Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Nazaruddin Lagi Senang ‘Nyanyi’ di TV, Nak...

Ditanya Bocah 10 Tahun, Ini Jawaban I Wayan Koster:

Rabu, 17 Agustus 2011, 06:19 WIB
Nazaruddin Lagi Senang ‘Nyanyi’ di TV, Nak...
Muhammad Na­za­rud­din
RMOL. Matahari masih bersembunyi di balik awan pagi Jakarta. Udara masih terasa sejuk ketika menginjakkan kaki di Gedung DPR, Senayan kemarin. Suasananya masih tenang dan lengang.

Beberapa staf mulai ber­da­tangan. Belum banyak kesibukan karena masih pukul 8. Kesibukan terlihat di teras gedung Nusantara III sampai Nusantara I.

Para pekerja mengepel lantai teras dengan mesin. Mereka bahu membahu membersihkan debu agar lantai dari marmer krem itu kembali kinclong.

Di ruang 613, lantai enam Gedung Nusantara I, seorang pria berperawakan sedang terlihat duduk santai di sofa. Sambil me­nyandarkan tubuh di sofa, ia as­yik menikmati tayangan musik di TV. Secangkir teh panas mene­ma­ninya melewati pagi.

Dia adalah I Wayan Koster, ang­­gota DPR dari PDIP. Ia tiba le­bih dulu dibandingkan sekreta­ris maupun para staf ahli.

Beberapa bulan terakhir, na­ma­nya menjadi perbincangan. Ada­lah ocehan Muhammad Na­za­rud­din, bekas bendahara Partai De­mokrat yang membuat Koster jadi buah bibir.

Saat dalam pelarian Naza­rud­din menyebut Koster ikut me­ne­rima fee Rp 10 miliar dari proyek wis­ma Atlet SEA Games di Pa­lem­bang. Tak hanya itu, Koster yang duduk di Komisi X disebut-sebut sebagai koordinator bagi-bagi duit kepada seluruh anggota Komisi itu.

Nazaruddin ditangkap di Car­ta­gena, Kolombia. Ia lalu diter­bangkan ke Tanah Air. Setiba di Ja­karta, ia dibawa ke Rutan Mar­kas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok. Lalu digiring ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

KPK akan memeriksa Naza­rud­din dalam berbagai kasus ko­rupsi di beberapa kementerian, ter­­masuk kasus wisma atlet. Kem­bali ke Wayan. Menge­ta­hui kedata­ngan tamu, ia berhenti nonton. Me­ngenakan safari ber­warna biru tua, Wayan me­nyam­but hangat kedatangan Rakyat Merdeka.

Senyum tak henti-henti me­ngem­bang dari bibirnya. Raut mu­kanya tampak cerah dan ceria. Tak terlihat tanda-tanda tegang atau stres atas kembalinya Naza­rud­din ke Tanah Air.

Terlepas dari tuduhan yang di­lontarkan Nazarudin, sosok Wa­yan terlihat sederhana. Tak ada yang istimewa dari caranya ber­pakaian. Tak terlihat juga cincin permata berukuran besar yang biasa dipakai sebagian anggota Dewan. Dilihat dari handphone yang diletakkan di meja kerjanya, tak seperti smartphone yang ba­nyak digunakan anggota DPR. Keduanya model biasa.

Gambaran sederhana juga terl­ihat di ruang kerjanya. Tak ter­lihat fasilitas mewah. Memasuki ruang kerja Wayan, di sisi kiri ter­dapat meja kerjanya. Di atas meja kayu ini tertata rapi beberapa tum­puk map dan file.

Di sisi kanan ruang masuk ter­da­pat sebuah lemari kayu. Meng­hadap pintu masuk diletakkan satu set sofa busa warna coklat. Di atas meja kecil di depan sofa diletakkan empat toples. Isinya makanan kecil.  Di bagian pojok di hadapan meja kerja Wayan, diletakkan perangkat LCD dan televisi 21 inch menghadap sofa.

Di dinding dipasang beberapa bingkai foto Wayan bersama istri dan dua buah hatinya. Juga foto dirinya bersalaman dengan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarno Putri. Sebuah poster Bung Karno ikut menghiasinya dinding itu.

Menatap dari kaca hitam di dinding ruang kerja Wayan, kita akan melihat bagian selatan DPR. Dari ruangannya kita bisa melihat Pasar Palmerah dan deretan rumah-rumah penduduk yang membentang luas.

Bagaimana Wayan Koster me­respons kepulangan Nazarudin ke Indonesia? Apakah hal itu mem­buatnya khawatir? Pria berdarah Bali ini kemudian bercerita pan­jang lebar. Wayan merasa bahagia me­nge­tahui Nazaruddin telah ditangkap. Me­nurut dia, ini bisa meluruskan berbagai macam isu miring yang menerpa dirinya be­be­rapa bulan terakhir.

“Saya merasa bersyukur Pak Na­zarudin bisa pulang. Supaya dia bisa menjalani proses hukum di KPK, sekaligus bisa mem­be­rikan keterangan terkait tuduhan-tuduhan yang dilontarkan ke sejumlah nama, termasuk nama saya,” ujarnya.

Setelah berada di tangan KPK, menurut Wayan, Nazaruddin ti­dak akan bisa asal cuap-cuap lagi. Kalaupun dia bicara harus diser­tai alat bukti. Dari sini, bisa jelas apakah yang dituduhkan benar apa yang dituduhkan kepada Koster dan beberapa orang lainnya.

“Buat saya itu akan sangat baik dan clear, apakah benar tuduhan yang dilontarkan Nazarudin atau tidak,” katanya.

Jebolan Institut Teknologi Ban­dung ini tak khawatir atas ter­tangkapnya Nazaruddin. “Malah saya bersyukur sekali. Sejak mun­cul pertama kali isu ini di­muat Tempo sekitar awal Mei, saya biasa aja menanggapinya. Saya nggak pernah terganggu se­jak awal, karena saya tahu persis peta persoalannya dan saya tahu apa yang saya alami. Karena apa yang dikatakan Pak Nazar tidak benar,” tandasnya.

Menurut Wayan, dirinya bisa te­gar menghadapi tuduhan itu ka­rena mendapat dukungan dari sang istri, Ni Luh Putu Putri Suas­tini. Istrinya yang berlatar bela­kang seniman dan aktivis, sangat paham profesinya sebagai politisi tak lepas dari gosip. “Gosip-gosip seperti itu hal yang biasa. Bah­kan, istri saya selalu memberikan dukungan moril supaya saya te­nang, sabar, tabah menghadapi si­tuasi ini,” ujarnya.

Pria yang juga men­jabat ang­gota Ba­dan Anggaran DPR juga sa­dar, du­duk di Ba­dan itu ren­tan terha­dap gossip. Se­bab Banggar ba­nyak berurusan dengan ber­bagai pihak mulai dari eksekutif hingga kepala daerah yang ingin mem­bicarakan pro­gram dan ang­garannya.

“Apa yang digosipkan selama ini kepada saya wajar saja. Ka­rena orang-orang memandangnya dari jauh, mereka tidak mengenal saya secara sesungguhnya di da­lam pelaksanaan tugas-tugas saya. Jika saya merasa yang di­tuduhkan tidak benar, saya me­nganggap angin lalu saja. Biar saja Nazar ngomong begitu yang penting saya tidak melaku­kan­nya,” tuturnya.

Jika sang istri bisa memahami kondisinya, pria kelahiran Si­ngaraja, 20 Oktober 1962 kesuli­tan menjawab pertanyaan-per­tanyaan dari anaknya mengenai isu fee itu.

Menurut Wayan, anaknya yang sulung duduk di kelas enam SD bertanya kepada ayahnya sering disebut-sebut di televisi oleh Na­zaruddin. Ia pun sempat bingung menjawabnya. “Saya bilang te­man Bapak yang namanya Na­zaruddin lagi senang cuap-cuap di TV, lagi senang ‘bernyanyi’,” jawab Wayan. Tak jelas apakah putri sulungnya mengerti maksud dari cuap-cuap maupun ber­nya­nyi itu. Setelah mendengar jawa­ban itu, bocah 10 tahun itu tak per­nah bertanya lagi.

Wayan menambahkan kehi­dupannya tetap berjalan normal. “Tidak ada perubahan sedikitpun dalam hidup saya terkait dengan apa yang dituduhkan Nazar. Apa yang saya lakukan sekarang me­mang seperti yang sudah berjalan selama ini, baik penampilan, per­formance, kinerja saya tetap sama,” katanya.

M Nazaruddin Tak Butuh Saya

I Wayan Koster pernah sama-sama Nazaruddin di Badan Anggaran (Banggar) DPR. Tapi ia mengaku tak kenal dekat dengan bekas bendahara umum Partai Demokrat itu.

“Saya kenal beliau seka­dar­nya, karena sama-sama anggota Badan Anggaran. Cuma beliau kan jarang datang rapat,” ujarnya.

Ketika di Banggar DPR, kata Wayan, Nazaruddin tidak per­nah meminta tolong kepada di­rinya.  Jangankan minta tolong, berbicara panjang lebar saja ti­dak pernah.

“Kalau ket­emu­pun tidak pernah ngomong. Cuma say he­llo saja,” katanya.

Karena itu, anggota Komisi X ini kaget mendengar kabar bah­wa dirinya dan Angelina Son­dakh disebut-sebut Nazaruddin terlibat memuluskan anggaran pro­yek Wisma Atlet SEA Games.  

“Sejak beliau menjadi ang­gota DPR tahun 2009, sama se­kali ti­dak pernah berhubungan dengan saya. Makanya saya kaget Nazar bilang saya dan Bu Angelina Sondakh atur-atur anggaran. Terus terlibat me­nerima fee dari wisma atlet itu,” ujarnya.

Wayan merasa dirinya hanya anggota DPR biasa.  “Saya ini apalah di hadapan Pak Nazar. Saya hanya anggota DPR biasa saja. Sementara beliau kan pe­tinggi partai yang sangat stra­te­gis jabatannya.

Dia nggak bu­tuh bantuan saya. Tanpa saya pun semuanya pasti selesai dan bisa dicapai beliau,” ujarnya.

Siap Bekerja Sama dengan Busyro Cs

Muhammad Nazaruddin boleh saja melemparkan tu­du­han apapun kepada I Wayan Koster. Tapi politisi PDIP ini mengatakan dirinya tetap mendapat dukungan di daerah asalnya, Bali.

“Mereka juga memberikan simpati yang besar dan doa, mudah-mudahan apa yang ditu­duhkan Nazaruddin tidak benar dan saya bisa cepat keluar dari permasalahan ini. Kawan-ka­wan di Bali betul-betul mem­berikan support yang sangat besar,” ujarnya.

Selain mendapat dukungan masyarakat, Wayan mengaku, mendapat dukungan moril dari kader PDIP baik di pusat mau­pun di daerah. Juga dari kala­ngan non parpol.

“Yang utama, doa dari istri saya yang tidak pernah ber­hen­ti. Dia mendoakan saya supaya kuat menghadapi masalah ini dan segera cepat selesai,” tuturnya.

Wayan siap jika sewaktu-waktu dipanggil Komisi Pem­be­rantasan Korupsi (KPK) se­bagai saksi. Jika saat itu tiba, dia akan menjawab setiap per­tanyaan penyidik sebaik-baiknya.

“Saya siap datang untuk mem­­berikan keterangan me­nge­nai tuduhan-tuduhan Pak Nazar. Saya pasti akan datang, saya sangat siap bekerja sama. Saya akan menceritakan apa yang saya tahu dan apa yang saya alami,” katanya.  [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA