Senin pagi (27/8), suasana di RSUD Mataram ramai seperti biasanya. Ratusan pasien dan pengantar memadati rumah sakit yang berada di Jalan Bung Karno, Kecamatan Mataram, Kota Mataram itu. Kebanyakan merupakan pasien yang mesti berobat pasca sejumlah gempa menerpa Lombok beberapa waktu belakangan.
Bedanya, hari itu para pasien dan pengantar tidak dilayani di dalam ruangan atau bangsal rawat. Mereka dirawat dan dilayani di puluhan tenda yang dipasang di halaman RSUD. Halaman RSUD bak rumah sakit lapangan.
Layaknya pelayanan di ruÂmah sakit pada umumnya, di tenda-tenda darurat tersebut juga dilengkap beberapa poliklinik. Poliklinik hingga ruang peraÂwatan pun terbilang lengkap. Dari pengamatan, poliklinik untuk semua penyakit tersedia di tenda-tenda tersebut.
Pendaftaran terletak di bagian depan, dekat pintu masuk. Sedangkan bagian perawaÂtan terletak agak ke belakang, namun tetap mudah diakses karena dekat dengan pintu keluar. Hari itu, ratusan pasien dan pengantar memadati rumah sakit darurat ini.
Jika pelayanan poliklinik dan rawat inap berada di tenda, lain halnya dengan ruangan khusus operasi dan ICU. Pengelola RSUD Kota Mataram mendapÂatkan bantuan berupa kontainer bekas. Hari itu, ada beberapa pasien yang telah usai dioperasi. Tak banyak yang bisa masuk ke ruangan itu karena mesti steril.
Di sisi lain, kerusakan banguÂnan utama rumah sakit tersebut memang terlihat cukup parah. Beberapa bagian bangunan ambruk hingga rata dengan taÂnah. Di bagian-bagian lainnya, dinding-dinding penyangga atap retak dengan lebar yang lumayan besar.
Namun, di beberapa sisi, struktur bangunan tidak hancur. Sehingga, pekerjaan rekonstrukÂsi bisa dilakukan segera. Pagi itu, puluhan petugas mulai membeÂnahi beberapa sisi bangunan. Bahan-bahan material dan alat untuk pekerjaan rekonstruksi pun telah tersedia.
Hari itu, Suhaedi terlihat seÂdang duduk di ruang tunggu bagian farmasi di tenda darurat RSUD Mataram. Mata dan telinganya mesti waspada menÂdengarkan panggilan petugas. Maklum saja, suasana di sekiÂtarnya cukup riuh.
Setelah menunggu, Suhaedi pun mendapatkan apa yang ditunggunya. Dia menerima satu kantong plastik yang berisi obat untuk penyakit jantung. Kantong plastik itu pun segera dimasukkan ke dalam tas kecil yang dibawanya.
Meski dilayani di dalam banÂgunan darurat, Suhaedi menilai tidak ada perbedaan dari sebeÂlumnya. Dia bilang, petugas-petugas di rumah sakit itu tetap melayani seperti biasa.
"Sama saja, Kan ini saya ambil obat rawat jalan, sebelÂumnya juga pelayanannya ya beÂgini. Antre, nunggu, ambil obat, cuma tempatnya saja beda," ujar Suhaedi.
Dia pun maklum jika sejumÂlah layanan dilakukan di dalam tenda. Dia juga sebenarnya tahu kalau sejumlah ruangan di daÂlam rumah sakit itu sebenarnya masih bisa difungsikan normal seperti hari-hari biasa sebelum gempa menerjang.
"Untuk sekarang ini, memang lebih baik begini dulu. Masih ada trauma kalau di dalam ruangan, atau gedung. Takut ada kejadian lagi. Kan di rumah sakit ini juga sempat ada kejadian pasien harÂus dibawa keluar ruangan karena gempa," ujarnya. ***