Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lapo Masih Beroperasi, Berharap Ada Mediasi

Lahan Mau Dibongkar Buat Fasilitas Penunjang Asian Games

Senin, 21 Agustus 2017, 08:30 WIB
Lapo Masih Beroperasi, Berharap Ada Mediasi
Foto/Net
rmol news logo Disebut bakal dibongkar, restoran di kawasan Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta Pusat, masih beroperasi. Pusat Pengelola Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK), sebagai pengelola lahan di belakang Gedung DPR itu menyebut, lahan akan dipakai untuk fasilitas penunjang Asian Games XVIII 2018.

Kemarin, Rakyat Merdeka mendatangi lagi lahan tersebut. Sebelumnya, lahan itu disebut akan diambil alih PPKGBK pada Februari lalu. Namun, aktivitas perdagangan yang mayoritas berupa restoran khas Batak atau lapo, masih berlang­sung. Begitu juga konsumen masih berdatangan.

Konsumennya memang tak begitu ramai. Namun, sejumlah mobil dan motor memenuhi hal­aman parkir di depan restoran. "Memang tak seramai biasan­ya, karena mungkin hari libur. Mungkin juga karena belum jam makan," kata seorang juru parkir di kawasan itu.

Hari itu, hampir semua restoran di kawasan ini beroperasi. Hanya sedikit saja restoran yang tutup. Firman Saragih, pemilik Lapo Tondongta yang berada di kawasan itu mengatakan, restoran miliknya tetap beroperasi meski sejak awal tahun telah mengetahui lahan tersebut bakal dipakai untuk Asian Games.

"28 Februari lalu, kita dikasih batas. Tapi kita tak mau karena kita maunya mediasi. Akhirnya, kita pasang spanduk penolakan. Soalnya, kita merasa secara resmi belum ada pertemuan dengan Direktur (PPKGBK). Padahal, yang kita harapkan ada mediasi," ucap Firman saat ngobrol.

Lebih lanjut, Firman mengata­kan, pihaknya juga bertanya-tan­ya terkait peruntukan lahan tem­patnya mencari nafkah itu. Dia mengaku masih simpang siur, karena para pedagang merasa belum diajak melakukan mediasi di forum resmi.

"Katanya buat gudang. Kursi-kursi yang bekas pakai di GBK akan diletakkan di sini, akan dibangun gudang. Ada yang bil­ang juga, lahan ini akan jadi tem­pat pohon-pohon yang ditanam Pak Jokowi. Lalu, direkturnya ngomong bahwa ini buat fasilitas Asian Games," terangnya.

Selanjutnya, ujar Firman, tanggal 23 Agustus,, PPKGBK akan kembali mengingatkan pedagang untuk segera mengh­entikan kegiatan operasional. Namun, lagi-lagi, tambahnya, pedagang keukeh menolak hal tersebut. Pedagang, kata dia, tetap merasa bingung dengan kebijakan tersebut.

"Kita sebenarnya tak terima. Kalau dari informasi yang saya terima, tak ada masalah dengan Asian Games. Tapi kalau dari pengelola memang untuk fasili­tas penunjang Asian Games. Lalu sebelum Agustus ini, ada pertemuan dengan pengacara pengelola dan bilang lahan ini memang diperlukan," bebernya.

Makanya, sambung Firman, pihaknya mempercayakan se­mua langkah pada pengacara pedagang. "Dari situ pedagang bilang, bicara saja sama pengacarakami. Kita sudah percaya­kan pengacara. Biar dia yang menghadapi. Kami sudah mem­berikan kuasa," tuturnya.

Jika lahan tersebut tetap tak boleh dipakai berjualan, Firman mengaku belum tahu akan pin­dah kemana. Pasalnya, dari awal para pedagang tidak dijanjikan relokasi. "Uang kerohiman juga tak ada. Padahal istilah kasarnya, kita kan tak liar. Kita bayar sewa, meski memang perjanjian se­wanya telah selesai akhir tahun lalu," terangnya.

Berbagai usaha sebenarnya telah dilakukan pedagang, ter­masuk mengadu kepada Pemda DKIJakarta. Namun, para peda­gang menemui jalan buntu, karenalahan tersebut bukan dalam pengelolaan Pemda DKI.

"Dari Pemprov, kami sudah pernah mengadu. Namun Pemprov mengatakan bahwa itu bukan lahan yang berada di bawah pengelolaan Pemprov, padahal pedagang membayar retribusi ke Pemda," herannya.

Terpisah, Direktur Utama Pusat Pengelola Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK) Winarto menjelaskan, bahwa persiapan penutupan sudah mendapatkan kesepakatan antara manajemen dan penyewa.

"Perjanjian sewa telah berakhir per 15 Desember 2016. Manajemen GBK telah memberitahukan secara lisan maupun tertulis pada pedagang sejak 22 November 2016," ujar Winarto.

Bentuk pemberitahuan itu, kata Winarto, berupa surat resmi. Manajemen GBK juga sudah beberapa kali bertemu langsung dengan penyewa.

"Hasilnya, semua pihak telah menandatangani kesepakatan untuk mengosongkan lokasi da­gang paling lambat 28 Februari 2017," katanya.

Menurut rencana, di lokasi tersebut akan dibangun fasilitas pe­nunjang kegiatan Asian Games yang akan dilaksanakan di GBK pada 2018. "Akan dibangun training facilities," ucapnya.

Adapun bentuk fasilitas yang dimaksud, menurut Winarto, bisa jadi semacam tempat ke­bugaran atau yang lainnya. "Fasilitas penunjang itu bisa banyak ragam," ujarnya.

Selain lahan, sejumlah fasilitaspenunjang lain yang dibangunmaupun diperbaiki jelang Asian Games 2018, yakni trotoar di sekitar kawasan GBK. Sebelumnya, trotoar yang menempel posisinya dengan pagar kawasan GBK merupakan tem­pat para pedagang tanaman hias menjajakan dagangannya.

Dari pantauan, trotoar di sepa­njang Jalan Gerbang Pemuda sampai dengan pintu masuk GBK telah selesai dibangun. Sementara, trotoar mulai dari pintu masuk sampai dengan persim­pangan Jalan Asia Afrika masih dalam proses pembangunan. Kemarin, sejumlah pekerja masih memperbaiki trotoar.

Sementara, trotoar yang be­rada di Jalan Asia Afrika telahselesai secara keseluruhan. Tampak mulai dari depan hall basket hingga persimpangan Jalan Pintu Gelora Itelah selesai dijadikan trotoar. Namun, trotoar tampak kotor. Kotoran berasal dari debu bekas proyek dan daun-daun tua yang gugur. Tak tampak peda­gang yang menjajakan barang dagangannya.

Latar Belakang
Pengelola GBK Jelaskan Lewat Surat, Kontrak Berakhir 15 Desember 2016


 Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPKGBK) berencana membongkar sentra kuliner di sekitar Lapangan Tembak, Senayan, Jakarta Pusat. Rencananya, di lahan tersebut bakal dibangun sarana dan prasarana penunjang Asian Games 2018 yang akan berlang­sung di Jakarta dan Palembang, Sumatera Selatan.

Paulus Siagian, salah satu pemilik lapo di kawasan itu mengungkapkan, sejak ada kabar penggusuran, pengunjung mengalami penurunan. Pada hari biasa, katanya, laponya mulai ramai pada jam makan siang. "Hari biasa standar. Tapi paling ramai ya akhir pekan. Pengunjung itu bisa sampai antre," katanya.

Lebih lanjut, pria berdarah Tapanuli itu menjelaskan, sejak beredar kabar penggusuran di lokasi yang terkenal dengan sentra kuliner khas Batak itu, banyak pembeli mampir ke warungnya. Kebanyakan dari mereka menanyakan kebenaran kabar tersebut.

"Kalau saya setiap hari 80-an pembeli, tapi sekarang 40-an. Sejak naik berita, sambil me­nyiapkan makanan, ada saja pembeli yang tanya rencana pembongkaran, bahkan ada yang WhatsApp, saya sampai bingung jawabnya," ucap Paulus.

Kata dia, kabar mengenai penggusuran berdasarkan surat yang dilayangkan PPKGBK. Surat itu ditandatangani Kepala Unit II PPKGBK. Paulus bilang, kontrak sewa mereka berakhir per 15 Desember 2016. Berdasarkan surat tersebut, akan dibangun fasilitas penunjang Asian Games di lokasi rumah makan itu.

"Sejak November, kami sudah menerima surat. Isinya, sewa kami habis per 15 Desember 2016 dan tidak bisa diperpanjang karena akan dibangun fasili­tas penunjang kegiatan Asian Games yang akan dilaksanakan di GBK pada 2018," tuturnya.

Paulus telah menempati lokasi itu sejak 1992. Usaha itu dirintis oleh kedua orangtuanya, yang merupakan pindahan dari Jalan Asia-Afrika, Senayan.

"Tahun 1984, orangtua dari Medan buka Lapo Boru Siagian di Jalan Asia-Afrika. Karena waktu itu infonya ada KTT Nonblok, para pedagang direlokasi oleh Pemerintah Provinsi dan ditempatkan di lahan ini, Gelora Bung Karno," paparnya.

Paulus menyebut, harga sewa di lokasi tersebut termasuk murah, Rp 33 ribu per meter persegi. Oleh karenanya, dia bisa menyajikan masakan dengan harga yang relatif miring.

"Di sini memang murah, murahpulalah kita jual ke orang. Untung banyak ya enggak. Kami ada subsidi silang. Kalau sopir taksi makan nambah nasi, tetap kami kasih Rp 20 ribu," jelasnya.

Paulus berharap, lahan itu masih bisa dipakai sebagai tempat usaha yang mendukung wisata kuliner daerah. Terlebih lagi, menurut Paulus, saat ini wisata kuliner tradisionaldi Jakarta ter­golong sulit ditemukan.

Kedua, kata dia, bila alasan­nya adalah harus mendukung Asian Games, mereka siap untukberperan serta. "Kami mau mendukung dengan ikut mengenal­kan ciri khas Indonesia lewat makanan," ucap Paulus.

Ketiga, mereka ingin pedagang direlokasi ke tempat lain. Sayangnya, menurut Paulus, keputusan pengurus terlalu terburu-buru. Pertimbangan atas keberatan tersebut belum mendapat jawaban.

Berbeda dengan lapo, perten­gahan Mei 2016, ratusan peda­gang kaki lima (PKL) tanaman hias di trotoar Jalan Gerbang Pemuda dan Asia Afrika ditert­ibkan. Para pedagang tanaman di sekitar GBK ini menjaja­kan dagangannya dari mulai Jalan Asia Afrika hingga Jalan Gerbang Pemuda. Bedanya, pedagang di Jalan Gerbang Pemuda, tergabung dalam Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan DKI Jakarta.

Direktur Utama PPKGBK Winarto mengatakan, pedagangtanaman di Jalan Gerbang Pemuda dipindahkan ke tempat baru yang disediakan di dalam. PPKGBK menyiapkan lahan masing-masing 2 x 5 meter di Parkir Timur Senayan untuk 115 pedagang tanaman.

Mereka dikenai ongkos sewa, yang termasuk di dalamnya biaya air dan listrik. Pemindahan pedagang ini, menurut Winarto, untuk mengembalikan trotoar ke fungsi awalnya. "Harus ada tempat untuk pejalan kaki yang nyaman," tandasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA