Sri Wahyuni, salah satu PKL yang mendapat fasilitaslapak untuk berdagang di Skybridge. Lapaknya cukup strategis. Berada di paling pinggir jemÂbatan. Dekat dengan akses penÂgunjung yang ingin naik maupun turun dari Skybridge.
Sama seperti lapak lainnya. Ukuran lapak Sri tak begitu lebar.Hanya sekitar 1,5x2 meter. Di lapak itu, Sri yang dibantu suaminya, menjajakan berbagai jenis sandal dan sepatu buatan lokal. Selain itu, dia juga menÂjajakan beberapa jenis minuman dingin dari berbagai merk.
Hari itu, tak begitu banyak orang yang menghampiri lapak milik Sri. Kalau pun ada, pengunjung bukannya menawar sandal atau sepatu yang dijajakannya, tapi malah membeli minuman dinÂgin. "Ya, memang masih sepi sih. Mungkin karena masih awal-awal, jadi banyak yang belum tahu," ucap Sri, saat ngobrol-ngobrol.
Wanita berjilbab itu mengaku senang telah difasilitasi berdaÂgang di Skybridge. Soalnya, meÂmang cukup banyak PKL yang tidak mendapat jatah di bangunantersebut. Hanya 400-an.
"Ya bersyukur aja sih. Daripada kucing-kucingan terus sama petugas. Paling sabar-sabar dikit nunggu rame. Saya yakin sih rame," ucapnya.
Namun, Sri tak menampik, jika omzet yang didapatnya lebih kecil jika dibandingkan saat masih berdagang di sisi Jalan Jatibaru Raya. Namun, lagi-lagi dia mengungkapkan keyakinannya. Suatu saat rezeki berdagang di Skybridge akan kembali seperti sebelumnya.
"Kan masih baru. Saya sih tetap yakin, bakalan rame. Pedagang yang lain juga sama kok. Mungkin pada sepi di awal aja," tuturnya.
Berdasarkan pengamatan pada Kamis lalu, ratusan lapak yang berada di Skybridge sudah diisi oleh para pedagang. Hanya saja, memang masih ada beberapa lapak yang rolling door-nya masih dalam keadaan tertutup, alias belum dipakai berdagang.
Akses dari dan menuju Stasiun Tanah Abang pun telah dibuka. Tak ada lagi tembok maupun seng penghalang yang memÂbatasi Skybridge dengan stasiun. Akses itu tepat berada di tengah-tengah Skybrige. Akses itu cukup memudahkan pengunjung dua tempat tersebut.
Selesainya pembangunan Skybridge diharapkan dapat memindahkan para PKL yang kerap mengokupasi trotoar Jalan Jatibaru Raya. Namun, hal itu belum terwujud. Setidaknya hingga Kamis itu. Puluhan pedagang masih terlihat menjaÂjakan barang dagangannya di atas trotoar.
Meski tak lagi mengganggu laÂlu lintas, namun keberadaan PKL di trotoar cukup mengganggupeÂjalan kaki. Keberadaan puluhanpetugas Satpol PP tampak tak membuat para PKL tersebut gentar. Sementara para petugas tampak seperti mendiamkan PKL yang berada di trotoar.
Salah seorang pedagang yang menolak disebut namanya, mengaku terpaksa tetap berdagang di trotoar, lantaran dia tak mendapatlapak di Skybridge. Dia bilang, semestinya semua PKL di Jatibaru mendapat lapak di Skybridge.
"Mau gimana lagi, Bang. Daripada nggak makan kita. Ya nekat-nekatan lah. Nanti kalau dibubarin ya kita bubar. Tapi kalau ada kesempatan ya balik lagi. Demi menyambung hidup, Bang," kata pedagang tersebut.
Para PKL yang masih berada di trotoar Jalan Jatibaru sebenarnya diprotes PKL yang sudah menempati Skybridge. Salah seorang pedagang menganggap, keberadaan PKL di trotoar memÂbuat dagangannya sepi.
"Ya gimana nggak sepi, Bang, kalau di bawah masih ada. Lebih gampang dijangkau kan yang di bawah. Tapi mudah-mudahan segera ditertibin-lah yang masih di trotoar itu," ucap pedagang tersebut.
Akses Naik Jembatan Dibuat Landai
Mudahkan Penyandang Disabilitas
Selain dari stasiun, ada beberapa akses untuk naik ke Skybridge. Akses itu dari arah pintu Stasiun Tanah Abang yang berada di Jalan Jatibaru Bengkel, dan juga akses dari Pasar Tanah Abang Blok G.
Aksesnya berupa jalan selebar satu meter dengan lantai yang dibuat landai. Akses itu cuÂkup memudahkan penyandang disabilitas untuk naik maupun turun dari Skybridge. Akses itu dibangun di sisi kiri dan kanan Skybridge.
Sayangnya, akses naik turun itu terbilang cukup licin untuk dijalani. Apalagi jika sedang hujan dan limpasan air mengenai akses tersebut, dapat diperkiraÂkan lantai akan semakin licin dan cukup berbahaya untuk dilewati.
Licinnya akses itu juga dikeluhkan salah satu pengunjung Skybridge. Hastuti mengungÂkapkan, harus berpegangan pada tiang besi jembatan saat naik ke Skybridge. Ketika dia sedang membawa cucunya yang masih kecil.
Dia pun mesti menggandeng cucunya sambil berpegangan pada tiang besi. "Licin ini, harus pegangan. Kalau nggak, ya bisa kepeleset. Padahal nggak hujan ya, tapi licin," kata Hastuti.
Hastuti pun mengaku sempat membuka alas kakinya untuk naik ke Skybridge. Awalnya, dia curiga alas kakinya yang menyebabkan dirinya kesulitan naik ke Skybridge.
"Saya tadi malahan lepas sandal. Saya kira licin gara-gara sandal ya, tapi sama saja. Makin licin malahan kalau nggak pakai sandal," tuturnya.
Namun, lantai tersebut justru dapat dikatakan menguntungkan pedagang. Sari, salah satu pedaÂgang di Skybridge mengatakan, lantai ramp Skybridge meÂmang licin sejak tempat tersebut dibuka untuk umum. Kendati demikian, ia mengaku kondisi itu membuatnya lebih mudah untuk mengangkat barang naik ke Skybridge.
"Memang licin begitu. Nggak tahu ya. Memang dibuat begitu atau bagaimana, tapi aku lebih enak ngangkat barang ke atas Skybridge kalau licin begini. Cuma tinggal diseret saja kan barangnya. Kalau orangnya pegangan biar enggak jatuh atau terpeleset. Kan sudah ada pegangannya. Tapi memang licin, harus hati-hati," kata Sari.
Latar Belakang
Pedagang Dibatasi Cuma Sampai Sore Sejak Selasa lalu, Skybridge Tanah Abang mulai ditempati PKL. Namun, waktu berdagang PKL dibatasi. Hal itu sesuai kesepakatan antara pengelola Skybridge dengan PT KAI selaku pengelola Stasiun Tanah Abang.
Wakil Wali Kota Jakarta Pusat, Irwandi mengatakan, untuk seÂmentara waktu, pedagang diperÂbolehkan berjualan dari pukul 08.00-16.20 WIB. Hal itu diseÂsuaikan dengan jam operasional Blok F yang terhubung dengan Skybridge Tanah Abang.
"Kita lagi evaluasi, karena kereta keluar pukul 5.20. Tetapi, Blok F ini bukanya pukul 8, jadi mereka bisa masuk juga jam 8. Dicocokkan dengan arus penÂumpang," ujar Irwandi.
Sementara itu, Doni Simanihuruk selaku Penanggung Jawab Pengelola Skybridge Tanah Abang mengatakan, terdapat tiga poin yang sementara disepakati antara pihak pengelola dengan PT KAI saat uji coba operasional.
Pertama, operasional keseluruhan dibuka dari pukul 05.20-20.00 WIB. Jadi, pejalan kaki boleh lewat sampai pukul 20.00 WIB. Kemudian, pedagang diperbolehkan berjualan dari pukul 08.00-16.20 WIB. Dia mengharapkan agar menjeÂlang pukul 17.00 WIB, tak ada lagi pedagang yang masih berjualan.
"Kami beri waktu untuk misalnya beresin dagangannya. Situasional saja. Intinya jam 17.00 harus bersih, nggak ada lagi yang jualan," ucapnya.
Untuk poin ketiga, pagar di atas Skybridge yang menuju ke Stasiun Tanah Abang akan ditutup pada pukul 18.00 WIB. Sehingga, bagi masyarakat yang hendak menaiki KRL di atas pukul 18.00 WIB, diperkenanÂkan melewati trotoar di bawah Skybridge.
"Nanti pagar di atas yang di depan Stasiun Tanah Abang akan ditutup pukul 18.00. Untuk sementara, itu yang disepakati," tutur Doni.
Proyek Skybridge di Jalan Jatibaru, Tanah Abang, merupakan salah satu upaya penataanPKL di kawasan tersebut. Pembangunan jembatan multiguna ini dimulai pada Jumat (3/8).
Pembangunan Skybridge meÂnelan biaya sekitar Rp 35 miliar. Bekas Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede mengatakan, penanganan masalah PKL di kawasan Tanah Abang bisa optimal setelah pembangunan jembatan layang multiguna diÂrealisasikan.
"Solusinya, pembangunan Skybridge dari stasiun ke Pasar Blok G. Kalau sudah ada jemÂbatan itu, masyarakat tidak langsung turun ke jalan," kata Mangara.
Mangara mengakui, penanÂganan PKL yang berjualan di baÂhu jalan dan trotoar di kawasan Tanah Abang belum maksimal. Sebab, jumlah petugas tidak sebanding dengan PKL.
"Solusi jangka panjang meÂmang hanya seperti itu. Pejalan kaki nanti turunnya di Pasar Blok G," ujarnya. ***