Kini, pelayanan rumah sakit beÂrangsur-angsur normal. Kendati begitu, pasien masih harus berÂsabar karena pelayanan rawat jalan yang biasanya dibuka puÂkul 07.00 WIB, kemarin dibuka pada pukul 10.00 WIB. Mundur 3 jam dari biasanya.
Kepala Instalasi Sistem Informasi Manajemen RS Kanker Dharmais, Widi Budianto meÂnyatakan, virus WannaCry beÂlum menyerang sampai ke induk server komputer, sehingga yang terdampak hanya di bagian pendaftaran pasien. "Sekarang sudah normal, dan yang penting untuk layanan dan data pasien tetap aman, data sudah di-back up," kata Widi, kemarin.
Pada Senin (15/5), menjelang siang, RS Dharmais yang beradadi Jalan Letjen S Parman, Slipi, Jakarta Barat, tampak ramai. Puluhan pasien antre di bagian pendaftaran. Seluruh kursi dipenuhi pasien yang menunggu giliran dipanggil petugas.
"Biasanya mengambil nomor antrean di sistem komputer, sekarang jadi manual karenaterkena virus," keluh Anita, pasien di RS Dharmais.
Tanda-tanda jaringan komputer terkena virus sudah diketahui sejak di ruang lobby. Beberapa spanduk, banner dan stiker diÂpasang di beberapa sudut rumah sakit. Antara lain, spanduk beruÂkuran besar bertuliskan
"Sehubungan Dengan Adanya Gangguan Pada SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) Karena Virus, Sehingga Terjadi Ketidaknyaman Dalam Proses Pelayanan, Untuk Itu Kami Mohon Maaf Kepada Pasien dan Pengunjung Rumah Sakit Atas Ketidaknyaman Yang Terjadi, Saat Ini Gangguan Sedang Dalam Proses Perbaikan". Spanduk ini dipasang tepat di depan pintu masuk. Layar monitor penunjuk nomor antrean pasien pun dalam keadaan tidak difungsikan.
Selain itu, stiker dengan tuÂlisan sama juga ditempel di depan komputer tempat pendafÂtaran pasien. Beberapa pasien terlihat menunggu proses pendaftaran yang berlangsung seÂcara manual itu.
"Biasanya cepat pelayanannya kalau pakai komputer. Sekarang manual, jadi antrenya tambah ramai," keluh wanita berumur 40 tahun ini.
Namun, wanita yang mengenakan jilbab ini, mengaku berÂsyukur karena pihak rumah sakit bersikap kooperatif dan selalu membantu pasien bila mengaÂlami kesulitan.
Di bagian pendaftaran, tiga petugas IT sibuk mengutak-atik komputer yang terkena seranganvirus sangat mengganggu itu. Mereka meneliti satu persatu jaringan yang ada. "Data pasien yang ada di komputer belum bisa di-print akibat virus. Sekarang masih coba diperbaiki terus," ujar Dedi, salah satu petugas pendaftaran pasien di RS Dharmais, Jakarta.
Dedi menambahkan, seluruh jaringan komputer rumah sakit lumpuh sejak Sabtu (13/5). Namun, saat ini beberapa jaringan sudah bisa digunakan dengan baik. "Yang belum pulih cetak kartu pasien baru, ngeprint dan sistem pengambilan nomor antÂrean," sebutnya.
Jaringan komputer yang belum pulih, berakibat kepada pelayanan pasien agak terganggu. "Biasanya, seluruh pendaftaran pasien, bisa diinput paling telat jam 11 siang. Sekarang jam 2 siang baru beres," keluhnya.
Apalagi, kata Dedi, rumah sakit ini menjadi rujukan kanker nasional, sehingga setiap hari harus melayani pendaftaran lebih dari 800 pasien. "Bisa dibayangkan bila jaringan komÂputer terganggu," ucapnya.
Untuk itu, dia berharap, seÂluruh sistem komputer bisa normal kembali paling lambat pada Selasa (16/5) agar tidak terjadi penumpukan pasien seÂtiap harinya. Sebab, pelayanan manual turut memperlambat proses pendaftaran pasien.
Terpisah, Presiden Direktur RS Kanker Dharmais, Abdul Kadir mengatakan, sistem IT ruÂmah sakit ini diserang virus cyÂber ransomware wannaCry pada Sabtu pagi (13/5), pukul 05.00 WIB. Saat itu, salah satu petugas entri data akan memasukkan data rawat inap pasien.
"Tiba-tiba melihat tampilan di komputer berubah semua dan langsung melaporkan permasalahÂan ini ke instalasi IT rumah sakit," ujar Abdul di RS Dharmais.
Begitu mendapat laporan, lanÂjut Abdul, tim IT RS Dharmais langsung menghentikan prosesIT dan mematikan seluruh perangkat komputer di rumah sakit tersebut. Selanjutnya, beberapa komputer tidak disambungkan ke internet untuk mencegah hal-hal yang tidak dinginkan.
"Serangan ini jelas menghamÂbat proses administrasi di RS Dharmais," keluhnya.
Abdul menambahkan, pihaknya terus berupaya membersihkan semua jaringan komputer dari virus. Sekitar 600 komputer yang ada di rumah sakit itu, diteliti satu per satu sebagai upayamencegah komputer kembali terinfeksi virus. Selanjutnya, dilakukan install ulang sistem dan record ulang keamanan atau anti virus.
Untuk menangkal penyebaranvirus, Abdul menyatakan, pihaknya telah memasang tiga lapis anti virus. Selama proses itu, semua unit komputer yang disÂinyalir terinfeksi, dimatikan.
"Jaringan yang baru difungsikan,di unit gawat darurat dan tempat butuh perhatian khusus," sebutnya.
Namun demikian, Abdul menÂjamin, data pasien aman karena pihak rumah sakit memiliki back up data tersebut. Sehingga, bila virus mengunci data, pihaknya tetap bisa mengakses data hasil backup. "Jadi, pelayanan tetap berjalan. Tetapi, sebagian beÂsar masih menggunakan cara manual," kata dia.
Kendati pelayanan tetap berjalan, lanjut Abdul, terjadi keterlambatan karena hanya 70 persendari total 600 komputer yang dikoneksikan ke internet. "Yang penting, tidak menimbulkan suatu masalah signifikan terhadap pelayanan. Insya Allah satu-dua hari ini normal," harapnya.
Untuk mencegah kejadian tersebut terulang, Abdul menyatakan, pihaknya akan rutin menyalin data di perangkat lain. Selain itu, pihaknya juga akan memperbarui antivirus di perangÂkat komputer. "Yang penting lagi, perawatan jaringan secara intensif," tandasnya.
Terkait permintaan tebusan, Abdul memastikan, tidak akan melakukan pembayaran uang kepada pihak yang menyerang sistem IT RS Dharmais dengan virus cyber ransomware wannaÂCry. "Kami instansi pemerintah, setiap pengeluaran harus bisa dipertanggungjawabkan. Kami tidak akan melakukan pembaÂyaran karena itu adalah hal yang ilegal," tegasnya.
Untuk itu, Abdul mengaku lebih memilih menyerahkan penanganan masalah ini kepada pihak berwajib, apalagi sudah masuk ke dalam kasus nasional.
"Kementerian Kesehatan sudah melaporkan secara proseÂdural ke kepolisian. Sudah ada petugas Bareskrim ke sini, Kominfo hari pertama sudah datang. Ini bukan masalah Dharmais saja, tapi masalah nasional," pungkasnya.
Latar Belakang
Tebus 300 Dolar AS, Baru Data Bisa Dibuka
Serangan virus cyber ransomware WannaCry tiba-tiba menyerang satu rumah sakit di Jakarta, Sabtu (13/5). Akibatnya, malware yang bermodus meÂnyandera data ini, mengunci sistem dan data pasien di RS Dharmais.
Akibatnya, layanan rumah sakit khusus kanker itu, sempat terganggu dan berangsur-angsur normal sejak Senin (15/5).
Pembuat WannaCry meminta uang sebesar 300 dolar AS atau setara Rp 3,9 juta sebagai ganti untuk kembali membukajaringan yang terkunci itu. Uang terbusan harus dibayar dalam bentuk mata uang virtual (cryptocurrency) Bitcoin yang dikirimkan ke alaÂmat dompet digital sang penjahat cyber. Setelah tebusan dikirim pun, tak ada jaminan bahwa kunci enkripsi akan benar-benar dikirimkan ke korban.
Sasaran utama malware itu adalah komputer dengan sistem operasi lawas, seperti Microsoft Windows XP. Alasannya, karena sistem operasi tua itu sudah tidak lagi dilindungi oleh induk perusahaannya, yakni Microsoft, sejak 2014.
WannaCry merupakan ranÂsomware yang dibuat dengan memanfaatkan tool senjata cybermilik dinas intel Amerika Serikat, National Security Agency (NSA), yang pada April lalu dicuri dan dibocorkan oleh kelompok hacker, Shadow Broker. WannaCry bisa menyebar luas dalam waktu singkat karena memiliki keunikan dibanding program jahat lain sejenisnya.
Ransomware pada umumnya mengandalkan teknik phising, yang mengharuskan calon korÂban mengeklik sebuah tautan untuk mengunduh ransomware, misalnya di e‑mail. Apabila tautan tidak diklik, maka ranÂsomware tidak akan menginfeksi komputer.
Sedangkan WannaCry megeksploitasi celah keamanan Windows, MS 71‑010 dan akan scan port 445 (SMB). Bila terÂbuka, dia akan langsung masuk. Artinya, virus tersebut bisa menginfeksi komputer tanpa butuh campur tangan korban.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyebutkan, ada dua ruÂmah sakit di Jakarta yang terkena virus Ransomware WannaCry.
"Ini sangat mempengaruhi kinerjapelayanan karena daÂtabasenya tidak bisa dibuka, tapi kami masih koordinasikan dengan Kemenkominfo," ujar Nila.
Untuk rumah sakit di luar Jakarta, kata Nila, belum terdeteksi apakah terkena virus tersebut atau tidak. "Belum ada lapoÂran dari daerah. Laporan yang masuk di Jakarta, baru dua ruÂmah sakit yang terkena virus ini. Tapi, sudah ada back up datanya sebelum terkena."
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, saat ini seluruh dunia sedang menghadapi kasus global, yaitu malware dan software yang disÂebut WannaCry.
"Di Indonesia terkena RS Dharmais. Tetapi, Indonesia bukan yang terkena paling beÂsar saat ini," ujar Rudiantara di Jakarta.
Rudiantara menambahkan, seÂrangan WannaCry mengakibatkan komputer atau server tidak bisa dibuka dan tidak bisa dibaca datanya. Akibatnya, proses peÂlayanan di rumah sakit tersebut harus dilakukan secara manual menggunakan kertas.
"Jadi, paper works, tidak lagi secara online," jelasnya.
Sejauh ini, lanjutnya, tidak ada laporan selain kasus pada komÂputer Rumah Sakit Dharmais yang terserang WannaCry. "Mudah-mudahan tidak ada," ucapnya.
Menurut dia, komputer yang menggunakan sistem operasi (operating system) bajakan Windows yang rentan terpapar Ransomware. Soalnya, sistem keamanan pada sistem operasi bajakan Windows tidak daÂpat diperbarui (update), sebaÂgaimana sistem operasi resmi Windows. "Mohon maaf, orang Indonesia ada yang menggunaÂkan operating sistem bajakan. Itu rentan," tuturnya.
Menurut Rudiantara, malware itu juga berpotensi menyerang semua sektor, tidak hanya rumah sakit. ***