Hanya saja dampak elektoralnya diprediksi sangat rendah. Kedua tokoh itu bakal sulit mendongkrak bakal capres pasangannya.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga mengamati, dua nama tersebut belakangan diisukan akan nyangkut di dua kandidat Capres berbeda, yakni Mahfud berpasangan dengan Ganjar Pranowo yang diusung PDIP, dan Yusril berpasangan dengan Prabowo Subianto yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM).
"Tetapi, elektabilitas Mahfud dan Yusril relatif rendah. Kalau dua sosok ini dipaksakan diduetkan, dikhawatirkan tidak mendongkrak elektabilitas Prabowo dan Ganjar," ujar Jamiluddin kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (21/9).
Menurut mantan dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fikom IISIP) Jakarta itu, peluang kemenangan Capres juga tergantung pada sosok Cawapres yang mendampingi.
"Sokongan elektabilitas dari Cawapres sangat diperlukan, mengingat elektabilitas Prabowo dan Ganjar bersaing ketat," tuturnya.
Oleh karena itu, Jamiluddin memandang Ganjar maupun Prabowo mesti mencari sosok Cawapres yang tepat guna mendongkrak peluang kemenangannya di Pilpres 2024.
"Karena itu, kejelian memilih Cawapres, khususnya yang memiliki elektabilitas tinggi akan menentukan kemenangan Prabowo atau Ganjar pada Pilpres 2024," demikian Jamiluddin menambahkan.
BERITA TERKAIT: