Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Simpang Susun Semanggi Belum Ada Tanda-tanda Bakal Macet

Rabu, 02 Agustus 2017, 10:32 WIB
Simpang Susun Semanggi Belum Ada Tanda-tanda Bakal Macet
Simpang Susun Semanggi (SSS)/Net
rmol news logo Meski belum diresmikan, Simpang Susun Semanggi (SSS), Jakarta Pusat, sudah bisa dilintasi kendaraan. Warga berharap, SSS bisa menjadi solusi mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di kawasan tersebut, terutama pada jam sibuk.

Kemacetan lalu lintas di kawasan Semanggi sudah sejaklama terjadi. Kemacetan kerap mengular di sepanjang Jalan Gatot Subroto dan Jalan Sudirman serta ruas tol dalam kota, khususnya pada jam-jam padat. Akibatnya, banyak waktu dan materi yang terbuang akibat terjebak dalam kemacetan.

Untuk mengetahui efek SSS terhadap lalu lintas di kawasan tersebut, Rakyat Merdeka mengamati lokasi ini pada jam sibuk sore dan pagi hari. Secara umum, bangunan jalan layang yang melingkar di antara simpul Semanggi, sudah berdiri kokoh.

Tak terlihat lagi proses pem­bangunan, karena sejumlah alat berat maupun alat ringan sudah dipindahkan. Rumput-rumput dan sejumlah pohon pelengkap taman di bawah SSS pun sudah ditanam kembali, setelah rusak akibat proyek tersebut.

Meski telah selesai, tak semua pekerja sudah meninggalkan lokasi proyek. Senin sore lalu, beberapa petugas yang memakai rompi oranye masih berjaga di sebuah tenda kecil berukuran sekitar 1,5x1,5 meter, yang berada sekitar 50 meter dari pintu masuk SSS mengarah ke Bundaran HI/Tanah Abang.

"Kami standby di sini. Mantau bagaimana situasi di lapangan. Kami merapikan rambu atau pembatas-pembatas," kata se­orang petugas berompi oranye yang sedang menyusun barrier oranye di pintu masuk SSS arah Bundaran HI/Tanah Abang.

Rambu-rambu kendaraan yang diperbolehkan melintas pun sudah terpasang. Tampak ada delapan rambu larangan. Selain itu, sebuah plang penunjuk arah cukup besar dipasang di akses masuk SSS arah Bundaran HI/Tanah Abang.

Dari pantauan, arus kendaraan yang melintasi SSS menuju Bundaran HI/Tanah Abang cukup sepi. Berbeda dengan Jalan Gatot Subroto yang menuju Slipi, kepadatan kendaraan masih tampak, memanjang hingga mendekati Gedung Plaza Mandiri. Akibatnya, kendaraan yang akan masuk SSS arah Bundaran HI/Tanah Abang tersendat.

Di arah sebaliknya, atau SSS yang mengarah ke Blok M/Kebayoran, arus lalu lintas lebih sepi. Arus lalu lintas Jalan Gatot Subroto yang mengarah ke Cawang pun lengang. Kendaraan bisa melaju cukup kencang. Sama seperti di sisi satunya, di sisi ini pun sejumlah rambu telah terpasang di pintu masuk. Bedanya, sore itu, di sisi tersebut masih cukup gelap karena lampu penerangan tidak dinyalakan.

Namun demikian, sejumlah warga yang ditemui di kawasan Semanggi pesimis SSS dapat mengurai kepadatan lalu lintas di kawasan itu. Dini, karyawan yang bekerja di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan mengaku tak her­an atas kemacetan di jalan-jalan sekitar Semanggi. Makanya, dia ragu SSS dapat mengurangi macet di kawasan itu.

"Kalau saya terus terang pesi­mis. Soalnya kenapa? Semanggi ini jalan lintasan. Semuanya le­wat sini, dari Sudirman mau ke Gatot Subroto atau Tol Dalam Kota maupun sebaliknya. Jadi, mungkin ada perubahan, tapi tidak signifikan, tak banyak," ucapnya.

Tak hanya Dini. Iman, pekerja swasta pun punya pandangan se­rupa. Menurutnya, biang kemac­etan lalu lintas di kawasan ini bukan lintasan kendaraan dari Jalan Sudirman menuju Jalan Gatot Subroto atau sebaliknya. Melainkan adanya antrean ken­daraan yang hendak memasuki ruas Jalan Tol Dalam Kota.

"Sedangkan tol sudah penuh. Panjangnya biasanya sampai UKI Cawang. Semuanya lewat tol. Orang yang mau ke Bekasi, ke Cibubur, ke Depok atau Bogor, lintasannya sama, masuk Tol Dalam Kota," jelasnya.

Namun demikian, Iman men­gapresiasi Pemprov DKI Jakarta yang dapat membangun SSS. Apalagi, sambungnya, SSS dibangun tanpa menggunakan anggaran pemerintah, karena dananya berasal dari kompen­sasi kelebihan Koefisien Luas Bangunan (KLB) salah satu perusahaan swasta di Jakarta.

"Kalau dari segi pembangunan, sebagai warga, saya dukung. Tapi, pembangunan jalan belum sebanding jumlah kendaraan, makanya macet. Solusinya? Kendaraan harus dibatasi, ang­kutan umum diperbanyak dan dibikin nyaman," tuturnya.

Siska, pekerja lain di kawasan tersebut menyatakan harapan­nya. Dia berharap, prediksi bahwa SSS dapat mengurangi kemacetan hingga 30 persen, bisa menjadi kenyataan.

"Berangkat dan pulang kerja, Semanggi selalu macet parah. Semoga SSS benar-benar berdampak mengurai macet di kawasan itu," ujarnya.

Selain sore hari, macet di kawasan Semanggi juga terjadi pagi hari. Terutama yang ke arah Slipi, Jakarta Barat. Kemacetan biasanya mulai dari depan kan­tor Direktorat Jenderal Pajak sampai ke titik kendaraan yang masuk ke ruas Sudirman.

Tapi sejak dibukanya SSS, macet pada pagi hari berkurang. Kendaraan menuju Jalan Jenderal Sudirman yang biasanya ramai pagi hari, bisa langsung masuk ke jalur SSS. Jalur ini lu­mayan mengurangi kepadatan. Beberapa warga yang melintas di jalur Semanggi pun cukup terbantu.

"Lumayan lancar ini, karena ada SSS. Biasanya dari depan Polda sampai belokan ke arah Sudirman macet. Sudah be­berapa hari ini lebih lancar dari biasanya," ujar Ines, karyawati yang akan menuju Thamrin, ke­marin pagi.

Saat ini, SSS masih dalam tahap uji coba. SSS dibuka mulai pukul enam pagi hingga pukul 10 malam. Rencananya, pada 17 Agustus, SSS akan diresmikan Jokowi. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA