KawasanTanah Abang bergeÂliat seperti biasa. Ribuan pedaÂgang bercampur baur dengan pengunjung di kawasan tersebut. Belum lagi keluar masuk penÂumpang Stasiun Tanah Abang. Salah satu stasiun tersibuk di Ibu Kota.
Hari itu, Kamis siang (13/12), telah memasuki hari ketiga sekitar 400 pedagang yang sebelumnya berjualan di badan Jalan Jatibaru Raya, menempati Skybridge. Memang belum seÂmua membuka lapaknya.
Di sisi lain, di bawah Skybridge, puluhan pedagang masih mengokupasi trotoar Jalan Jatibaru. Dagangannya pun bervariasi. Mulai dari makanan dan minuman, hingga pakaian. Barang-barang pedagang diletakÂkan begitu saja di trotoar. Belum lagi troli-troli milik para pedaÂgang yang juga cukup mengÂganggu.
Pemandangan seperti itu tamÂpak di trotoar Jalan Jatibaru Raya yang sejajar dengan Pasar Tanah Abang Blok F. Sedangkan di trotoar sisi jalan yang sejajar dengan Stasiun Tanah Abang, tak tampak lagi ada pedagang. Persis di depan stasiun, kini dibangun tempat moda transporÂtasi Jak Lingko.
Beruntung, trotoar dengan badan jalan kini sudah dibatasi besi yang sekaligus rangka peÂnyangga Skybridge. Sehingga, pedagang yang berada di trotoar, tidak tumpah hingga ke badan jalan. Arus lalu lintas di bawah Skybridge pun cukup lancar. Sesekali tersendat karena ada pejalan kaki yang berjalan di badan jalan.
Pedagang yang masih berÂjualan di trotoar, bukannya tak tahu bahwa keberadaan mereka cukup mengganggu pejalan kaki. Namun, salah satu pedagang yang ditemui mengaku, terÂpaksa tetap berjualan di trotoar karena tak mendapat lapak di Skybridge.
"Saya mau saja kalau disuruh dagang di atas. Tapi, saya nggak dapat. Mau nggak mau tetap di trotoar. Kalau nggak dagang, kami nggak makan, Bang," kata salah seorang pedagang.
Dia pun meminta pemerintah turut memikirkan nasib mereka yang tidak mendapat lapak di Skybridge. Apalagi, dia bilang, mereka bukan pedagang baru yang berdagang di Jalan Jatibaru Raya.
"Kalau kita mintanya bisa ke atas. Dapat tempat nyaman. Hujan nggak kehujanan, panas nggak kepanasan. Nggak main kucing-kucingan juga sama petugas," harap pedagang itu.
Dia tak khawatir dengan protes pedagang di Skybridge yang menganggap keberadaan mereka di trotoar membuat pendapatan menurun. Sebab, dia mengaku tak punya cara lain untuk bisa bertahan hidup selain dengan berdagang.
"Mau diapain, Bang. Kalau yang atas protes sepi karena banyak yang di trotoar, nggak juga menurut saya. Kan yang di atas juga ramai kalau saya lihat. Kalau nggak ramai, mana mau saya tertarik ke atas," ucap pria tersebut.
Di Skybridge, Jack, salah seorang pedagang yang ditemui mengaku senang telah dipindahÂkan ke atas. Alasannya, karena tidak perlu khawatir kondisi cuaca serta razia oleh Satpol PP akibat berjualan di trotoar. "Di Skybridge, biar kata masih belum ramai pembeli, sudah enaklah," ucap Jack.
Jack juga senang karena berÂjualan di Skybridge tidak ada pungutan liar. Jack menceritaÂkan, ketika berdagang di bawah, ia harus mengeluarkan sekitar Rp 50 ribu tiap hari. Jika dihitung, sebulan sekitar Rp 1.500.000. Di Skybridge, pedagang hanya diwajibkan membayar Rp 500 ribu per bulan. "Nggak apa kalau segitu. Naik sedikit juga gak apa, asal dikasih tahu dan bebas dari pungli," ujarnya.
"Jika Ada Pelanggar Kita Tindak"
Kasatpol PP Tanah Abang Aries Cahyadi mengaku telah melakukan penertiban terhadap 400 PKL di jalur pedestarian Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang.
Bahkan, barang-barang daÂgangan milik mereka ikut disita. "Kami menyita barang-barang dagangan dari 400 PKLyang ada di trotoar, mulai Jatibaru 1 dan Jatibaru 2, serta putaran Blok G, dilanjutkan ke Blok F," kata Aries.
