Rakyat Merdeka pun menÂjajal moda transportasi tersebut dari stasiun awal Velodrome, hingga ke stasiun tujuan akhir, Mal Kelapa Gading. Tak ada syarat khusus untuk naik angÂkutan tersebut. Siapa pun bisa menjajal moda transportasi terÂbaru di Jakarta itu.
Di awal, warga yang ingin menjajal LRT harus naik menuju stasiun. Ada banyak pilihan tangga maupun eskalator yang tersedia. Namun hari itu, hanya tangga dan eskalator di depan pintu masuk Gedung KNPI yang diaktifkan. Eskalator membuat mudah warga yang ingin naik ke stasiun.
Selanjutnya, usai menaiki eskalator setinggi sekitar 10 meter, warga diarahkan untuk mengisi buku tamu. Di beberapa meja, petugas siap melayani tamu. Usai mengisi buku tamu, warga diberikan stiker, lalu ditempelkan di pakaian atau di tempat lain di bagian tubuh yang terlihat.
Adapun tulisan dalam stiker berbentuk bulat dengan diameter sekitar lima centimeter (Cm) itu yakni: LRT JAKARTA, UJI COBA OPERASI, 15 Agustus -14 September 2018. Stikernya berwarna putih yang divariasiÂkan warna merah di tengah dan coklat di pinggirannya, dengan logo LRT Jakarta.
Selanjutnya, hampir tak ada hambatan untuk naik menuju ke rangkaian LRT. Sejumlah mesin yang biasanya dipakai untuk men-tapping tiket kereta, belum diaktifkan. Pengunjung yang ingin menjajal, bisa langsung masuk ke peron, dimana LRT telah menunggu.
Bagian peron di Stasiun Velodrome tampak modern. Bahan-bahan kaca mendominasi tampilan peron. Selain itu, keramik yang masih baru dan mengkilap, memberikan kesan bersih. Tak lupa garis pemandu penyandang disabilitas melengÂkapi tampilan peron.
Masih di sisi peron, ada tampiÂlan yang tak biasa dibanding peron stasiun pada umumnya. Jika biasanya di sejumlah staÂsiun tak ada pembatas antara peron dengan kereta, di Stasiun LRT Velodrome hal itu terlihat jelas. Pembatas itu dapat terbuka dan tertutup secara otomatis, mengikuti datang dan perginya rangkaian LRT.
Pembatas yang juga terbuat dari bahan kaca itu, membuat calon penumpang lebih aman, nyaÂman, serta tidak mudah jatuh ke rel. Seperti diketahui, peron staÂsiun dan rel memiliki perbedaan tinggi lebih dari satu meter.
Hari itu, sejumlah rangkaian LRT telah siap melayani warga yang ingin menjajal. Satu rangÂkaian terdiri dari empat kereta. Perbedaan dengan kereta pada umumnya pun terlihat lagi di bagian ini. Jika biasanya masing-masing kereta terkoneksi, dan penumpang bisa berpindah dari bagian depan ke bagian belakang tanpa keluar, hal berbeda terlihat di rangkaian LRT.
Dari empat kereta dalam satu rangkaian, hanya dua kereta yang terkoneksi. Dua kereta lainnya terputus ruangan masinis. Jadi, penumpang hanya bisa berpinÂdah-pindah di dua kereta saja.
Masuk ke bagian interior, semuanya masih baru dan rapi.Interior dicat warna putih. Kursinya yang terbuat dari logam ringan, dicat abu-abu. Terdapat beberapa tiang besi penyangga atap di bagian dalam dan gantungan untuk penumpang yang berdiri berpegangan.
Dari segi kenyamanan dalamperjalanan, LRT terbilangcukup memadai. Hari itu, rangkaian bergerak perlahan dengan keÂcepatan rendah, menuju stasiun akhir, Mal Kelapa Gading. Hanya butuh 15 menit dari Velodrome menuju tujuan akhir. Kereta tidak berhenti di stasiun yang dilewati yakni, Stasiun Pacuan Kuda, Stasiun Pulomas, Stasiun Kelapa Gading Boulevard.
"Enak Juga, Kayak Di Luar Negeri"
Uji coba operasi LRT Jakarta dimanfaatkan sejumlah warga yang penasaran dengan moda transportasi massal tersebut. Salah satunya Lisa. Berbekal informasi di sejumlah media, Lisa bersama temannya mendaÂtangi Stasiun Velodrome pada Selasa (4/9).
Lisa mengaku baru kali pertaÂma memakai transportasi modernsemacam LRT. "Awalnya karena ingin saja. Makanya, kita nekat kemari. Tidak tahu mesti isi form dulu. Ternyata rasanya begini, enak juga. Kayak di luar negeri," kata warga Jakarta Timur itu.
Dia pun mendukung pemerinÂtah memperbanyak transportasi massal semacam LRT. Selain nyaman, tentunya bisa mengurangi polusi dan kemacetan di Jakarta.
"Kalau diperbanyak, pasti warga beralih naik angkutan umum. Bagus kan, tidak macet, tidak polusi. Kalau bisa, ongkosnya dibikin terjangkau," tutur wanita berhijab itu.
Tak jauh berbeda, Usman, warga lainnya mengaku bangga dengan beroperasinya LRT. Dia bilang, Jakarta bisa mengejar ketinggalan di bidang transportasi dengan kota-kota maju lainnya di luar negeri.
"Selama ini kan angkutan di Jakarta bisa dibilang kalah, misalkan dibanding Singapura atau Jepang. Di sana kan katanya nyaman. Kalau di Jakarta beginiseÂmua, rasanya enak, nggak berisik. Bagus fasilitasnya," ucapnya.
Sejak awal, dia penasaran ingin mencoba fasilitas baru tersebut setelah melihat LRT di Palembang lewat media. Dia pun berencana kembali mencoba LRT Jakarta jika sudah beropÂerasi untuk umum.
"Nanti kalau sudah resmi, ingin nyobain lagi. Kalau dulu, cuma bisa merasakan kayak beÂgini di luar negeri. Sekarang tak perlu jauh-jauh lagi," ucapnya.
Terakhir, Usman pun berÂharap, fasilitas yang sudah bagus dan modern ini, dirawat dengan baik. "Jadi, kita tak dibilang cuma jago bikin, tapi merawat tidak bisa. Kalau bisa, dipertahÂankan seperti baru terus, biar nyaman," tandasnya.
Kilas Balik
Proyek Kereta Ringan Sempat Dikebut Supaya Bisa Dipakai Saat Asian Games
Proyek kereta ringan (LRT) koridor Velodrome-Mal Kelapa Gading mulai diuji coba. Proyek ini dimulai sejak Juni 2016 dan dikerjakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jakarta Propertindo (Jakpro)
Meski dimulai sejak Juni 2016, konstruksi LRT baru dimulai pada September 2016. Saat itu, Jakpro menargetkan pembangunan tahap I bisa ramÂpung dalam dua tahun. Namun, melihat perkembangan saat ini, penyelesaian tampaknya ngaret dari jadwal semula.
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Satya Heragandhi saat itu mengatakan, proyek yang setara dengan tahap I LRT, selesai dalam waktu tiga tahun hingga lima tahun. "Tapi, ini harus bisa selesai dua tahun untuk mengejar Asian Games," ucap Satya.
Senada dengan Satya, bekas Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno menyebut, Pemerintah DKI Jakarta membuka LRT pada 10 Agutus 2018. Saat itu, kata Sandiaga, pihaknya masih menunggu sertifikasi di Kementerian Perhubungan.
Sandi menambahkan, LRT juga telah diuji secara statis dan dinamis. Katanya lagi, keamanan LRT juga sudah diÂpastikan. Selain itu, pihaknya membahas soal penentuan harga tiket. Seluruh stakeholder yang berkepentingan, diundang untuk membahas hal tersebut.
"Masih ada beberapa hari, memastikan
safety-nya juga
user friendly-nya. Tentunya menduÂkung Asian Games. LRT dikeÂbut secara rekor selesai untuk mendukung Asian Games," tutur Sandi sebelum Asian Games.
Namun di sisi lain, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memastikan, LRT Jakarta tidak beroperasi saat Asian Games 2018. Angkutan massal berbasis rel itu, dinilai belum siap dioperasikan. Hasilnya, LRT memang belum beroperasi saat Asian Games.
"Jakarta belum ya, karena belum siap untuk dilaksanakan," ucap Basuki.
Basuki menambakan, Koridor 1 Fase I (Kelapa Gading-Velodrome) juga dipastikan belum bisa dioperasikan, meski sudah memasuki masa trial.
"Untuk keseluruhannya tidak, yang di Kelapa Gading baru di-trial juga," ucapnya.
Saat aktif nanti, LRT menarÂgetkan akan ada pengurangan sekitar 5.000 kendaraan pribÂadi yang keluar dari kawasan Kelapa Gading, Pulomas dan Kayu Putih menuju tengah kota Jakarta setiap harinya. Sekali jalan, LRT Jakarta meluncurkan empat kereta. Masing-masing kapasitas 135 orang per unit/ gerbong atau nyaman untuk 500 orang per trip.
LRT Jakarta rute Velodrome-Mal Kelapa Gading merupakan bagian dari Koridor 1 Fase I LRT Jakarta. Menurut rencana, selanjutnya akan dibangun LRT Fase II dengan rute Velodrome-Tanah Abang, Jakarta Pusat. ***