Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Anak-anaknya Korban Lion Jatuh Diajak Main

Di Posko Keluarga RS Polri

Rabu, 07 November 2018, 10:38 WIB
Anak-anaknya Korban Lion Jatuh Diajak Main
Foto/Net
rmol news logo Ratusan keluarga kehilangan anggotanya yang jadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610. Perlu bimbingan psikologis agar yang ditinggalkan ikhlas menerima kepergian anggota keluarga. Pihak terkait menyediakan pendampingan psikolog bagi keluarga korban Lion Air JT-610.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Senin siang (5/11), suasana di posko keluarga korban kecela­kaan pesawat Lion Air JT610 tampak lengang. Meski demikian, sebenarnya cukup banyak orang yang berada di dalam posko tersebut. Baik keluarga korban, maupun petugas yang berkepentingan.

Posko keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT610 be­rada di Gedung Promoter Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat IRS Sukanto atau dikenal den­gan nama RS Polri. Posko tepat berada di basement gedung. Mudah menemukannya karena letak posko yang berada di dekat pintu masuk RS Polri dari arah Tol Jagorawi.

Untuk para keluarga korban dan juga petugas yang berada di posko itu, diberikan pula be­berapa fasilitas. Ada pendingin ruangan yang bisa dipindah-pin­dahkan. Ratusan kursi juga telah tersedia di ruangan tersebut.

Beberapa televisi dipasang di bagian depan agar keluarga bisa melihat perkembangan pencariandan pertolongan korban. Untuk anak-anak, terdapat pojok untuk bermain. Keseluruhan posko keluarga dilapisi karpet berwarna merah.

Selain berbagai fasilitas terse­but, di dalam posko keluarga juga masih terdapat lagi pos-pos kecil. Itu ditandai dengan beberapa buah meja yang disusun dan juga dijaga petugas.

Fungsi pos-pos kecil itu juga berbeda-beda. Ada meja yang tampaknya dijadikan tempat menggelar pertemuan dengan awak media, dan ada juga meja diisi dengan makanan maupun minuman yang bisa dikonsumsi keluarga korban.

Di bagian depan, posko seluas lebih dari 500 meter persegi itu juga dilengkapi papan tulis uku­ran besar. Isinya berbagai infor­masi. Mulai dari info Basarnas, info korban yang telah diiden­tifikasi hingga informasi hasil kegiatan SAR.

Selain itu, terdapat juga kolom untuk pernyataan dari pihak terkait yang bisa dikutip oleh awak media. Ada juga jadwalkegiatan tim SAR gabungan maupun jadwal keluarga korban, hingga jadwal bus pengantar dari hotel ke rumah sakit maupun dari rumah sakit ke hotel.

Hari itu, puluhan tenaga psikolog, baik dari Kepolisian maupun instansi lainnya, berada di posko keluarga. Mereka terlihat berbincang dengan keluarga korban. Sedangkan beberapa psikolog juga tampak tengah bercengkrama dengan anak-anak yang berada di posko tersebut.

Selain di tempat tersebut, para psikolog juga melakukan pen­dampingan di ruangan-ruangan lain yang berada di Gedung Promoter RS Polri. Menurut keterangan, ada total tiga ru­angan yang dipakai. Namun, ruangan-ruangan tersebut hanya bisa diakses oleh petugas dan keluarga korban.

Salah seorang keluarga korban yang menolak disebut identi­tasnya mengatakan, keberada psikolog di posko tersebut telah ada sejak hari pertama pros­es pencarian dan pertolongan terhadap pesawat dan korban Lion Air JT610. Menurutnya, psikolog itu cukup membantu.

"Ya, saya pribadi diberikan pengertian banyaklah. Bahwa kami harus kuat. Ya, kan me­mang sulit, Mas, harus kehilangan orang yang kita sayangi. Biasa kita ketemu tapi sekarang nggak bisa ketemu lagi," ucap sang keluarga korban tersebut.

Koordinator Tim Pendamping Psikologi Keluarga Penumpang Jatuhnya Lion Air di RS Polri AKBP Jarwo mengatakan, Posko Pendampingan Psikologi ada di gedung Promoter lantai satu dan dua. Selain itu juga ada di Pos Antemortem yang berada di bagian depan RS Polri.

"Tiap hari ada 20-30 psikolog dari berbagai Universtitas, Polri, dan TNI yang melakukan pendampingan. Ada juga di Hotel Ibis Jakarta 10 psikolog," ujar Jarwo.

Tujuan pendampingan psikologi, kata dia, membantu ke­luarga penumpang menyiapkan kondisi psikologi dan mentalnya dalam menghadapi situasi saat ini dan menerima informasi apapun terkait jatuhnya pesa­wat Lion Air JT 610. Total, ada ratusan keluarga yang dilakukan pendampingan sejak Selasa, (30/10).

"Ada arena anak di Gedung Promoter untuk anak-anak ke­luarga penumpang. Sejauh ini ada 10 anak, diajak main me­warnai, cerita dan bernyanyi," tutur Jarwo.

Sebelum pendampingan, ucapnya, diobservasi dahulu dengan dilihat dan dipantau keluarga mana yang butuh pendampingan dengan melihat emosinya dan kesedihannya yang terlihat dari bahasa tu­buhnya. Lalu diajak perkenalan, diajak menggobrol, baru dibawa ke Posko Psikologis untuk tin­dak lanjutnya.

"Metodenya silakan kelu­arga itu mencurahkan segalanya, membagi bebannya agar lebih rileks. Adapun pendampingan psikologi diberikan selama op­erasi DVI berlangsung di RS Polri. Bila sudah selesai operasi, manakala ada keluarga yang bu­tuh penanganan lebih lanjut akan dirujuk ke psikolog profesional," jelas Jarwo.

100 Orang Dari 54 Keluarga Bertahan di RS Polri

 Ketua Pelayanan Pendampingan Psikologi di RS Polri, Kombes Rudatin menerangkan, tugas Polwan di tim pendamping adalah memberikan layanan ke­pada keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air yang membutuhkan berbagai hal. Misalkan, ada keluarga sakit akan dibawa ke UGD.

Bila butuh penjelasan, terang­nya, dibawa ke posko informasisesuai yang dibutuhkan. "Rata-rata keluarga pada Selasa (30/10) ada 400 orang, jumlahnya semakin berkurang tiap harinya hingga saat ini jadi 100 orang dari 54 keluarga," imbuh Rudiatin.

Adapun kondisi keluarga se­lama di Posko Keluarga ada yang sampai syok dan masih belum bisa menerima tentang kejadian tersebut menimpa ang­gota keluarganya. Ada juga sejumlah keluarga yang terpaksa dibawa ke UGD karena stres tak bisa tidur, tensinya naik, diare hingga dibutuhkan perawatan beberapa hari.

Sementara itu, PIC Personal Asisten pihak Lion Air, Levrian menjelaskan, pihaknya menyiapkan 70 personel family pendamping di RS Polri, Kramat Jati, yang mana tiap keluargadidampingi satu personel family pendamping. Personel pendampingtiap keluarga pun sama agar tak mempengaruhi psikologi keluarga.

"Bila ada yang dibutuhkan, cukup beritahu, nanti akan ditampung semua aspirasinya, misal ada yang mau pulang, kita cari tiket, untuk berapa orang dan kapan. Kita sediakan obat-obatan dan transportasi juga," papar Levrian.

Family pendamping itu juga bertugas menyampaikan infor­masi yang didapatkan dari media base, seperti tentang jumlah kantong yang didapatkan hari ini dan seputar operasional pencar­ian dari Basarnas. Informasi itu juga disebarkan atau broadcast ke keluarga penumpang yang terdata.

Dalam penyampain informasi itu dilakukan dengan kerjasama antar posko Lion Air yang ada di posko Karawang, Tanjung Priok, Hotel Ibis, dan RS Polri sehingga informasinya menjadi satu sumber.

Latar Belakang
Dari Identifikasi Jenazah Hingga Trauma Healing


Pasca jatuhnya pesawat Lion Air JT 610, sejumlah pihak mendirikan beberapa posko untuk membantu menangani korban. Di RS Polri, Kramatjati, disediakan posko antemortem, postmortem, hingga posko trau­ma healing.

Kepala RS Polri Kombes Musyafak mengatakan, posko antemortem yang disiapkan untuk pendataan identitas dari keluarga korban. "Antemortem yaitu pendataan indentitas ciri-ciri masing-masing dari setiap keluarga," ujar Musyafak.

Di pos ini, keluarga korban yang datang diminta membawa data dan dokumen korban seperti ijazah, maupun sertifikat lain­nya yang ada tanda sidik jari untuk bisa diidentifikasi. Selain data dan dokumen, untuk mem­percepat identifikasi yang ber­hubungan dengan DNA keluarga terutama istri, anak, ayah, dan ibu diminta untuk mendatangi posko ante mortem.

Pakaian dan properti korban yang terakhir dipakai juga bisa membantu proses identifikasi. Selanjutnya, RS Polri juga me­nyediakan posko postmortem atau instalasi forensik.

"Kegiatan identifikasi post­mortem, yaitu ada 15 dokter forensik, dokter ordontologi yang melaksanakan kegiatan pemeriksaan forensik dan gigi. Kemudian ahli Disaster Victim Investigation (DVI) yang siap di sini," ucapnya.

Proses forensik untuk iden­tifikasi jenazah korban sudah mengidentifikasi puluhan jenaz­ah. Musyafak melanjutkan, RS Polri juga menyediakan posko untuk healing psikologi bagi keluarga korban yang menga­lami trauma.

"Ini juga dibantu oleh be­berapa ahli psikologi, selain dari polri, UI, beberapa RS termasuk TNI juga bergabung di sini untuk memberikan terapi-terapi psikologi kepada korban dan keluarga," terangnya.

Terpisah, Corporate Communications Lion Air Ramaditya Handoko mengatakan, 20 psikolog disiapkan untuk memban­tu keluarga korban. Psikolog tersebut tersebar di dua posko utama Lion Air yang terletak di Hotel Ibis Cawang dan Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Total ada 20 psikolog, ter­bagi jadi dua shift pagi ke sore, sore ke malam. Per shift itu ada lima sampai tujuh orang. Jadi bisa sepuluh di sini (Hotel Ibis), sepuluh di sana (RS Polri)," kata Rama.

Para psikolog tersebut ber­tugas melakukan komunikasi secara dekat. Mendampingi keluarga korban yang terpukul pasca kejadian jatuhnya pesawat Lion Air JT610.

"Para psikolog dapat menjadi sosok yang memberi bimbingan selama proses identifikasi ini. Karena kan keluarga di sini melalui beberapa tahapan ya, kesedihan, kemarahan, kami harap dengan adanya pendamping ini bisa membantu," ujar Rama.

Adapun di setiap posko ter­dapat ruangan Family Center yang digunakan psikolog untuk melakukan pendampingan terh­adap keluarga korban. "Ruangan itu hanya bisa dimasuki petugas dan keluarga korban," tutur Rama. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA