Per­ta­nian Jakarta Pusat Eko Hen­dri Wicaksono menjelaskan, ciri-ciri hewan terinfeksi cacing.

“Kalau ada putih-putih gitu, itu jaringan parut. Itu adalah ja­ringan bekas luka karena di­ge­rogoti oleh cacing hati,” kata Eko.

Eko menegaskan, hati sapi yang rusak ini tidak layak di­kon­sumsi manusia. “Keti­dak­layakannya masih bersifat lokal, bukan sistemik. Pada ka­sus seperti ini, hanya bagian yang rusak saja yang perlu di­buang, sementara bagian lain m­asih sehat untuk dikonsumsi,” katanya.

Eko mengungkapkan, tim dokter menemukan sapi yang hati­nya sudah penuh cacing. Ca­cing-cacing itu sudah mem­bentuk jaringan ikat.

“Jaringan ikat ini sebenarnya tidak berbahaya bagi kesehatan selama bisa dipastikan cacing di da­lamnya sudah disterilkan. Na­mun, secara umum hati yang sudah berjaringan ikat tidak layak konsumsi,” ujarnya.

Cacing hati kerap ditemukan pada sapi-sapi yang dipotong. Jum­lah yang terinfeksi berkisar 1-5 persen dari 100 sapi yang dipotong.

Eko menjelaskan, kerusakan organ akibat terinfeksi cacing itu hanya bersifat lokal. Bagian yang tidak terinfeksi masih bisa dikonsumsi.

Tapi, kalau terinfeksi virus Anthrax atau Tubercolosis (TBC), seluruh bagian sapi ha­rus dibuang. Sebab, berbahaya bila dikonsumsi manusia. “Vi­rus ini biasanya dideteksi pada ingus,” ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA