Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Buku Berserakan Di Rumah Terduga Teroris Gunung Sindur

Baju Berantakan Di Atas Kasur

Selasa, 07 Agustus 2018, 11:00 WIB
Buku Berserakan Di Rumah Terduga Teroris Gunung Sindur
Foto/Net
rmol news logo Densus 88 anti teror Polri terus melakukan operasi pemberantasan terorisme setelah aksi bom bunuh diri di sejumlah lokasi di Surabaya, Mei 2018. Kini, Densus menangkap terduga teroris di Desa Rawa Kalong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Sabtu (4/8).

 Dua hari setelah penangkapan, rumah terduga teroris yang be­rada di Perumahan Villa Melia, Blok A4, Nomor 15, Rawa Kalong, Gunungsindur, Bogor, Jawa Barat, tertutup rapat.

Tidak ada aktivitas apapun di rumah satu lantai seluas 60 meter persegi itu. Garis polisi yang biasanya melintang usai penggerebekan juga tidak tam­pak lagi. Hanya lampu teras dibi­arkan menyala pada siang hari. "Penghuni rumah, TD, bersama istri dan dua anaknya dibawa polisi sejak Sabtu pagi," ujar Ketua RW 08 Perumahan Villa Melia, Misrah, kemarin.

Lokasi perumahan cukup terpencil dan di tengah-tengah empang milik warga. Tidak ada penjagaan ketat, sehingga masyarakat luar bisa mudah keluar masuk ke komplek peru­mahan itu. Rumah terduga tero­ris TD juga tak begitu jauh dari pintu masuk. Hanya berjarak 100 meter sebelah kanan.

Tidak ada yang aneh dengan rumah terduga teroris. Rumah sama persis dengan rumah warga yang berada di kanan dan kir­inya. Hanya saja, rumah bercat putih itu memiliki pagar yang cukup tinggi. "TD sudah tinggal di sini sejak awal tahun lalu. Dia hanya ngontrak," ujar Misrah.

Di halaman terdapat beberapa lembar pakaian yang dijemur dan dua unit sepeda anak-anak. Rak sepatu juga berada di teras yang tidak terlalu luas itu. Uniknya, tidak ada alamat rumah. Padahal, seluruh rumah di komplek peru­mahan terdapat alamat dengan plat warna putih. "Dulu sih ada, tapi tiba-tiba hilang. Yang punya rumah tinggal di Ciputat, Tangsel," ujar Misran.

Tak lama kemudian, Misran mempersilakan Rakyat Merdeka melihat isi di dalam rumah tersebut. "Kebetulan, kunci rumah saya yang pegang," ucap Misran.

Setelah pintu dibuka, kon­disi di dalam rumah berantakan. Beberapa lembar pakaian dibiar­kan tergeletak di lantai. Buku-buku agama juga dibiarkan ber­serakan di lantai. "Kalau buku soal jihad sudah disita polisi. Tinggal buku agama biasa," ujar Misrah yang juga menjadi saksi saat penggerebekan rumah ter­duga teroris oleh Densus 88.

Masuk lebih dalam, di kamar depan terdapat kasur dan lemari pakaian. Beberapa baju dibiar­kan tergeletak tak beraturan di atas kasur. Kamar belakang yang tidak terlalu lebar, difungsikan sebagai gudang. Beberapa kar­dus ditumpuk menjadi satu di tempat itu.

Di gudang juga ada meja dan komputer. Tak jauh dari situ, terdapat tumpukan puluhan CD. Salah satu CD ada yang bertuliskan kafir. "Saat gudang digeledah polisi, mereka me­nemukan uang 1000 dolar AS dan uang rupiah sebanyak Rp 2,5 juta," ucapnya.

Sebetulnya, Misran mengaku heran dengan banyaknya uang yang ditemukan di rumah ter­duga teroris itu. Pasalnya, kata Misran, TD seringkali mengeluh ke pemilik rumah karena kesu­litan membayar uang kontrakan. "Kenyataan duitnya banyak," ucapnya.

