Pabrik vape tersebut berada di pemukiman elit Janur Elok, Kelapa Gading Jakarta Utara. Dari pengamatan, bangunan rumah tersebut terbillang cukup mewah. Terdiri dari dua lantai dengan lebar lebih dari 10 meter dan panjang hampir 15 meter.
Sebelum masuk harus melalui pos keamanan. Begitu sampai, pagar cukup tinggi membatasi rumah berkelir abu-abu itu dari Jalan Janur Elok VII, tempat rumah tersebut berada. Selain pagar yang cukup tinggi, banguÂnan juga makin terlihat mewah karena cukup tinggi.
Jumat (9/11), rumah tersebut terlihat sepi. Pagar akses masuk dalam keadaan tersegel garis polisi. Selain pagar untuk akses masuk, garis Polisi juga tampak di pintu masuk bagian dalam. Demikian pula di satu unit mobil yang hari itu masih tertinggal di garasi sekaligus halaman rumah.
Tak seperti tempat yang habis digerebek aparat Kepolisian, hari itu jendela-jendela rumah tersebut dalam keadaan terbuka. Sedangkan bagian depan rumah kotor seperti tak terawat. Berbagai benda berserakan di halaman yang juga dijadikan garasi kendaraan.
Layaknya di perumahan meÂwah, siang itu, suasana di perumahan tersebut tampak sepi. Tak banyak aktivitas warga di perumahan tersebut. Lalu lalang kendaraan pun tak banyak terliÂhat di perumahan itu. Hanya ada beberapa kendaraan yang parkir di badan jalan.
Berada di pemukiman yang suasananya tak begitu ramai, membuat warga sekitar tak mengetahui aktivitas di rumahtersebut. Beberapa warga yang ditemui, mengungkapkan keterkejutannya terhadap pengÂgerebekan yang dilakukan aparat Kepolisian.
Wahyu, warga yang biasa beraktivitas di sekitar rumah bernomor 12 itu mengaku tak mengeÂtahui kegiatan sehari-hari pengÂhuni rumah itu. Kata dia, biasanya memang selalu ada penghuni yang berkumpul di rumah itu.
"Biasanya ramai orangnya. Masih muda-muda. Mungkin masih ABG-ABG. Orang-orangnya jarang keluar dari rumah. Untuk makan saja sering pesan online. Nanti tahu-tahu ada ojol yang nanya rumah Nomor 12 yang mana," ucap Wahyu, saat ngobrol-ngobrol.
Meski jarang keluar dari rumah, Wahyu menganggap bahwa para penghuni rumah itu sebagai orang baik. Soalnya, dia kerap melihat pengemudi ojol mendapatkan tip jika sudah selesai mengantarkan pesanan.
"Kayaknya kalau dilihat, baik orangnya. Biasanya suka ngasih uang ke ojol yang nganterin pesanannya," terangnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa rumah tersebut bukan milik para tersangka. Menurut Wahyu, rumah itu disewa. "Itu juga belum lama kok nyewanya. Kalau nggak salah, paling baru tiga bulan. Masih baru banget," bebernya.
Dia pun berharap Polisi mengungkapkasus ini dengan cepat. Apalagi, saat ini vape sedang digandrungi masyarakat. Katanya, akan sangat berbahaya jika peredaran vape narkoba terus berlanjut.
"Mudah-mudahan diungkap sampai akar-akarnya. Apalagi pemerintah lagi galak-galaknya perang lawan narkoba. Kalau bisa malah hukumannya maksimal, biar pada jera yang mau coÂba-coba atau masih jalanin bisnis nggak bener begitu," ucapnya.
Senada, Siti, warga lainnya mengungkapkan, hampir tak pernah melihat aktivitas di ruÂmah tersebut. Kata dia, rumah besar itu kerap sepi. Kondisi rumahnya pun tampak kotor tak terawat. Oleh penghuni rumah, seolah tak pernah dibersihkan.
"Ya memang sepi. Cuma ada suara anjing. Terus depan rumahnya selalu kotor, seperti tidak pernah disapu," kata Siti.
Juga Ada Ekstrak Ganja TY, salah seorang tersangka produsen narkoba jenis liquid vape yang mengandung metilenÂdioksi metamfetamina (MDMA) mengaku juga menjual ekstrak ganja. Dia menilai, ekstrak ganja baik untuk kesehatan.
"Awal mulanya saya lihat di luaritu banyak manfaat dari ekstraksi ganja sendiri. Jadi kita melihat ganja hanya sebatas represionalnya saja, sebenarnya banyak banget manfaat dari ganja tersebut. Tapi dengan dosis yang pas," klaim TY.
Narapidana narkoba di Lapas Cipinang ini mengaku sudah 15 tahun mengonsumsi ekstrak ganja. Dia kemudian mencoba untuk menjual. "Saya nggak jual ganja. Saya jual ekstraknya saja," kilah dia.
TY mengaku peralatan untuk membuat ekstrak ganja dicicil selama satu tahun. Pembelian perÂalatan itu dari hasil mengedarkan narkoba jenis tembakau gorila.
"Iya, tembakau gorila itu untuk saya cari modalnya. Keluarga saÂya juga bukan keluarga mampu, mungkin dari situ sedikit-sedikit (mengumpulkan modal membeli peralatan)," beber dia.
Adapun untuk memproduksinarkotika jenis liquid vape yang mengandung MDMA, TY mengaku belajar dari internet. "Belajarnya dari artikel-artikel di internet kan banyak. Akun sosmed kan juga banyak. Jadi saya pelajari banyak hal dari situ saya catat-catat, lalu saya praktik-praktik," tutur dia.
Hingga penangkapan, TY memiliki 20 orang karyawan. Mereka semua diajarkan untuk membuat narkoba. "Mereka datang ke ruÂtan, saya jelaskan pakai gambar. Saya bikin konsep ekstraktor, saya gambar desainnya, mereka bawa ke tukang bubut, mereka bikin," bebernya.
Latar Belakang
Dikendalikan Dari Dalam Lapas Cipinang
Vape Narkoba
Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Metro Jaya menangkap dalang peredaran narkoba jenis liquid vape yang mengandung metilendioksimetamfetamina (MDMA). Pelaku utama merupakan napi Lapas Cipinang berinisial TY.
"TY merupakan napi di Rutan Cipinang dengan perkaranarkoba sejak 2016," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.
Argo menjelaskan, kasus ini terbongkar setelah polisi menangkap sejumlah karyawan TY. Yakni BUS selaku pengirim paket; VIK, AR, AD selaku pekerja. Mereka ditangkap di Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada 15 Oktober 2018.
Kemudian, polisi menangkap lagi enam orang di Hotel Kaisar, Jakarta Selatan pada 16 Oktober 2018. Mereka yakni BR, DIK, DIL, KIM, SEP, DAN.
Dalam penyidikan diketaÂhui, keenamnya diperintahkan untuk melarikan diri oleh TY dengan membawa semua hasil produksi dan peralatan ekstaksi laboratorium. "Saat penangkaÂpan, diamankan satu unit mobil Avanza nomor polisi B1400 EOT," tutur Argo.
Argo menambahkan, TY juga memerintahkan karyawannya untuk meninggalkan lokasi produksi. Produksi dilakukan di sebuah rumah mewah di Jalan Janur Elok VII, Blok QH5, Nomor 12, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Rumah itu disewa Rp 140 juta dalam satu tahun.
Kepolisian selanjutnya melakukan penyelidikan untuk menemukan dalang produsen narkoba. Pada penyelidikan ditemukan identitas sopir TY, CT.
Dia ditangkap di Cawang, Jakarta Timur, Selasa, 23 Oktober 2018. Pada saat yang sama, polisi menangkap istri TY, DW di Jalan Cipinang Kebembem, Jakarta Timur.
"DW menyebutkan bahwa TY merupakan napi di Rutan Cipinang," imbuh Argo.
Selanjutnya, polisi berkoorÂdinasi dengan petugas Rutan Cipinang dan menangkap TY. Pada penangkapan itu, polisi turut menangkap tahanan lain yang bekerja sama dengan TY, yakni VIN dan HAM.
Argo menyebut, dalam proses penyidikan TY mengaku sebagai inisiator pembuatan clandestai labdan membangun lab untuk memproduksi segala produk yang mengandung narkotika (THC, MDMA, 5-Fluoro ADB). TY mengaku dibantu LT (DPO) dan pemasarannya diserahkan kepada BR. ***