Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bekas Tembakan Di DPR Disumpal Plastik Merah

Berlubang Sebesar Bola Pingpong

Kamis, 18 Oktober 2018, 10:52 WIB
Bekas Tembakan Di DPR Disumpal Plastik Merah
Foto/Net
rmol news logo Ruang kerja dua anggota Komisi III DPR Wenny Warrouw dan Bambang Heri Purnama menjadi korban penembakan. Dua peluru tersebut, tidak sampai menimbulkan korban jiwa, hanya kaca dan tembok yang bolong. Bekas tembakan itu ditutup plastik.

Sehari setelah penembakan, ruang kerja Wenny Warrouw yang berada di lantai 16 ruang 1601 Gedung Nusantara 1 DPR, Komplek DPR/MPR Senayan, Jakarta sepi. Hanya satu orang sibuk merapikan berkas yang berserakan di atas meja.

Pria berkemeja putih ini, ber­henti sejenak setelah ada orang yang masuk ke dalam ruangan­nya. "Bapak sedang ada keg­iatan di luar," ujar Yanto, staf pribadi Wenny Warrouw, Selasa (16/10).

Bekas tembakan terlihat jelas di ruang kerja politikus Gerindra itu. Atap plafon yang berada di atas ruang kerja tenaga ahli, berlubang cukup besar. Lubang sebesar kelereng itu dibiarkanmenganga. Namun, lubang tersebut tidak mengganggu para staf yang tetap bekerja seperti biasa.

"Peluru bersarang di atas pla­fon. Tapi, sudah diambil pihak kepolisian," ujar Yanto.

Masuk lebih dalam, bekas tembakan terlihat semakin jelas. Bahkan, kaca berlubang sebesar bola pingpong. Retakan kaca terlihat jelas di sekitar lubang be­kas tembakan. Untuk menghin­dari hal yang tidak diinginkan, lubang di kaca tersebut disumpal plastik panjang warna merah.

Selain itu, kertas karton cukup lebar ditempel di atas kaca yang berlubang sebagai tanda bekas tembakan. "Kami sumpal pakai plastik agar tidak membahaya­kan orang," ujar Yanto.

Yanto mengatakan, empat petugas dari Kesetjenan DPR telah datang ke ruangannya dan mengecek seluruh kerusakan akibat tembakan.

"Dalam waktu dekat akan diganti," ucapnya.

Selain petugas dari kesetjenan, lanjut Yanto, beberapa sniper Polri dan intel TNI sempat datang ke tempat ini untuk mengecek lokasi dan arah tembakan. Berdasarkan analisis sementara petugas tersebut, kata dia, tem­bakan itu berasal dari senjata laras panjang.

Sebab, jarak antara ruang kerja anggota DPR dengan lapangan tembak senayan lebih dari 400 meter. "Kalau pistol, dengan ja­rak sejauh ini, tentu tidak sebesar ini lubang kacanya. Mungkin hanya retak," duganya.

Apalagi, dia menduga, arah tembakan yang menyasar ruangan ini, bukan berasal dari Lapangan Tembak Senayan, melainkan dari arah sekolah yang berada di sampingnya. Sekolah itu sekitar 100 meter dari Lapangan Tembak. "Ini mungkin juga perlu diselidiki kepolisian," ujarnya.

Untuk berjaga-jaga agar tidak terulang kembali, Yanto mengakuakan selalu menutup ruang kerjanya dengan gorden kayu agar peristiwa tersebut tidak terulang. "Kalau ditutup, nanti kena gorden duluan," ucapnya.

Sedangkan di ruang kerja Bambang Heri Purnama, tidak terlihat jelas bekas tembakan. Pasalnya, ruang kerja yang be­rada di Lantai 13, Ruang 1313 Gedung Nusantara 1 DPR, itu tertutup rapat. Seluruh stafnya juga tidak terlihat masuk kerja.

"Bapak lagi umroh. Minggu depan mungkin baru masuk kan­tor," ujar salah seorang staf prib­adi anggota Dewan yang enggan disebutkan namanya itu.

Namun, staf tersebut mengakumendengar suara benda jatuh saat kejadian penembakan, Senin (15/10). "Salah satu staf Pak Bambang terserempet peluru di jilbabnya," ujar pria tersebut.

Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyebut, peluru mengenai ruang kerja anggota DPR bukan hanya kali ini, akan tetapi sudah terjadi tiga kali.

"Saya minta badan urusan rumah tangga (BURT) mengkaji perlu tidaknya bagian kaca yang menghadap Lapangan Tembak diberi lapisan kaca film tahan peluru," ujarnya.

Alasannya, kata Bamsoet, Gedung DPR masuk kategori ob­jek vital negara seperti Gedung MK, MA, dan lembaga negara lainnya. Karena itu, keamanan Gedung DPR jadi tanggung jawab negara.

"Kami anggota DPR menem­pati gedung objek vital ini hanya untuk bekerja sesuai amanat konstitusi," tandasnya.

Selebihnya, ucap Bamsoet, tanggung jawab keselamatan anggota Dewan ada di tangan pihak keamanan negara, dalam hal ini Pamobvit Mabes Polri atau domain pemerintah. "Sehingga, perlu tidaknya pemasangan kaca film tahan peluru terserah pemerintah," ujarnya.

Bamsoet mengungkapkan, peluru yang melesat ke ruangan Bambang Heri Purnomo sempat menembus jilbab seorang asis­tennya. Sedangkan Bambang tidak berada di ruangan karena sedang umroh.

"Sedikit lagi saja, akan men­genai kepalanya. Alhamdulillah selamat," ujarnya.

Sedangkan peluru lainnya menembus ruang kerja Wenny Warouw. "Kalau saja Pak Wenny berdiri, bisa kena," tandasnya.

Oleh sebab itu, Bamsoet meminta pengelola lapangan tembak untuk mengantisipasi hal ini agar tidak terulang kembali. Caranya, dengan memasang pengamanan yang lebih tinggi.

"Sekarang sudah dipasang seng besi, tapi mungkin kurang tinggi," ujarnya.

Politikus Golkar ini mem­bantah penembakan tersebut didalangi aksi terorisme. Sebab, pelaku sudah ditemukan dan merupakan anggota Perbakin Tangsel. "Yang bersangkutan baru bikin sertifikat tembak reaksi dan baru memiliki kemampuan itu," sebutnya.

Bamsoet menjelaskan, peris­tiwa terjadi saat anggota tersebut tengah latihan tembak reaksi. Saat itu, ia hendak melakukan pengisian magasin.

"Saat reloading membuka ma­gasin, terpencet dan tidak tahu bahwa masih ada pelurunya, sehingga melakukan tembakan otomatis, maka yang keluar dari senjata itu lebih dari satu peluru," terangnya.

Sniper Cari Titik Lebih Tinggi Atau Sejajar

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto membantah, peluru yang menyasar ke ruang kerja dua anggota DPR, dilepas­kan penembak jitu (sniper).

Pasalnya, penembak jitu tidak mungkin menggunakan pe­luru berkaliber 9x19 milimeter. "Kalau sniper, pasti kena ke orangnya," ujar Setyo di Mabes Polri, Jakarta.

Setyo menyatakan, seorang penembak jitu tidak mungkin melepaskan tembakan dari area Lapangan Tembak Senayan. Penembak jitu akan mencari titik yang sejajar atau lebih tinggi dari sasaran tembaknya.

"Kalau sniper pasti pada satu titik, bahkan dari atas malah, supaya melihat, paling tidak sejajar," ujarnya.

Setyo menjelaskan, anggota Perbakin Tangsel berinisial IAW yang diduga melepaskan peluru nyasar ke ruang kerja anggota DPR itu, menggunakan senjata jenis laras pendek. Namun, un­tuk memastikan hal itu, pihaknya masih menunggu hasil uji balis­tik. "Nanti akan diuji lagi dengan laboratorium forensik, melalui uji balistik," kata dia.

Kepala Bidang Balistik Metalurgi Forensik Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri, Kombes Ulung Kanjaya menambahkan, anak peluru yang ditemukan di lantai 13 ruang kerja anggota DPR, masih dalam keadaan utuh.

"Karena benturan yang tidak begitu keras dan lebih keras daripada benda yang ditabrak," ujar Ulung.

Sedangkan peluru di lan­tai 16 yang menembus kaca dengan ketebalan 6 mm, dike­tahui pecah.

Dari hasil penyelidikan, kata Ulung, didapati senjata jenis Glock 17. Senjata tersebut diketahui sebagai salah satu sen­jata untuk olahraga menembak. "Hasil anak peluru yang didapat, dibandingkan dengan dua anak peluru di TKP, hasilnya identik," tandasnya.

Artinya, menurut Ulung, garis-garis yang dihasilkan di anak peluru maupun yang diuji cobakan segaris. "Ada istilah galangan dan dataran, berarti itu identik," ucapnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA