Kegiatan ini diikuti oleh 456 siswa Polwan sebagai wujud implementasi Asta Cita Pemerintah dalam membangun sumber daya manusia unggul berwawasan holistik, sekaligus memperkuat sinergi kepolisian dengan sektor strategis nasional.
Kepala Sepolwan, Kombes Melda Yanny memaparkan, Latja tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Latja 2025 memperkenalkan format
live-in di rumah warga selama 10 hari.
Di mana siswa Polwan melakukan pendataan kesehatan balita dan remaja melalui pengukuran antropometri. Kemudian menggerakkan kelompok tani/ternak dengan pelatihan diversifikasi produk pangan, hingga membantu pemasaran produk UMKM berbasis digital.
Latja 2025 diharapkan menjadi model pendidikan kepolisian yang responsif terhadap kebutuhan zaman. Kolaborasi dengan Bakomsus Ketahanan Pangan dan Kesehatan Masyarakat menegaskan peran Polri sebagai institusi yang tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga berkontribusi aktif dalam pembangunan nasional.
Integrasi Pendidikan Asta Cita dalam Pelatihan Latja kali ini mengusung pendekatan multidisiplin dengan menggabungkan kompetensi teknis kepolisian dan program ketahanan pangan juga kesehatan masyarakat. Peserta tidak hanya menjalani pelatihan di Sekolah Pembentukan Perwira Gizi (SPPG) Polri untuk penguatan kapasitas Manajemen Beban Gizi (MBG), tetapi juga terjun langsung ke masyarakat dalam kegiatan pengabdian berbasis
community policing.
Adapun fokus kegiatan dari Latja 2025 yaitu Penguatan Teknis Kepolisian, berupa simulasi penanganan kasus kriminal, patroli integratif, dan manajemen konflik.
Kemudian Ketahanan Pangan, dengan melakukan pendampingan petani dan nelayan lokal, revitalisasi lahan pertanian, serta inovasi teknologi pertanian presisi.
Lalu Kesehatan Masyarakat, berupa pengukuran antropometri anak untuk pemantauan status gizi, edukasi pola hidup sehat, dan pencegahan stunting. Dan Pengembangan Karakter, yaitu pembentukan sikap mental disiplin, jiwa kebersamaan, dan etika profesi melalui *live-in di rumah warga.
"Latja ini bukan sekadar pelatihan, tetapi laboratorium pengabdian nyata. Kami ingin setiap siswa tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan komitmen mengawal *Asta Cita Pemerintah, khususnya di bidang pangan dan kesehatan. Polwan harus menjadi garda terdepan yang menghubungkan institusi dengan masyarakat," tutur Kombes Melda, Sabtu 17 Mei 2025.
Tak hanya itu, siswa juga melaksanakan sejumlah kegiatan sosial langsung di masyarakat. Mulai dari bakti kesehatan dalam bentuk pelayanan sosial dan kesehatan dasar termasuk kampanye dan edukasi gizi kepada masyarakat, bakti penghijauan melalui penanaman pohon, dan bakti religi korvei di tempat ibadah hingga pesantren.
Kemudian bakti pendidikan dengan membantu penerangan dan penyuluhan di sekolah dan madrasah, menyambangi komunitas kemasyarakatan misal PKK, karang taruna, ibu-ibu pengajian untuk melakukan
sharing knowledge, hingga simulasi urban rarming dan edukasi gizi.
"Latja partisipatif ini memberi ruang bagi peserta mengeksplorasi kemampuan secara kreatif. Target kami adalah membentuk insan Bhayangkara yang profesional, humanis, dan berkarakter kuat," pungkas Melda.
Di SPPG Polri, siswa dengan kompetensi gizi terlibat dalam program
capacity building untuk penanganan malnutrisi, termasuk analisis data gizi wilayah dan penyusunan rekomendasi kebijakan.
BERITA TERKAIT: