Idul Adha
Dimensy.id Mobile
Selamat Idul Adha Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ada Gereja Yang Jemaatnya Berkurang Saat Peribadatan

Efek Bom Bunuh Diri Di Surabaya

Selasa, 15 Mei 2018, 10:23 WIB
Ada Gereja Yang Jemaatnya Berkurang Saat Peribadatan
Foto/Net
rmol news logo Pengamanan gereja di Jakarta diperketat setelah serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5). Polisi dan tentara terus melakukan patroli di sekitar tempat ibadah umat Kristen.

Menjelang siang, suasana se­pi terlihat di Gereja Kristus Yesus di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, kemarin. Tidak ada aktivitas di gedung lima lantai itu. Hanya tampak dua petugas keamanan yang berbincang di pos keamanan gedung tersebut. "Mulai Minggu, pengamanan gereja diperketat. Setiap orang tidak diperkenankan masuk ke dalam gereja," ujar Suryo kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Kendati pengamanan diper­ketat, tidak terlihat petugas ke­polisian berjaga-jaga di sekitar gereja tersebut. Halaman gereja tampak kosong. Tidak terlihat satupun kendaraan terpakir. Dua gerbang masuk yang tersedia juga tertutup rapat. Tidak sem­barang orang bisa memasuki tempat ibadah itu. Harus ada janji terlebih dahulu baru diper­bolehkan masuk. "Kalau polisi yang berjaga di sini tidak ada. Mereka hanya berpatroli setiap jam di sekeliling gereja," ujar Suryo kembali.

Suryo mengatakan, efek aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya sangat berpengaruh dengan jumlah jemaat yang beribadah di gereja ini, Minggu lalu. "Biasanya bisa 600 orang setiap ibadah minggu. Kemarin kurang dari 100 orang. Mereka banyak yang ketakutan," ucap pria yang mengenakan kaos bertuliskan "Kostrad" ini.

Suryo memprediksi, pengeta­tan pengamanan di gereja akan berlangsung lama hingga situasi kondusif di Jakarta. "Bisa sam­pai tahun baru yang akan datang pengamanannya," duga dia.

Berbeda, kondisi di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Nehemia, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, terlihat ramai. Beberapa petugas keamanan duduk di pelataran gereja yang cukup luas itu. Namun, tidak terlihat jemaat yang memenuhi bangunan cu­kup tua itu. "Penjagaan dari polisi dan TNI hanya dilakukan Minggu kemarin, soalnya ada misa hari Minggu. Hari ini, hanya petugas keamanan yang berjaga. Tapi, keamanan diper­ketat," ujar salah satu petugas keamanan, Agus, kemarin.

Kendati pengamanan di seki­tar gereja diperketat, setiap orang bisa dengan bebas keluar masuk tempat ibadah milik umat Kristen Protestan itu. Dua pagar yang tersedia tertutup. Tapi, bisa dibuka dengan mudah bagi pengunjung yang ingin masuk. Namun, tidak ada pemeriksaan ketat bagi pengunjung yang keluar masuk ke gereja tersebut. "Kami sudah kenal semua ang­gota jemaat di sini, jadi tidak pakai pemeriksaan bila ingin berkunjung," ujar Agus.

Menurut Agus, pengamanan ketat di gereja ini bersifat ter­buka, di mana beberapa petugas keamanan hanya berpatroli di sekitar gereja. "Mereka siap dipanggil bila ada kejadian yang tidak diinginkan," ucapnya.

Untuk pengamanan dari personel kepolisian, kata dia, hanya dilakukan saat misa yang berlangsung hari Minggu lalu. Saat itu, ada belasan polisi bersenjata lengkap bersama Kapolsek berjaga-jaga di tempat ini. "Sekarang ini memantau dari jarak jauh saja," ucapnya.

Kapolsek Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kompol Sujanto mengatakan, keamanan di GKJ Nehemia akan semakin diper­ketat setelah peristiwa aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya. "Kami telah me­nempatkan personel di setiap gereja," ujar Sujanto.

Selain menempatkan personel di dalam gereja, kata Sujanto, pihaknya juga melakukan patroli bersama dengan TNI di wilayah Kebayoran Lama. Tujuannya, agar dapat menciptakan situ­asi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang aman dan kondusif di wilayah­nya. "Kami juga menjalin silatur­ahmi maupun menjalankan tugas dan pelayanan masyarakat," ucapnya.

Kapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis mengaku telah menginstruksikan seluruh ang­gotanya di wilayah hukum Polda Metro Jaya untuk memperketat keamanan pascaledakan bom di tiga gereja di Surabaya.

"Keamanan status kesiapsiagaan seluruh jajaran Polda Metro Jaya, dinyatakan dalam status siaga satu," ujar Idham dalam keterangannya.

Idham mengimbau kepada se­luruh jajaran Polres di wilayah­nya agar tidak lengah dan men­ginstruksikan agar meningkat­kan patroli dan memberikan rasa aman kepada masyarakat. "Patroli skala besar, skala kecil maupun patroli rutin yang dit­ingkatkan," tandasnya.

Selain itu, lanjut Idham, pengamanan di kantor-kantor poli­si juga diperketat dan mengim­bau kepada seluruh elemen masyarakat agar segera melapor apabila melihat yang mencuriga­kan. "Masyarakat agar tidak apatis, segera laporkan kepada polisi kalau ada yang mencuriga­kan," pintanya.

Idham menambahkan, pihaknya bersama unsur TNI men­jamin keamanan warga Jakarta dan sekitarnya. Polisi berseragam akan ditempatkan di tempat-tem­pat keramaian untuk menjamin keamanan warga. Masyarakat, lanjut dia, juga diimbau untuk tidak cemas. "Kita tidak boleh takut. Kalau ada yang mencuriga­kan agar diamankan dulu," tandas Idham.

Tak Boleh Takut, Tapi Jangan Sepelekan

Sekretaris Umum Persekutuan Gereja Indonesia (Sekum PGI) Pendeta Gomar Gultom mengimbau kepada seluruh Umat Kristen agar tetap tenang dan waspada selama melaku­kan ibadah di gereja. "Tetap ke gereja tanpa rasa takut dan khawatir. Tentu saja dengan ke­waspadaan," ucap Gomar dalam keteranganya, kemarin.

Gomar meminta Umat Kristiani tetap berkoordinasi dengan petugas kepolisian saat akan melakukan ibadah dan tidak ragu untuk melapor bila melihat hal-hal yang mencurigakan. "Waspadai orang yang masuk ke gereja dan laporkan tindakan yang mencurigakan. Kewaspadaan itu yang diperlu­kan," tandasnya.

Sekretaris Komisi Hubungan Antar Umat Beragama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Agus Ulahayanan juga mengimbau warga tidak takut melanjutkan ibadah di gereja masing-masing. Namun, dia meminta warga waspada. "Kita tidak boleh merasa takut. Tapi, tidak boleh menganggap sepele dan menyederhanakannya," ujar Agus.

Selain itu, Agus mempertanyakan belum disahkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Anti-Terorisme oleh DPR yang selama ini menjadi kepentin­gan rakyat demi menumpas aksi radikal. "Kenapa RUU yang dibutuhkan rakyat tidak segera disahkan. Semua berte­riak perang melawan terorisme, tapi dasar hukum kita lemah," nilainya.

Agus mengaku sempat menyampaikan aspirasi KWI di hadapan anggota Dewan terkait RUU tersebut, namun tidak menghasilkan keputusan apapun. "Saya harap, satu bulan ke depan disahkan, kalau tidak ada, kita ganti DPR," pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA