Komunitas muslim tidak terlalu lama merasa takut dan cemas akan adanya denÂdam atau kemarahan masif dari kelompok mayoritas, karena para pelaku pengeboÂman itu adalah warga muslim dan memperÂatasnakana Islam. Keluhuran budi pekerti kemanusiaan semua pihak di AS perlu diaÂcungkan jempol. Mereka seperti tidak meÂnyisa kan sedkit pun dendam kepada siaÂpapun. Bisa dibayangkan kalau kejadian itu terjadi di negara lain, mungkin kenyataan berbeda yang akan terjadi. Meskipun warÂga mayoritas AS bukan muslim tetapi sikap terbuka dan pemaafannya seperti yang diserukan dalam ajaran Islam. Bahkan seÂandainya jika kejadian itu muncul di negaÂra-negara muslim, belum tentu secepat itu pulih kembali hubungan sosial yang harmoÂnis satu sama lain. Dari satu sisi bisa kita mengatakan, dalam hal tertentu AS sesÂungguhnya sudah memeraktekkan subÂstansi ajaran Islam.
Faktor Obama (Obama Factors) tidak bisa dipisahkan dari kenyataan indah terseÂbut di atas. Obama selama memimpin AS tidak pernah terpancing oleh kelompok dan kepentingan manapun. Ia tetap konÂsisten berpijak di atas landasan ideal PiagÂam AS. Obama berkali-kali mengatakan: This is America! Dalam berbagai makna yang dikandung dari kalimat itu. Ia juga akÂtif melakukan diplomasi internasional untuk menciptakan ketenangan dan ketenteraÂman dunia. Gayung bersambut, negara-negara lain pun mengaminkan gagasan Obama itu sebagai solusi terbaik untuk menciptakan tatanan dunia yang aman dan damai.
Obama dalam pidatonya di Universitas Cairo Mesir itu menyerukan agar dunia menatap masalah masa depan dalam visi yang sama, yaitu visi yang beranjak dari masalah-masalah kemanusiaan secara uniÂversal. Ini didasari dengan kenyataan bahÂwa masalah-masalah global mempunyai tema yang sama dan dihadapi oleh semua Negara. Obama menyerukan kemitraan dan kebersamaan di dalam menyelesaiÂkan suluruh persoalan itu. Ia menyatakan: "Karena kita telah belajar dari pengalaman baru-baru ini bahwa ketika sistem keuanÂgan melemah di satu negara, kemakmuÂran di mana pun ikut dirugikan. Ketika jenis flu baru menulari satu orang, semua terkeÂna risiko. Ketika satu negara membangun senjata nuklir, risiko serangan nuklir bagi semua negara ikut naik. Ketika kelompok ekstrim keras beroperasi di satu rangkaÂian pegunungan, rakyat di seberang samÂudera pun ikut menghadapi bahaya. Dan ketika mereka yang tak bersalah di Bosnia dan Darfur dibantai, itu menjadi noda dalam nurani kita bersama. Itulah artinya berbagi dunia di abad ke-21. Inilah tanggung jawab kita kepada satu sama lain sebagai umat manusia".