Yang lebih aneh lagi, kata dia, banyaknya uang dolar yang tersimpan di rumah itu. Tak kurang terdapat pecahan uang 100 dolar AS sebanyak 10 lem­bar. Padahal, kata dia, uang tersebut tidak bisa dibelanjakan langsung. "Mungkin uang terse­but digunakan untuk kepentin­gan lain," duganya.

Misran menambahkan, TD sebetulnnya sudah diintai polisi sejak lama atau sebelum puasa. Saat itu banyak orang yang tidak dikenal tiba-tiba keluar masuk ke perumahan. "Ada yang pura-pura nongkrong, ada juga yang beli di warung milik warga," sebutnya.

Kemudian, dua minggu sebe­lum penggerebekan berlang­sung, lanjut Misran, dua rumah yang berada di kanan dan kiri terduga teroris sudah dikon­disikan polisi. "Akhirnya Sabtu pagi, Densus 88 melakukan penggeledahan," ucapnya.

Saat penggerebekan berlang­sung, kata Misran, ada sekitar 30 polisi yang mengenakan baju preman dan dinas mengelilingi rumah terduga teroris. "Warga juga diminta menjauh untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," ceritanya.

Sebetulnya, kata Misran, pen­angkapan terhadap TD telah dilakukan di luar perumahan agar tidak terjadi keributan. "Sepertinya polisi juga tak mau terekspos. Mereka juga berpe­san ke saya agar jangan banyak omong ke media," imbuhnya.

Ke depan, Misrah berharap seluruh ketua RTdi peruma­han ini agar mendata lagi dan melakukan wawancara lebih dalam terhadap orang yang baru ngontrak di perumahan ini. "Kalau kita ketat mengawasi warga, para teroris pasti sulit bergerak," tegasnya.

Mengontrak Rumah Rp 8 Juta Per Tahun

Ketua RT04/08 Perumahan Villa Melia, Rawa Kalong, Gunung Sindur, Bogor, Ali Makmur Siregar menambah­kan, terduga teroris TD jarang keluar rumah dan berkomu­nikasi dengan warga sekitar selama tinggal di perumahan tersebut.

Berdasarkan laporan warga, kata dia, di rumah TD, setiap satu minggu sekali bisa dua ka­li kedatangan tamu berjumlah lebih dari lima orang. "Kalau ngumpul, pintu rumahnya di­tutup. Ada kurang lebih tujuh motor," ucapnya.

Ali mengatakan, TD tinggal di rumah itu bersama istri dan dua anaknya. Yang pertama berumur lima tahun dan yang kedua tiga tahun. "Sekarang rumahnya kosong. Istri sama anaknya dibawa petugas. Tapi kabarnya, istri dan anaknya sudah dilepaskan," katanya.

Ali menambahkan, TD dan istri dikenal sebagai orang yang tertutup. TD biasanya berangkat pagi pulang malam, dan pada akhir pekan kadang keluar bersama keluarganya. "Tak pernah sosialisasi, paling pas ketemu saja dia negur," ceritanya.

Dia mengatakan, TD men­gontrak di rumah itu sejak Januari 2018 dan berasal dari Kota Tangerang, Banten. "Dia mengontrak per tahun sebesar Rp 8 juta," jelas Ali.

Sejak awal Maret 2018, Ali mengaku, kerap didatangi orang tak dikenal yang mem­bicarakan soal salah seorang warganya karena diduga terli­bat kasus jual beli online.

Puncaknya, Sabtu (2/8) pagi, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri meringkus dan menggeledah rumah TD kar­ena diduga menjadi salah satu jaringan teroris. "Katanya dia pemimpinnya dan penyandang dana," tandas Ali.

Setelah penggeledahan, Ali menambahkan, aparat kepoli­sian mengamankan beberapa buku bertema jihad, laptop, beberapa unit flash disk, uang tunai dalam bentuk rupiah dan dolar AS, paspor, serta beber­apa barang lain. "Katanya ahli pengobatan, tapi kenapa ada buku jihad, laptop dan uang dolar,"  pungkasnya.

Latar Belakang
Disergap Aparat Saat Keluar Perumahan

 Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri meringkus terduga teroris berinisial TD, di Perumahan Villa Mellia, Desa Rawa Kalong, Gunung Sindur, Bogor, Sabtu ( 4/8), sekitar pu­kul 9 pagi.

Pria 28 tahun itu disergap aparat setelah beberapa menit keluar dari kompleks perumahan. Selain mengamankan terduga teroris TD, tim Densus 88 juga menggeledah rumah serta istri dan dua anaknya yang masih balita.

Kepolisian juga mengamank­an 10 terduga teroris lain di Pulau Jawa selama pekan ini.

Penggerebekan pertama di Gedebage, Bandung, Jabar, Rabu (1/8). Dua orang diring­kus karena diduga memiliki keterkaitan dengan jaringan Jamaah Anshor Daulah (JAD) yang telah dibubarkan penga­dilan.

Kapolda Jawa Barat Irjen Agung Budi Maryoto mengata­kan, penangkapan dua terduga teroris di kawasan Gedebage, Kota Bandung, diduga berafili­asi dengan JAD. "Itu dari teman-teman Densus yang melakukan pendalaman pemeriksaan. Kita membantu menangkap saja," ujar Agung.

Penggerebekan kedua di Jember, Jawa Timur, Kamis (2/8). Tidak ada yang diamankan. Belasan personel tim Densus 88 hanya menggeledah sebuah rumah di Perumahan Istana Tegal Besar yang ditinggali oleh seorang terduga teroris berinisial AR.

AR sudah lebih dulu diring­kus. Dalam penggeledahan, ke­polisian mengamankan beberapa barang seperti, pisau, gunting, laptop, telepon genggam, buku harian, dan beberapa kartu per­dana seluler.

Selanjutnya, penggerebekan juga dilakukan di Kecamatan Wlingi, Blitar, Jawa Timur, Jumat (3/8). Densus 88 mengamankan tiga terduga teroris. Kemudian, Sabtu (4/8), ada empat lokasi terpisah yang jadi tujuan Densus 88. Pertama di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Seorang pria berinisial TD di­tangkap tepatnya di Jalan Raya Desa Rawa Kalong, Kecamatan Gunungsindur.

Beberapa barang milik TD turut diamankan, di antaranya buku bacaan, flashdisk, uang tunai Rp 5 juta, 10 lembar uang dolar AS (tidak dijelaskan bera­pa pecahannya), paspor, dan sebuah laptop.

Kemudian, penangkapan satu orang terduga teroris juga terjadi Kampung Gunung Gagak, Desa Sukawangi, Kecamatan Singaja, Kabupaten Garut. Terduga beri­nisial MZ dan dicurigai sebagai anggota JAD.

Dua penangkapan lain juga terjadi di Kecamatan Kedungbanteng, Tegal dan Manyaran, Semarang, Jawa Tengah. Ada tiga orang yang diamankan dari dua lokasi itu.

Kepala Kepolisian Sektor Kedungbanteng, Semarang, AKP Abdul Ghofir mengatakan, satu orang yang ditangkap itu beri­nisial YW dan bekerja sebagai penjual kacamata di wilayah tersebut. "Seorang karyawan di toko itu juga ikut diamankan," ujar Ghofir.

Menurut Ghofir, penangkapan Densus 88 karena diduga terkait jaringan JAD. "Terduga pelaku merupakan warga asli desa itu dan juga pernah bertransmigrasi ke luar Jawa," katanya.

Terakhir di Semarang, Densus menangkap seorang terduga teroris berinisial A, bersama dengan penangkapan itu, petu­gas juga membawa beberapa barang milik A, namun tidak diketahui barang apa saja yang dimaksud.

Sementara itu, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) resmi membekukan JAD pimpinan Zainal Anshori alias Abu Fahry alias Qomaruddin bin M. Ali dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang, Selasa (31/7).  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA