Ketika Rakyat Merdeka meÂngunjungi tempat ini Jumat lalu, suasananya terlihat ramai. Di sisi kanan bagian depan gedung, tampak puluhan sepeda motor terparkir. Bagian ini memang sengaja dijadikan lahan parkir pengunjung RSCM.
Melewati pintu gerbang besar, seÂorang satpam berjaga di sisi seÂbelah kanan. Sikapnya ramah dan bersahabat. Ia kemudian meÂngaÂrahkan menuju meja resepsionis.
Berjalan sekitar 10 langkah dari gerbang, kita akan melihat dua ruangan di sisi kiri dan kanan. Karena pintu kacanya transparan, bisa dilihat dengan jelas kondisi ruangan ini.
Kita kembali akan melihat tuÂlisan Lembaga Eijkman di bagian atas kusen pintu. Berdasarkan penuturan satpam yang berjaga, ruangan di sisi kiri dan kanan berÂfungsi sebagai laboratorium. HaÂnya laboratorium di sisi kiri yang bebas dimasuki pasien. SeÂmenÂtara, di sisi kanan terbatas hanya unÂtuk peneliti dan pegawai Eijkman.
Memasuki lab di sisi kiri, ru–angan ini tertata dengan sangat rapi. Dua set kursi kayu diletakÂkan tak jauh dari meja reseÂpÂsioÂnis. Di beberapa titik dipajang bingÂkai foto bergambar gedung Eijkman tempo dulu. Ditambah dengan temaram lampu dinding, membuat suasana ruangan ini terlihat sangat santai.
Pengunjung tampak berkali-kali keluar masuk menuju ruÂangan ini. Setiap pengunjung yang keluar biasanya membawa amplop berukuran besar. KeÂbanyakan dari pengunjung sudah berusia lanjut.
Ada yang datang sendirian. Ada juga yang datang bersama keÂluarganya, karena memÂbuÂtuhÂkan bantuan akibat kondisinya yang sudah renta.
Di bagian dalam Lembaga EijkÂman tampak gedung besar yang menghadap pintu masuk. Di baÂgian depan parkir puluhan kenÂdaraan milik para peneliti EijkÂman. Pengamanan Lembaga EijkÂman terbilang ketat. Selain dijaga satpam, hampir di setiap sisi baÂnguÂnan dipasang kamera CCTV.
Mungkin masih banyak maÂsyarakat yang tidak mengetahui Lembaga Eijkman ini. Lembaga ini merupakan pelopor penelitian biomolekuler di Indonesia.
Setelah bertahun-tahun vakum, lembaga ini didirikan kembali taÂhun 1992. Di gedung ini diÂbaÂngun kembali budaya meneliti, dididik sejumlah doktor dan master biomolekuler. Di tempat ini juga dihasilkan puluhan paper internasional.
Lembaga ini juga mengÂhaÂsilÂkan penelitian yang tidak hanya bermanfaat untuk pengembangan ilmu, namun bisa pijakan meÂngambil kebijakan nasional daÂlam bidang kesehatan melalui keÂragaman gen di bidang penyakit darah, hepatitis B, maupun malaria.
Bahkan Lembaga Eijkman daÂpat menyumbangkan bukti asal neÂnek moyang kita melalui peÂmeriksaan genetik yang dikaitkan dengan antropologi. Juga dalam identifikasi jenazah lewat pemeÂriksaan DNA.
Keberhasilan ini tak hanya diÂakui di tingkat nasional, tetapi juga internasional sehingga cuÂkup banyak mahasiswa doktor dari neÂgara lain termasuk negara maju.
Sayang, statusnya yang belum jelas akan menjadikan lembaga ini bukan tak mungkin mengÂhiÂlang dari bumi Indonesia. Tanpa kejelasan status, biaya penelitian dan operasional dengan sistem keuangan negara sekarang akan sulit mengalir ke Eijkman.
Berdasarkan rencana KÂeÂmeÂnÂterian Riset dan Teknologi, status Lembaga Eijkman akan diubah menjadi lembaga pemerintah nonkementerian (LHKN).
Perubahan ini membuat EijkÂman bersanding bersama tujuh LHKN penelitian lainnya seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan InÂdonesia (LIPI), Badan PengÂkaÂjian dan Penerapan Tenologi (BPPT), dan Lembaga PenerÂbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Direktur Lembaga Eijkman, Prof Sangkot Marzuki menuÂturÂkan, nasib lembaga ini akan terÂgantung pada perkembangan samÂpai akhir tahun ini. Jika tidak ada penetapan status dan dana, keÂmungÂkinan lembaga ini akan mati.
Ketidakjelasan status lembaga ini juga berpengaruh terhadap staÂtus pegawainya. Sangkot meÂngatakan, pegawai di lembaÂgaÂnya tak mau jadi PNS selama staÂtus Lembaga Eijkman belum jeÂlas. Selama tak menjadi PNS, lanjut Sangkot, mereka bebas berÂkarya dimana saja jika sudah tak nyaman di Lembaga Eijkman.
Dari 100 tenaga peneliti di temÂpat ini, hanya 10 persen yang berÂstatus pegawai negeri. Sisanya terÂcatat sebagai pegawai honorer.
Sangkot menjelaskan, para peÂneliti di lembaga ini punya jariÂngan keilmuan yang luas. Kata dia, banyak tawaran untuk menÂjadi peneliti di Australia dan Singapura.
Lantaran ketidakjelasan status lembaga dan bukan pegawai neÂgeri, para peneliti itu bisa keluar sewaktu-waktu. Bila ini terjadi, kata Sangkot, Lembaga Eijkman dan negara yang dirugikan.
Lembaga Eijkman memiliki laboratorium penelitian mutakhir yang dimiliki Indonesia. Tempat ini memiliki laboratorium bioÂsaÂfety level 3, mampu meneliti virus flu burung yang berbahaya.
Anggaran penelitian Lembaga Eijkman berasal dari negara dan lembaga penelitian luar negeri yang menjalin kerja sama (kolaÂborasi). “Potensi kolaborasi lebih besar, tapi terhalang status EijkÂman yang masih satuan kerja KeÂmenterian,†kata Sangkot.
Staf Ahli Bidang Kesehatan dan Obat Kemenristek Amin SoeÂbandrio, berharap KemenÂteÂrian KemeÂnÂteÂrian PendaÂyagunaan ApaÂratur NeÂgara dan Birokrasi bisa memastikan status EijkÂman pada tahun ini. Setelah itu, usulan perubahan akan diajukan kepada Presiden dan KemeÂnÂterian PAN dan Birokrasi. “Harapan kami perubahan staÂtus ini bisa terlakÂsana pada kaÂbinet ini,†ujar Amin.
Amin mengatakan, perubahan status Eijkman akan menarik miÂnat pihak luar untuk turut meÂnyumÂbang dana penelitian. SeÂhingga lebih banyak penelitian biologi molekuler yang bisa dilakukan.
Penelitian biologi molekuler merupakan rantai penting dalam dunia medis karena menyediakan inÂformasi terbaru berbagai inÂfeksi berbahaya. Studi funÂdaÂmenÂtal ini bermuara pada pembuatan obat dan vaksin pencegah peÂnyakit.
Dari Beri-beri Sampai Teroris
Lembaga Eijkman berdiri tahun 1888, dan kini menjadi salah satu lembaga riset biomedik terkemuka di Asia Pasifik. Banyak peneliti dari berbagai perguruan tinggi, daerah, ataupun luar negeri meneliti di lembaga ini.
Direktur pertama Lembaga Eijkman, Christian Eijkman, meraih Hadiah Nobel Bidang Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1929 atas temuannya tentang relasi kekurangan vitamin B1 dan penyakit beri-beri.
Bila melihat asal muasalnya, pada LemÂbaga ini dibangun sebagai laboÂraÂtorium riset di bidang patologi dan bakteriologi.
Untuk mengenang jasa Eijkman, namanya diabadikan namanya dipakai untuk lembaga penelitian ini pada 1938. Pada 1960 lembaga ini ditutup seiring deÂngan meningkatkan semangat anti Barat.
Pada Agustus 1990, muncul gagasan di Kementerian Riset dan Teknologi yang saat itu dipimpin BJ Habibie untuk mengÂaktifkan kembali Lembaga Eijkman.
Gagasan ini muncul seiring dengan peringatan seratus tahun penemuan EijkÂman tentang defisiensi vitamin B1 sebagai penyebab beri-beri pada Desember 1990.
Pada Juli 1992, lembaga ini dihidupkan lagi. Mulai beroperasi April 1993. Tapi baru diresmikan Presiden Soeharto pada 19 September 1995.
Lembaga ini dihidupkan kembali seÂbaÂgai jawaban terhadap kebutuhan mendesak Indonesia akan suatu lembaga penelitian biomedis yang mampu mengikuti perÂkemÂbangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat.
Lembaga ini fokus melakukan peneÂlitian penelitian biologi sel dan molekul. Juga genetika kedokteran dan manusia, penyakit tropik menular dan rekayasa biomolekul.
Laboratoriumnya menempati gedung berÂsejarah Lembaga Eijkman di Jakarta Pusat. Dari bangunan seluas 5.500 m2, keseluruhannya telah selesai diperbaiki dan diperbarui, walaupun penyelesaian akhir untuk menjadi sebuah lembaga yang baru masih dalam pengerjaan.
Menteri Riset dan Teknologi Gusti MuÂhamÂmad Hatta mengatakan, banyak piÂhak tak memahami pentingnya penelitian daÂsar, seperti yang dilakukan Lembaga EijkÂman.
Padahal, penelitian biomedik lembaga ini menghasilkan berbagai inÂformasi dasar pembuatan vaksin beragam penyakit hingga mengidentifikasi gen pelaku teroris.
Tunjangan Peneliti Naik 4 Kali Lipat
Direktur Lembaga Eijkman Sangkot Marzuki mengatakan, para peneliti di lembaganya tak khawatir jika harus hengkang. Sebab, mereka bisa berkiprah di lembaga penelitian di luar negeri.
Tentu saja, penghasilan yang mereka dapat dnegan bekerja di lembaga penelitian asing lebih besar dibandingkan di Tanah Air. Selama ini, penghasilan seÂbagai peneliti minim. Seorang peneÂliti hanya mendapat tunÂjaÂngan maksimal Rp 1,4 juta per bulan.
Menteri Riset dan TekÂnologi Gusti Muhammad Hatta meÂngaÂkui tunjangan peneliti leÂbih rendah daripada tunjangan guru.
Ia pun berjanji menaikkan tunÂÂjangan peneliti hingga emÂpat kali lipat, sehingga peneliti terbaik bisa membawa pulang tunjangan Rp 5,5 juta per bulan.
“Besarannya sudah makÂsiÂmal karena peraturan memÂbaÂtasi tunÂjangan tak bisa melebihi peroleÂhan pejabat struktural eseÂlon I,†ujar Menristek. NaÂmun regulasi mengenai kenaiÂkan tunjangan peneliti ini masih harus dibahas di internal KeÂmenterian.
“Kita tunggu putusannya. KaÂlau dulu tunjangannya Rp 1,4 juta, sekarang minimal Rp 5,5 juta. Kalau ditambah gajiÂnya bisa Rp 8-9 juta,†jelas Gusti.
Menurut dia, meski tunjaÂngan sudah dinaikkan, pengÂhaÂsiÂlan penelitian di Indonesia maÂsih lebih kecil dibanding neÂgara lain, misalnya Malaysia. NaÂmun setidaknya dengan keÂnaikan ini membuat peneliti lebih sejahtera.
Sembari menunggu regulasi, Menristek menyurati KeÂmenÂterian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara agar menyiÂsaÂkan anggaran yang cukup untuk mengakomodasi rencana keÂnaiÂkan tunjangan ini.
“Surat ini sebagai titipan jika nanti Menteri Keuangan meÂnaÂnyaÂkan anggaran riset,†kata dia.
Kenaikan tunjangan sendiri tak mungkin diterapkan pada awal tahun depan mengingat AngÂgaran Pendapatan dan BeÂlanja Negara 2012 telah diteÂken. Revisi anggaran baru bisa dilakukan pertengahan tahun 2012 saat pemerintah dan DPR menyusun Anggaran PenÂdaÂpaÂtan dan Belanja Negara Perubahan.
Meski jeritan para peneliti yang mendedikasikan diri di lemÂbaga non-kementerian dideÂngar pemerintah. Namun, keÂnaikan tunjangan ini masih haÂrus menunggu keputusan preÂsiden (keppres).
“Sudah diusulkan, nunggu Keppres. Sudah kita ajukan. Jadi untuk sementara kita naikÂkan, nanti kita usulkan lagi,†kata Gusti Soal peneliti yang diÂrekrut neÂgara lain, Gusti belum tahu. Tapi, menurutnya, ini bisa terÂjadi. Namun yang jelas, saat ini dia prioritas kenaikan tunÂjaÂngan peneliti.
Sekretaris Kabinet Dipo Alam memÂbeÂnarÂkan akan adanya Keppres bagi kenaikan tunjangÂan peÂneÂliti. Namun, dia belum meÂmasÂtikan kapan Keppres akan seÂleÂsai. “Kan harus ada koÂordinasi dulu dengan menteri keÂuaÂngan,†ucap Dipo saat ditaÂnya kapan Keppres selesai.
Kulit Beras Berbuah Nobel
Christiaan Eijkman dilaÂhirÂkan di Nijkerk, Belanda. Ia putra seorang kepala sekolah. Pada 1875, ia belajar di Sekolah Kedokteran Militer di UniÂversitas Amsterdam. Ia meraih gelar doktor melalui tesis PoÂlarisasi Syaraf pada 1883.
Tahun itu juga ia berangkat ke Hindia-Belanda (kini IndÂoÂnesia) menjadi petugas keseÂhatan di Semarang, Cilacap, Jawa Tengah, dan PadangÂsiÂdempuan di Sumatra Utara.
Ia kembali ke Belanda pada 1885 karena menderita sakit. NaÂmun, Eijkman dikontak AC Pekelharing dan C Winkler yang menjalankan laboratorium di Batavia (kini Jakarta), untuk menyelidiki kasus beri-beri yang mewabah di Hindia-Belanda.
Selain memimpin penelitian di laboratorium, Eijkman juga menÂjadi direktur Sekolah DokÂter Djawa yang baru dibentuk pemerintah Hindia Belanda.
Sekolah ini merupakan cikal-bakal STOVIA, sekolah penceÂtak dokter. Dari sekolah inilah lahir sejumlah tokoh pergeÂraÂkan nasional. Sekolah ini meruÂpaÂkan cikal-bakal Fakultas KeÂdokteran Universitas Indonesia.
Di zaman Hindia Belanda, fasilitas laboratorium dan kuaÂlitas riset dan penelitian yang dilakukan Eijkman di Batavia (Jakarta), tidak kalah dengan yang ada dan dilakukan di Paris, Prancis.
Penelitian terkenal Eijkman ialah menemukan penyebab beri-beri. Penyakit itu berÂkemÂbang karena kekurangan bahan penting dalam makanan pokok orang Indonesia. Bahan kaya nutrisi itu terdapat di pericarÂpium atau kulit ari beras.
Penemuan ini mengarahkan ilmuwan pada konsep vitamin. Ternyata, kulit ari beras meÂngandung vitamin B. Hal ini memÂbuatnya memenangkan Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada 1929 bersama Gowland Hopkins. Eijkman meninggal di Utrecht karena sakit kronis. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.