Golongan Ashhab al-yamin dilukiskan dalam Q.S. al-Waqi'ah: Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan (ashhab al-yamin), maka kesÂelamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan/Q.S. al-Waqi'ah/56:90-91. Sedangkan golongan al-Muqarrabin dilukiskan dalam surah yang sama: Adapun jika dia termasuk orang yang didekatkan kepada Allah (muqarrabin), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga kenikmatan/Q.S. al-Waqi'ah/56:88- 89. Golongan pertama digambarkan Ibn 'Arabi sebagai golongan yang masih mengonsumsi ‘minuman yang berisi campuran' (yamzaj lahum al-syarab mazjan). Sedangkan golongan kedua (al-muqarrabin) tidak lagi menggunakan kata ashhab (sahabat) tetapi langsung dikatakan al-muqarrabun (sahabat lebih dekat lagi). GolonÂgan ini digambarkan dengan pengonsumsi 'air murni tanpa campuran' (yasyrabun biha sharÂfan gair mamzujah).
Hubungannya dengan Allah Swt, salik di SaÂfar Awal masih dapat dikatakan longgar jika dibandingkan dengan safar-safar berikutnya karena masih membedakan antara yang sunÂnat dan fardlu. Mereka masih lebih memeÂrioritaskan idadah-ibadah wajib, baik dari segi kekhusyukan maupun dari segi pelaksanaan. Di samping itu, ibadah baginya masih sering dirasakan sebagai beban, belum dirasakan seÂbagai hobi, kesenangan, dan kebutuhan perÂmanen seperti para salik yang berada di safar lanjutan. Sedangkan salik di dalam Safar Tsani sudah tidak lagi membedakan antara ibadah-ibadah anjuran atau sunnat (nafilah), tetapi suÂdah perasaannya sama dengan ibadah-ibadah wajib lainnya. Jika mereka meninggalkan ibaÂdah-ibadah sunnat sama tersiksanya jika menÂinggalkan ibadah-ibadah wajib. Perasaannya ketika melaksanakan berbagai macam ibadah, sudah tidak ada lagi kesan wajib, yang dirasaÂkan sebagai keharusan. Dan mengisyaratkan adanya beban. Semua ibadah dinikmati sebaÂgi sebuah kebutuhan yang sangat indah dalam hidupnya.
Yang paling penting perbedaan itu ialah daÂlam Safar Awal para salik masih sadar, belum sampai mengalami fana' dalam arti yang sesÂungguhnya. Kalaupun mau disebut fana' merÂeka baru berada di dalam fana' level awal. (InÂgat kembali dalam artikel yang lalu ada empat level fana'). Mereka masih berada dalam katÂegori "sadar sebelum fana'" (al-mahw qabla al-sahwu). Belum seperti para salik di level Safar Tsani yang berada dalam suasana "fana' setÂelah sadar" (al-sahwu ba'da al-mahwu), apalÂagi belum seperti di lefel Safar Tsalits dan SaÂfar Rabi' yang sudah berada di dalam keadaan "sadar setelah fana'" (al-mahw qabla al-sahwu). Perbedaan antara Safar Awal dan Safar Tsani ialah, dari segi subjek (salik) masih berada di dalam alam kesadaran biasa, meskipun sudah menanjak ke atas. Ia masih sadar dirinya seÂbagai hamba yang berusaha mendaki menuju Tuhan. Ia juga masih menyadari Tuhannya seÂbagai objek yang akan dituju. Ia baru berusaha mengecilkan jarak antara dirinya sebagai subjek dan Tuhan sebagai objek. Meskipun demikian, para salik di level Safar Awal tidak bisa lagi diÂpandang sebagai orang awam. Justru perjuanÂgan yang paling berat berada di level ini. Ibarat pesawat yang akan tinggal landas, saat tinggal landas itulah memerlukan energy yang luar biaÂsa. Setelah dalam ketinggian tertentu pesawat akan merasa ringan untuk terbang karena suÂdah mulai terbebas dari grafitasi bumi. Selama seseorang masih tersedot oleh grafitasi dunia selama itu ia sulit untuk tinggal landas menuju Tuhan.