Thomas Jefferson memiliki sejumlah sahaÂbat dan teman koresponden yang beragama Islam. Pemerintahan Turki Usmani yang meÂmegang kendali khalifah pada saat Thomas Jefferson menjadi Presiden ke-3 AS. Adalah wajar jika Thomas Jefferson banyak bersenÂtuhan dengan dunia Islam pada massanya. Bahkan 22 tahun sebelum menjadi Presiden, atau jauh sebelum ditunjuk sebagai ketua tim perumus Piagam Deklarasi Kemerdekaan AS, Ia sudah memiliki sebuah Al-Qur'an yang dibelinya di sebuah toko buku saat ia masih menjadi mahasiswa di Williamsburg, Virginia. Ia secara pribadi memiliki sejumlah sahabat intelektual dari warga muslim. Salahsatu di antaranya yang tercatat dalam sejarah ialah Duta Besar Tunisia dan Duta Besar Tripoli, Sidi Haji Abdul Rahman Adja. Bahkan menuÂrut seorang penulis AS, Michael Rieger, buÂkanlah Obama orang pertama yang dituduh sebagai Muslim saat mencalonkan presiden, 200 tahun sebelumnya juga pernah terjadi pada Thomas Jefferson.
Di antara substansi Piagam Deklarasi AS ialah menyinggung penghapusan perbudakan. Ia terinspirasi pengalaman yang memprihatinkÂan gelombang pengungsi muslim dari berbaÂgai negeri Timur Tengah dan Afrika dan tentu saja budak-budak lokal kawasan Amerika, karÂena saat itu memang budak masih ditemukan di mana-mana, termasuk di negera-negara Eropa yang sudah lebih dahulu mempromosiÂkan pembebasan budak. Diduga keras konsep pembebasan budak Thomas Jefferson juga terinspirasi dari Al-Qur'an yang pada akhirnya bermuara kepada penghapusan budak. HamÂpir semua sanksi para pelaku kejahatan dalam Al-Qur'an ialah pembebasan budak. Ini artiÂnya Al-Qur'an juga sejalan dengan pemikiran Amerika Serikat yang menghendaki pembeÂbasan budak. Demikian pula konsep hak asasi manusia, terutama anti diskriminasi, intoleransi, dan kesetaraan jender juga banyak ditemukan di dalam sejumlah ayat Al-Qur'an yang selalu menjadi salahsatu rujukan Thomas Jefferson.
Dengan demikian, perkembangan Islam di AS bukan sesuatu yang baru melainkan sudah merupakan perjalanan panjang, bahÂkan sebelum AS merdeka orang-orang Islam sudah nbanyak menjadi penghuni AS. Umat Islam menurut para penulis sejarah AS juga mengambil bagian di dalam perjuangan keÂmerdekaan AS. Kalangan penulis AS juga menyebutkan Amerika lebih dahulu mengeÂnal Islam daripada kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Bahkan Thomas JefferÂson pernah dikutip seorang penulis AS menÂgatakan, tidak mustahil Presiden AS di masa depan adalah orang Islam, sebagai konsekÂwensi rumusan Deklarasi Piagam KemerdeÂkaan AS (Libertarianism, 29 Juni 2017).