Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dana Cekak, Faisal Basri Kampanye di Dunia Maya

Ngintip Markas Kandidat Gubernur Jakarta

Rabu, 24 Agustus 2011, 06:41 WIB
Dana Cekak, Faisal Basri  Kampanye di Dunia Maya
Faisal Basri
RMOL. Sebuah spanduk berukuran 3x2,5 meter dipampang di atas pagar sebuah rumah di Jalan Gandaria Tengah II Nomor18A, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di spanduk itu terpampang foto seseorang yang wajah tak asing. Dialah Faisal Basri.

Ekonom Universitas Indonesia itu pernah menjadi ikut pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada 2007 lalu. Namun tidak ga­gal memperoleh tiket partai po­litik (parpol). Ia kembali menjajal ikut pilgub tahun depan lewat jalur independen alias tanpa so­kongan parpol.    

Mengenakan kemeja putih dalam fotonya di spanduk, Faisal Basri tersenyum sambil men­ju­lur­kan tangan kanannya. “Sek­re­tariat Keluarga Besar Pendukung Faisal Basri Batubara untuk Gubernur DKI Jakarta 2012-2017”. Tulisan di spanduk itu.

Spanduk itu mencoba mem­be­ri­tahukan bahwa di sinilah mar­kas para pendukung Faisal. Tak ada yang istimewa dari rumah berlantai dua ini. Di atas gerbang yang sengaja dibiarkan terbuka terdapat sebuah spanduk kecil bertuliskan ‘Pergerakan Indo­nesia’. Spanduk berwarna merah di atas gerbang juga terlihat di sisi kiri dinding. Hanya saja uku­rannya jauh lebih besar.

Di sisi kanan pekarangan ru­mah yang diberi atap terdapat de­retan meja dan kursi bambu. Kon­disinya tampak tertata rapi. Se­ki­tar setengah meter dari susunan meja terdapat sebuah pendopo bambu.

Tak jauh dari meja bambu ter­dapat etalase yang berisi toples-toples kopi. Berbagai jenis kopi dipajang di dalamnya. Halaman depan berukuran mungil sehari-hari dijadikan kedai kopi yang diberi nama Kedai Daya Rasa. Pe­langgannya mulai aktivis sam­pai masyarakat biasa. Harganya tak mahal. Untuk menengak segelas kopi cukup mengeluarkan Rp 5 ribu.

Sebelum menjadi markas tim sukses Faisal, rumah ini me­ru­pa­kan sekretariat Pergerakan Indo­nesia. Organisasi ini didirikan se­jak 2005. Faisal duduk sebagai ketua Dewan Pertimbangan Na­sional. Pergerakan Indonesia ber­kantor di sini sejak dua tahun lalu.

Kantor pendukung bekas sek­jen Partai Amanat Nasional itu ter­amat sederhana. Air minum disajikan dari dispenser tanpa listrik. Di lantai satu ruangan seluas 5 x 5 meter digelar karpet merah sebagai alas duduk.

Beberapa foto dan karikatur Faisal dipajang di tempat ini. Dua white board dipasang di sisi kiri dinding ruang tamu. Papan tulis itu dipenuhi tulisan. Isinya ren­cana aksi pendukung Faisal .

Di sebuah ruangan terdapat komputer plus printer yang di­pa­kai untuk pendataan dan pen­ce­ta­kan formulir. Komputer itu sum­bangan seorang simpatisan. Syahdan, pria 63 tahun datang ke kantor itu dan tergerak menyum­bang. Berbekal uang Rp 4 juta, kom­puter bekas miliknya dibawa ke tempat reparasi komputer un­tuk di-upgrade kemampuannya.

Di ruangan sebelahnya di­ja­di­kan gudang tempat menyimpan bro­sur dan formulir pengga­la­ngan dukungan KTP dari ma­sya­rakat. Sebuah ruangan lagi di­ja­dikan tempat istirahat tim.

Kesederhanaan memang sa­ngat tergambar dari rumah ini. Tak terlihat fasilitas mewah. Para pendukung juga bahu membahu bekerja tanpa dibayar. Saat Rak­yat Merdeka datang tampak se­se­orang sedang membersihkan sa­yuran. Dia senang hati me­nyiapkan santap malam buat rekan-rekannya.

 Suasana yang tak jauh berbeda juga terlihat di lantai dua. Me­naiki anak tangga, tiga pria se­dang sibuk bekerja di balik meja berukuran besar. Sebuah laptop diletakkan di hadapan mereka. Di lantai ini terdapat beberapa kamar untuk tempat istirahat. Beberapa anggota tim sering menginap di sekretariat.

Menurut Manajer Tim Kam­pa­nye, Tatang Jatmiko, pihaknya ha­rus saweran untuk membiayai penggalangan dukungan bagi Faisal. “Bagi yang memberikan du­kungan secara finansial kita sediakan rekening. Untuk yang memberikan dukungan dalam pengumpulan KTP bisa melalui website atau mengirim lewat pos. Bagi yang memiliki tenaga dan pikiran silahkan bergabung di markas ini.” Pihak membatasi jumlah sumbangan. Perorangan paling banyak Rp 50 juta.

