Hari itu, Senin (24/9), jenazah Haringga dimakamkan di kamÂpung halaman ibundanya di Indramayu, Jawa Barat. Namun, meski tak bisa lagi melihat almarhum, puluhan pelayat masih mendatangi kediaman Haringga. Sekadar mengucapkan belasungÂkawa kepada kerabat yang tak ikut ke Indramayu.
Puluhan kursi plastik masih tersusun berjejer tak jauh dari tempat tinggal Haringga. Sementara jalan depan gang masih tertutup untuk kendaraan yang melintas. Dua karangan bunga dipajang di dekat rumahnya. Sedangkan beberapa karangan bunga lainnya dipajang di depan gang masuk.
Haringga dan orangtuanya tinggal di kontrakan mungil berukuran sekitar 3x8 meter. Untuk mengaksesnya pun lumayan sulit bagi orang yang bukan warga seÂtempat. Harus melalui jalan kecil yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Rumahnya berada di pemukiman yang cukup padat.
Masuk ke bagian dalam rumah,tak tampak penghuni seperti penggemar sepakbola faÂnatik. Interior rumahnya diisi dengan perlengkapan yang kerap ditemukan di rumah-rumah pada umumnya. Ada televisi, lemari hingga tikar dan kasur tempat tidur. Semuanya terlihat sederhana.
Tak ada poster maupun foto pemain atau tim sepakbola faÂvoritnya. Di dinding pembatas antara ruang tidur dan ruang tamu, terdapat beberapa bingkai foto yang menunjukkan wajah Haringga. Foto wajahnya juga tampak dipajang di lemari.
Mirah, Ibunda Haringga, tak menyangka ciuman tangan dan pamitan Haringga akhir pekan itu jadi pertemuan terakhir dia dengan buah hatinya. Hari itu, Minggu (23/9), menurut Mirah, Haringga pamit bukan untuk menonton pertandingan sepakÂbola, melainkan untuk main ke rumah temannya di Bandung.
"Tumben salaman mencium tangan, biasanya nggak. Pamit biasa saja. Ngomong ke saya itu main ke rumah teman, tidak ngomong mau nonton bola," kaÂta Mirah, di rumah duka di Desa Kebulen, Kecamatan Jatibarang, Indramayu.
Mirah pun percaya dengan Haringga. Pasalnya, penampilan Haringga, diakui Mirah, hanya mengenakan pakaian biasa tanpa atribut Persija. "Biasanya kan kalau nonton bola itu bawa selendang. Kemarin pas pamit tidak bawa selendang, pakaian biasa saja," ucapnya.
Mirah mengatakan anak bungsunya itu sejak lama menjadi suporter Persija. Bahkan, dia melanjutkan, Haringga dikenal sebagai pribadi yang supel. "Anak saya baik, banyak temannya.Suka nonton sama teman-temannya," terangnya.
Lebih lanjut, Mirah menjelasÂkan, dia mendapat kabar terkait kejadian yang menimpa anaknya lewat media sosial Facebook. Katanya, Mirah salah satu keraÂbatnya melihat postingan video pengroyokan Haringga pada Minggu (23/9) dari grup The Jakmania Bogor.
"Dia bilang itu saudara saya dipukuli, langsung laporan ke saya. Ada Pak RW juga yang datang ke rumah, dia memberi kabar mengenai Ari di Bandung. Pas saya lihat videonya ternyata benar anak saya. Saya langsung pingsan," ujarnya.
Setelah mendapati kabar tersebut,Mirah beserta keluarganya langsung berangkat ke Kota Bandung untuk menjemput jenazah Ari.
"Kami Langsung ke Bandung jemput jenazah Ari, kemudian kami bawa ke Jatibarang, Indramayu," katanya.
Hingga kini, aksi oknum bobotoh yang tega mengeroyok anaknya hingga tewas masih terekam di pikiran Mirah.
"Seperti binatang. Anak saya diseret-seret, kepalanya dipukul berkali-kali sampai hancur. Saya tak terima, ya Allah," ucapnya.
Saat ini Kepolisian sedang menangani kasus pengeroyokan tersebut. Mirah pun berharap hukum dapat ditegakkan.
"Hukum yang setimpal. Kalau dikeroyok, hanya luka saja mungÂkin saya masih menerima. Tapi, ini sampai meninggal, ya Allah," ujar Mirah menangis.
Ayah Haringga Minta Kasus Ini Diusut Tuntas
Raut sedih pun masih terÂlihat jelas di wajah Siloam Tumangkeng, ayah Haringga, usai mengantar jenazah anaknya di tempat peristiraÂhatan terakhir. Dia pun meminta kejadian yang menimpa anaknya jadi pelajaran.
"Dari mulai klub, pihak keamanan, pemerintah, dan lainnya. Agar tidak terjadi lagi, jangan sampai ada Haringga-Haringga selanjutÂnya," ujar Siloam.
Dia menilai, pembinaan klub terhadap para pendukungnya sangat penting. Pasalnya, supporter sejati tidak akan melakukan hal yang akan merugikan klub kesayangannya. Tapi, dia tidak mau menyebut kejadian yang menimpa anaknya merupakan bentuk kegagalan klub dalam membina pendukungnya.
"Saya meyakini itu ulah oknum, pendukung sejati ngÂgak akan melakukan hal itu. Makanya, saya meminta pihak kepolisian mengusut tunÂtas kasus ini. Saya berharap ada hukuman yang membuat jera," tuturnya.
Di kalangan rekan-rekannya sesama pendukung Persija Jakarta, Haringga dikenal sebagai pribadi yang tidak neko-neko. "Dia orangnya baik saja, supel. Menurut pada orangtua, jadi tidak badung (nakal), tidak merokok, tidak minum-minum," kata Ketua Korwil The Jak Mania Cengkareng Bayu Ali Said.
Bungsu dari tiga bersauÂdara itu, lanjut Bayu, terakhir kali menonton pertandingan Persija Jakarta di Bantul, Yogyakarta.
"Intinya dia sayang pada orangtua. Dia anak bungsu dari tiga bersaudara. Terakhir bertemu di Bantul (Persija vs PSIS)," ujarnya.
Latar Belakang
Haringga Selalu Ikut Ke Mana Persija Tanding Jadi Korban Ketujuh Rivalitas Jakmania-Bobotoh
Wajah Siloam, ayah Haringga Sirla, masih terlihat berduka. Dia tidak menyangka, kesukaan anaknya kepada Persija memÂbuat dirinya harus kehilangan anak lelakinya itu.
Masih teringat oleh Siloam bagaimana Ari, demikian Haringga disapa, rela mengeÂluarkan uang untuk membeli berbagai atribut tim sepak bola kesukaannya itu.
"Dia itu sampai rela-rela beli barang-barang Persija di online. Dia punya syal-syal dan kalau mau ada pertandingan pasti cari kaos di toko online," kata Siloam.
Siloam bercerita bahwa anaknya mulai tergila-gila dengan Persija tiga tahun terakhir. Dia bilang, di mana pun Persija bertanding, Haringga akan menguÂpayakan menontonnya. Bahkan hingga ke luar kota.
Terakhir, kata dia, Ari menyaksikan laga Persija VS PSIS di Stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta, Jawa Tengah, Selasa (18/9). Sebelumnya, dia juga menyaksikan pertandinÂgan Persija di Jakarta, Bekasi, dan Malang. "Dia itu akan melakukan apapun kalau sudah niat," ucap Siloam dengan mata berkaca-kaca.
Siloam menceritakan, semua itu dilakukan Haringga dengan mengumpulkan uang dari jerih payahnya bekerja di bengkel kakak iparnya. Dia tidak pernah meminta uang untuk memenuhi kesukaannya dengan Persija.
"Dia nabung sendiri buat nonton Persija ke luar kota. Kadang saya nanya 'ke luar kota terus, duitnya dari mana?' Tidak perÂnah minta orangtua," bebernya.
Haringga tercatat resmi sebaÂgai Jakmania, julukan suporter Persija. Sekitar satu pekan lalu, dia mendapatkan Kartu Tanda Anggota (KTA) Jakmania dan kaos resmi anggota.
Namun, kecintaan Haringga pada Persija hanya sampai Minggu, 23 September 2018, saja. Pemuda berusia 23 tahun itu tewas dikeroyok oleh suportersepak bola seperti dirinya. Saat itu, dia hendak menonton laga Persija Vs Persib di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, Jawa Barat.
Jelang pertandingan yang digelar pada Minggu sore, Haringga dikeroyok oknum suporÂter Persib di halaman stadion. Dia dinyatakan tewas jam satu siang dan kemudian dibawa ke RS Sartika Asih Bandung. Jenazah Haringga dikebumikan di kampung halaman Ibundanya, Senin siang (24/9).
Di sisi lain, rivalitas salah kaprah antara suporter Persib Bandung (Bobotoh) dan Persija Jakarta (The Jakmania), terus-menerus memakan korban. Haringga Sirla menjadi korban ke-7 karena rivalitas antara dua suporter ini.
Empat korban meninggal dari Bobotoh. Rangga Cipta Nugraha (22), Lazuardi (29), dan Dani Maulana (17) harus menjadi korban pada 27 Mei 2012, karena tusukan senjata tajam dan pengeroyokan oleh oknum The Jakmania. Selain itu, Persib Bandung juga harus kehilangan suporternya lagi pada 27 Juli 2017, yakni Ricko Andrean (22), yang meninggal karena dikeroyok oknum Jakmania. ***