Aries menjelaskan, barang-barang itu akan dilakukan BAP sebelum diajukan untuk proses di pengadilan. Menurutnya, hakim memiliki kewenangan dalam memutuskan pelanggaran dan denda yang diberikan kepaÂda para pedagang tersebut. "Disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat," lanjutnya.
Dia memastikan, pihaknya tetap akan melakukan pemanÂtauan rutin dan patroli, sehingga tidak ada pedagang yang kemÂbali berjualan di trotoar tersebut. "Jika masih ada pelanggar, tetap kita tindak tegas," ucap Aries.
Sementara itu, pedagang di Skybridge khawatir jika masih banyak pedagang yang berjualan di trotoar. Alasannya, pelanggan mereka dapat direbut oleh pedaÂgang yang berjualan di trotoar. "Kalau pemerintah nggak tegas, kita juga yang rugi. Ini di atas sudah rapi, tapi di bawah masih belum tertib, kan sama saja boÂhong," ujar Jack, pedagang di Skybridge.
Pedagang bernama Alfa, menÂgaku lebih senang berjualan di trotoar karena banyak pembeli. Dia juga mengeluhkan sejumlah fasilitas yang masih minim di Skybridge, seperti toilet dan tempat salat. "Enak di bawah, lebih banyak pembeli. Kalau ini nggak tahu gimana. Kalau mau salat harus masuk stasiun atau ke bawah, toilet juga cuma empat," ucapnya.
Latar Belakang
Rencananya, Yang Tak Dapat Lapak di Skybridge Direlokasi Ke Blok FSudah sepekan terakhir pedaÂgang yang tadinya menempati Jalan Jatibaru Raya, berdagang di Skybridge, Tanah Abang. Namun, tak semua pedagang di Jalan Jatibaru mendapatkan lapak di jembatan yang tersamÂbung dengan Stasiun Tanah Abang itu.
Sekitar 200 pedagang kaki lima yang tak tertampung di Skybridge akan direlokasi ke Blok F Tanah Abang. Pasalnya, daya tampung Skybridge terbatas, sehingga tak bisa mengakomodir seluruh pedagang.
Direktur Utama PD Pembangunan Sarana Jaya Yoory C Pinontoan mengatakan, Skybridge hanya mampu menamÂpung 446 pedagang. Sedangkan total pedagang yang tercatat berjualan di sepanjang Jalan Jatibaru ada 650 pedagang. "PKL yang tidak kebagian di Skybridge akan ditampung di Blok F," kata Yoory.
Untuk sosialisasi perpindahan pedagang, Yoory menambahkan, hal itu menjadi ranah kewenangan PD Pasar Jaya. Berdasarkan hasil laporan yang diterima, Yoory mengatakan, sejauh ini baru 70 pedagang yang telah mengonfirmasi untuk pindah ke Blok F. Terhadap sisa pedaÂgang lainnya masih dilakukan sosialisasi.
"Itu PD Pasar Jaya, karena mereka yang menyediakan reÂlokasi. Itu di Blok F baru. Yang diundang dan mau 70 orang, masih banyak tempat di sana," ucap Yoory.
Selesainya pembangunan Skybridge diharapkan dapat memindahkan para PKL yang kerap mengokupasi trotoar Jalan Jatibaru Raya. Namun, hal itu beÂlum terwujud. Puluhan pedagang masih terlihat menjajakan barang dagangannya di atas trotoar.
Meski tak lagi mengganggu lalu lintas, namun keberadaan PKL di trotoar cukup menggangÂgu pejalan kaki. Keberadaan puÂluhan petugas Satpol PP tampak tak membuat para PKL tersebut gentar. Sementara para petugas tampak seperti mendiamkan PKL yang berada di trotoar.
Salah seorang pedagang yang menolak disebut namanya, mengaku terpaksa tetap berdaÂgang di trotoar, lantaran dia tak mendapat lapak di Skybridge. Dia bilang, semestinya semua PKL di Jatibaru mendapat lapak di Skybridge.
"Mau gimana lagi, Bang. Daripada nggak makan. Nekat-nekatanlah. Nanti kalau dibubarÂkan, ya kita bubar. Tapi kalau ada kesempatan, balik lagi. Demi menyambung hidup, Bang," kata pedagang tersebut.
Para PKL yang masih berada di trotoar Jalan Jatibaru, sebenarnya diprotes PKL yang sudah menempati Skybridge. Salah seorang pedagang menÂganggap, keberadaan PKL di trotoar membuat dagangannya sepi. "Gimana nggak sepi, Bang, kalau di bawah masih ada. Lebih gampang dijangkau kan yang di bawah. Mudah-mudahan segera ditertibkan yang masih di trotoar itu," ucap pedaÂgang tersebut. ***