Perusahaan atau badan hukum dibatasi Rp 350 juta. Sumbangan yang diterima dan peng­gu­naannya dilaporkan lewat situs www.faisal-basri.com. Hingga Selasa (23/8), sumbangan yang di­terima mencapai Rp 365 juta.

Tim juga berjibaku mengum­pul­kan dukungan dari masya­rakat. Untuk bisa maju lewat jalur independen, Faisal harus me­ngantongi minimal 400 ribu fo­tokopi KTP. Saat ini baru ter­kumpul 15 ribu.

“Kami targetkan 400 ribu KTP tercapai Desember ini. Kita sa­ngat optimis  akan tercapai. Ka­re­na da­lam posisi kita sekarang, jalur in­de­penden bukan rival parpol tapi pe­nyeimbang parpol,” kata Tatang.

Lantaran dana minim, tim gen­car menggalang dukungan lewat dunia maya alias internet. Salah satunya dengan membuat akun [email protected] dan [email protected].

“Sejak saya membuat e-mail du­kungan bagi Bang Faisal. Dalam dua jam terima 100 e-mail. Kami sudah tidak sanggup menanggapi e-mail dukungan yang masuk,” katanya.

Situs jejaring sosial pun di­manfaatkan untuk menggalang du­kungan. “Situs jejaring sosial sudah terbukti mampu mem­ba­ngun dukungan. Ini terbukti da­lam kampanye Barack Obama, Presiden AS,” terang pria yang juga menjabat Ketua Bidang Or­ganisasi dan Keanggotaan Dewan Pengurus Nasional (DPN) Per­gerakan Indonesia.

Jejaring sosial yang digunakan adalah Facebook dan Twitter. Ada dua akun di Twitter yakni @asajkt dan @faisalbasri. Di Facebook tim membuka grup Dukung Faisal “Batubara” Basri untuk Gub DKI Jakarta Periode 2012-2017.

Mau Mengubah Wajah Tamak Jakarta

Setelah menyatakan kesia­pan­nya maju sebagai calon Gu­bernur Jakarta periode 2012-2017, Faisal Basri me­nge­mu­ka­kan persoalan-persoalan Jakarta yang menjadi perhatiannya. Ia menyebut lima agenda yang akan menjadi prioritasnya bila terpilih sebagai Gubernur DKI. “Yang per­tama adalah ke­ma­cetan dan sistem transportasi,” katanya.

Menurut dia, ini persoalan kla­sik dan utama yang dihadapi warga Jakarta selain banjir. “Efek­nya (kemacetan) sudah ke mana-mana, mulai dari efekti­vitas hingga sakit jiwa,” kata dia.

Faisal mengkritisi program transportasi yang dianggapnya tak jelas konsepnya. Ia men­con­toh­kan proyek busway yang kon­sep transportasi di negara lain. Konsep ini diadaptasi tan­pa memperhatikan penataan kota.

Sedangkan proyek Mass Rapid Transport (MRT) dinilai­nya bias sasaran. “MRT dari Lebak Bulus ke Bundaran HI sebenarnya untuk memfasilitasi warga Pondok Indah. Ha­ra­pan­nya agar orang kaya mulai me­ninggalkan mobil pribadi dan menggunakan MRT ke tempat kerja,” ungkap Faisal. ­

Program kedua adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH). “Tidak ada kompromi dengan kebut­u­han ini,” tandas pria yang ber­nama asli Faisal Batubara.

Menurutnya, penerapan RTH saat ini masih sebatas aksi sim­bolik. Data RTH yang disajikan Pe­merintah DKI juga mema­suk­kan p­e­ka­ra­ngan hijau di rumah-rumah pen­duduk. Se­hingga terkesan ba­nyak RTH di ibu kota.

Masalah air bersih dan lim­bah ditempatkan Faisal sebagai prioritas berikutnya. “Tidak ada kota metropolitan di dunia yang tidak memiliki sistem pem­bu­angan dan air bersih yang me­ma­dai,” tandasnya.

Prioritas keempat efisiensi ang­garan dan reformasi birok­rasi. Banyak anggaran yang belum prorakyat. Faisal ber­pen­dapat perlu perampingan birok­rasi demi mengefektifkan ki­nerja sekaligus mengefisienkan anggaran. “Jakarta tidak keku­ra­ngan anggaran. Hanya saja, potensi yang ada belum tergali de­ngan baik. Sementara itu, anggaran belum tersalurkan secara tepat,” ujarnya.

Prioritas kelima memba­ngun kebersamaan dan ber­bagi de­ngan daerah lain. “Ja­karta ja­ngan tamak, jangan sekadar mem­buang limbah ke daerah-daerah tetangga,” kata Faisal.   [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA