Dua hari setelah penangkapan, rumah terduga teroris yang beÂrada di Perumahan Villa Melia, Blok A4, Nomor 15, Rawa Kalong, Gunungsindur, Bogor, Jawa Barat, tertutup rapat.
Tidak ada aktivitas apapun di rumah satu lantai seluas 60 meter persegi itu. Garis polisi yang biasanya melintang usai penggerebekan juga tidak tamÂpak lagi. Hanya lampu teras dibiÂarkan menyala pada siang hari. "Penghuni rumah, TD, bersama istri dan dua anaknya dibawa polisi sejak Sabtu pagi," ujar Ketua RW 08 Perumahan Villa Melia, Misrah, kemarin.
Lokasi perumahan cukup terpencil dan di tengah-tengah empang milik warga. Tidak ada penjagaan ketat, sehingga masyarakat luar bisa mudah keluar masuk ke komplek peruÂmahan itu. Rumah terduga teroÂris TD juga tak begitu jauh dari pintu masuk. Hanya berjarak 100 meter sebelah kanan.
Tidak ada yang aneh dengan rumah terduga teroris. Rumah sama persis dengan rumah warga yang berada di kanan dan kirÂinya. Hanya saja, rumah bercat putih itu memiliki pagar yang cukup tinggi. "TD sudah tinggal di sini sejak awal tahun lalu. Dia hanya ngontrak," ujar Misrah.
Di halaman terdapat beberapa lembar pakaian yang dijemur dan dua unit sepeda anak-anak. Rak sepatu juga berada di teras yang tidak terlalu luas itu. Uniknya, tidak ada alamat rumah. Padahal, seluruh rumah di komplek peruÂmahan terdapat alamat dengan plat warna putih. "Dulu sih ada, tapi tiba-tiba hilang. Yang punya rumah tinggal di Ciputat, Tangsel," ujar Misran.
Tak lama kemudian, Misran mempersilakan Rakyat Merdeka melihat isi di dalam rumah tersebut. "Kebetulan, kunci rumah saya yang pegang," ucap Misran.
Setelah pintu dibuka, konÂdisi di dalam rumah berantakan. Beberapa lembar pakaian dibiarÂkan tergeletak di lantai. Buku-buku agama juga dibiarkan berÂserakan di lantai. "Kalau buku soal jihad sudah disita polisi. Tinggal buku agama biasa," ujar Misrah yang juga menjadi saksi saat penggerebekan rumah terÂduga teroris oleh Densus 88.
Masuk lebih dalam, di kamar depan terdapat kasur dan lemari pakaian. Beberapa baju dibiarÂkan tergeletak tak beraturan di atas kasur. Kamar belakang yang tidak terlalu lebar, difungsikan sebagai gudang. Beberapa karÂdus ditumpuk menjadi satu di tempat itu.
Di gudang juga ada meja dan komputer. Tak jauh dari situ, terdapat tumpukan puluhan CD. Salah satu CD ada yang bertuliskan kafir. "Saat gudang digeledah polisi, mereka meÂnemukan uang 1000 dolar AS dan uang rupiah sebanyak Rp 2,5 juta," ucapnya.
Sebetulnya, Misran mengaku heran dengan banyaknya uang yang ditemukan di rumah terÂduga teroris itu. Pasalnya, kata Misran, TD seringkali mengeluh ke pemilik rumah karena kesuÂlitan membayar uang kontrakan. "Kenyataan duitnya banyak," ucapnya.
Yang lebih aneh lagi, kata dia, banyaknya uang dolar yang tersimpan di rumah itu. Tak kurang terdapat pecahan uang 100 dolar AS sebanyak 10 lemÂbar. Padahal, kata dia, uang tersebut tidak bisa dibelanjakan langsung. "Mungkin uang terseÂbut digunakan untuk kepentinÂgan lain," duganya.
Misran menambahkan, TD sebetulnnya sudah diintai polisi sejak lama atau sebelum puasa. Saat itu banyak orang yang tidak dikenal tiba-tiba keluar masuk ke perumahan. "Ada yang pura-pura nongkrong, ada juga yang beli di warung milik warga," sebutnya.
Kemudian, dua minggu sebeÂlum penggerebekan berlangÂsung, lanjut Misran, dua rumah yang berada di kanan dan kiri terduga teroris sudah dikonÂdisikan polisi. "Akhirnya Sabtu pagi, Densus 88 melakukan penggeledahan," ucapnya.
Saat penggerebekan berlangÂsung, kata Misran, ada sekitar 30 polisi yang mengenakan baju preman dan dinas mengelilingi rumah terduga teroris. "Warga juga diminta menjauh untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan," ceritanya.
Sebetulnya, kata Misran, penÂangkapan terhadap TD telah dilakukan di luar perumahan agar tidak terjadi keributan. "Sepertinya polisi juga tak mau terekspos. Mereka juga berpeÂsan ke saya agar jangan banyak omong ke media," imbuhnya.
Ke depan, Misrah berharap seluruh ketua RTdi perumaÂhan ini agar mendata lagi dan melakukan wawancara lebih dalam terhadap orang yang baru ngontrak di perumahan ini. "Kalau kita ketat mengawasi warga, para teroris pasti sulit bergerak," tegasnya.
Mengontrak Rumah Rp 8 Juta Per Tahun
Ketua RT04/08 Perumahan Villa Melia, Rawa Kalong, Gunung Sindur, Bogor, Ali Makmur Siregar menambahÂkan, terduga teroris TD jarang keluar rumah dan berkomuÂnikasi dengan warga sekitar selama tinggal di perumahan tersebut.
Berdasarkan laporan warga, kata dia, di rumah TD, setiap satu minggu sekali bisa dua kaÂli kedatangan tamu berjumlah lebih dari lima orang. "Kalau ngumpul, pintu rumahnya diÂtutup. Ada kurang lebih tujuh motor," ucapnya.
Ali mengatakan, TD tinggal di rumah itu bersama istri dan dua anaknya. Yang pertama berumur lima tahun dan yang kedua tiga tahun. "Sekarang rumahnya kosong. Istri sama anaknya dibawa petugas. Tapi kabarnya, istri dan anaknya sudah dilepaskan," katanya.
Ali menambahkan, TD dan istri dikenal sebagai orang yang tertutup. TD biasanya berangkat pagi pulang malam, dan pada akhir pekan kadang keluar bersama keluarganya. "Tak pernah sosialisasi, paling pas ketemu saja dia negur," ceritanya.
Dia mengatakan, TD menÂgontrak di rumah itu sejak Januari 2018 dan berasal dari Kota Tangerang, Banten. "Dia mengontrak per tahun sebesar Rp 8 juta," jelas Ali.
Sejak awal Maret 2018, Ali mengaku, kerap didatangi orang tak dikenal yang memÂbicarakan soal salah seorang warganya karena diduga terliÂbat kasus jual beli online.
Puncaknya, Sabtu (2/8) pagi, Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri meringkus dan menggeledah rumah TD karÂena diduga menjadi salah satu jaringan teroris. "Katanya dia pemimpinnya dan penyandang dana," tandas Ali.
Setelah penggeledahan, Ali menambahkan, aparat kepoliÂsian mengamankan beberapa buku bertema jihad, laptop, beberapa unit flash disk, uang tunai dalam bentuk rupiah dan dolar AS, paspor, serta beberÂapa barang lain. "Katanya ahli pengobatan, tapi kenapa ada buku jihad, laptop dan uang dolar," pungkasnya.
Latar Belakang
Disergap Aparat Saat Keluar Perumahan
Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri meringkus terduga teroris berinisial TD, di Perumahan Villa Mellia, Desa Rawa Kalong, Gunung Sindur, Bogor, Sabtu ( 4/8), sekitar puÂkul 9 pagi.
Pria 28 tahun itu disergap aparat setelah beberapa menit keluar dari kompleks perumahan. Selain mengamankan terduga teroris TD, tim Densus 88 juga menggeledah rumah serta istri dan dua anaknya yang masih balita.
Kepolisian juga mengamankÂan 10 terduga teroris lain di Pulau Jawa selama pekan ini.
Penggerebekan pertama di Gedebage, Bandung, Jabar, Rabu (1/8). Dua orang diringÂkus karena diduga memiliki keterkaitan dengan jaringan Jamaah Anshor Daulah (JAD) yang telah dibubarkan pengaÂdilan.
Kapolda Jawa Barat Irjen Agung Budi Maryoto mengataÂkan, penangkapan dua terduga teroris di kawasan Gedebage, Kota Bandung, diduga berafiliÂasi dengan JAD. "Itu dari teman-teman Densus yang melakukan pendalaman pemeriksaan. Kita membantu menangkap saja," ujar Agung.
Penggerebekan kedua di Jember, Jawa Timur, Kamis (2/8). Tidak ada yang diamankan. Belasan personel tim Densus 88 hanya menggeledah sebuah rumah di Perumahan Istana Tegal Besar yang ditinggali oleh seorang terduga teroris berinisial AR.
AR sudah lebih dulu diringÂkus. Dalam penggeledahan, keÂpolisian mengamankan beberapa barang seperti, pisau, gunting, laptop, telepon genggam, buku harian, dan beberapa kartu perÂdana seluler.
Selanjutnya, penggerebekan juga dilakukan di Kecamatan Wlingi, Blitar, Jawa Timur, Jumat (3/8). Densus 88 mengamankan tiga terduga teroris. Kemudian, Sabtu (4/8), ada empat lokasi terpisah yang jadi tujuan Densus 88. Pertama di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Seorang pria berinisial TD diÂtangkap tepatnya di Jalan Raya Desa Rawa Kalong, Kecamatan Gunungsindur.
Beberapa barang milik TD turut diamankan, di antaranya buku bacaan, flashdisk, uang tunai Rp 5 juta, 10 lembar uang dolar AS (tidak dijelaskan beraÂpa pecahannya), paspor, dan sebuah laptop.
Kemudian, penangkapan satu orang terduga teroris juga terjadi Kampung Gunung Gagak, Desa Sukawangi, Kecamatan Singaja, Kabupaten Garut. Terduga beriÂnisial MZ dan dicurigai sebagai anggota JAD.
Dua penangkapan lain juga terjadi di Kecamatan Kedungbanteng, Tegal dan Manyaran, Semarang, Jawa Tengah. Ada tiga orang yang diamankan dari dua lokasi itu.
Kepala Kepolisian Sektor Kedungbanteng, Semarang, AKP Abdul Ghofir mengatakan, satu orang yang ditangkap itu beriÂnisial YW dan bekerja sebagai penjual kacamata di wilayah tersebut. "Seorang karyawan di toko itu juga ikut diamankan," ujar Ghofir.
Menurut Ghofir, penangkapan Densus 88 karena diduga terkait jaringan JAD. "Terduga pelaku merupakan warga asli desa itu dan juga pernah bertransmigrasi ke luar Jawa," katanya.
Terakhir di Semarang, Densus menangkap seorang terduga teroris berinisial A, bersama dengan penangkapan itu, petuÂgas juga membawa beberapa barang milik A, namun tidak diketahui barang apa saja yang dimaksud.
Sementara itu, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) resmi membekukan JAD pimpinan Zainal Anshori alias Abu Fahry alias Qomaruddin bin M. Ali dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang, Selasa (31/7). ***