Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pelayanan Rawat Jalan RS Dharmais Mundur 3 Jam

Berangsur Normal Setelah Kena Virus WannaCry

Rabu, 17 Mei 2017, 09:09 WIB
Pelayanan Rawat Jalan RS Dharmais Mundur 3 Jam
Foto/Net
rmol news logo Rumah Sakit (RS) Dharmais terserang virus ransomware wannaCry. Akibatnya, jaringan komputer di rumah sakit Pusat Kanker Nasional ini, lumpuh.

Kini, pelayanan rumah sakit be­rangsur-angsur normal. Kendati begitu, pasien masih harus ber­sabar karena pelayanan rawat jalan yang biasanya dibuka pu­kul 07.00 WIB, kemarin dibuka pada pukul 10.00 WIB. Mundur 3 jam dari biasanya.

Kepala Instalasi Sistem Informasi Manajemen RS Kanker Dharmais, Widi Budianto me­nyatakan, virus WannaCry be­lum menyerang sampai ke induk server komputer, sehingga yang terdampak hanya di bagian pendaftaran pasien. "Sekarang sudah normal, dan yang penting untuk layanan dan data pasien tetap aman, data sudah di-back up," kata Widi, kemarin.

Pada Senin (15/5), menjelang siang, RS Dharmais yang beradadi Jalan Letjen S Parman, Slipi, Jakarta Barat, tampak ramai. Puluhan pasien antre di bagian pendaftaran. Seluruh kursi dipenuhi pasien yang menunggu giliran dipanggil petugas.

"Biasanya mengambil nomor antrean di sistem komputer, sekarang jadi manual karenaterkena virus," keluh Anita, pasien di RS Dharmais.

Tanda-tanda jaringan komputer terkena virus sudah diketahui sejak di ruang lobby. Beberapa spanduk, banner dan stiker di­pasang di beberapa sudut rumah sakit. Antara lain, spanduk beru­kuran besar bertuliskan

"Sehubungan Dengan Adanya Gangguan Pada SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) Karena Virus, Sehingga Terjadi Ketidaknyaman Dalam Proses Pelayanan, Untuk Itu Kami Mohon Maaf Kepada Pasien dan Pengunjung Rumah Sakit Atas Ketidaknyaman Yang Terjadi, Saat Ini Gangguan Sedang Dalam Proses Perbaikan". Spanduk ini dipasang tepat di depan pintu masuk. Layar monitor penunjuk nomor antrean pasien pun dalam keadaan tidak difungsikan.

Selain itu, stiker dengan tu­lisan sama juga ditempel di depan komputer tempat pendaf­taran pasien. Beberapa pasien terlihat menunggu proses pendaftaran yang berlangsung se­cara manual itu.

"Biasanya cepat pelayanannya kalau pakai komputer. Sekarang manual, jadi antrenya tambah ramai," keluh wanita berumur 40 tahun ini.

Namun, wanita yang mengenakan jilbab ini, mengaku ber­syukur karena pihak rumah sakit bersikap kooperatif dan selalu membantu pasien bila menga­lami kesulitan.

Di bagian pendaftaran, tiga petugas IT sibuk mengutak-atik komputer yang terkena seranganvirus sangat mengganggu itu. Mereka meneliti satu persatu jaringan yang ada. "Data pasien yang ada di komputer belum bisa di-print akibat virus. Sekarang masih coba diperbaiki terus," ujar Dedi, salah satu petugas pendaftaran pasien di RS Dharmais, Jakarta.

Dedi menambahkan, seluruh jaringan komputer rumah sakit lumpuh sejak Sabtu (13/5). Namun, saat ini beberapa jaringan sudah bisa digunakan dengan baik. "Yang belum pulih cetak kartu pasien baru, ngeprint dan sistem pengambilan nomor ant­rean," sebutnya.

Jaringan komputer yang belum pulih, berakibat kepada pelayanan pasien agak terganggu. "Biasanya, seluruh pendaftaran pasien, bisa diinput paling telat jam 11 siang. Sekarang jam 2 siang baru beres," keluhnya.

Apalagi, kata Dedi, rumah sakit ini menjadi rujukan kanker nasional, sehingga setiap hari harus melayani pendaftaran lebih dari 800 pasien. "Bisa dibayangkan bila jaringan kom­puter terganggu," ucapnya.

Untuk itu, dia berharap, se­luruh sistem komputer bisa normal kembali paling lambat pada Selasa (16/5) agar tidak terjadi penumpukan pasien se­tiap harinya. Sebab, pelayanan manual turut memperlambat proses pendaftaran pasien.

Terpisah, Presiden Direktur RS Kanker Dharmais, Abdul Kadir mengatakan, sistem IT ru­mah sakit ini diserang virus cy­ber ransomware wannaCry pada Sabtu pagi (13/5), pukul 05.00 WIB. Saat itu, salah satu petugas entri data akan memasukkan data rawat inap pasien.

"Tiba-tiba melihat tampilan di komputer berubah semua dan langsung melaporkan permasalah­an ini ke instalasi IT rumah sakit," ujar Abdul di RS Dharmais.

Begitu mendapat laporan, lan­jut Abdul, tim IT RS Dharmais langsung menghentikan prosesIT dan mematikan seluruh perangkat komputer di rumah sakit tersebut. Selanjutnya, beberapa komputer tidak disambungkan ke internet untuk mencegah hal-hal yang tidak dinginkan.

"Serangan ini jelas mengham­bat proses administrasi di RS Dharmais," keluhnya.

Abdul menambahkan, pihaknya terus berupaya membersihkan semua jaringan komputer dari virus. Sekitar 600 komputer yang ada di rumah sakit itu, diteliti satu per satu sebagai upayamencegah komputer kembali terinfeksi virus. Selanjutnya, dilakukan install ulang sistem dan record ulang keamanan atau anti virus.

Untuk menangkal penyebaranvirus, Abdul menyatakan, pihaknya telah memasang tiga lapis anti virus. Selama proses itu, semua unit komputer yang dis­inyalir terinfeksi, dimatikan.

"Jaringan yang baru difungsikan,di unit gawat darurat dan tempat butuh perhatian khusus," sebutnya.

Namun demikian, Abdul men­jamin, data pasien aman karena pihak rumah sakit memiliki back up data tersebut. Sehingga, bila virus mengunci data, pihaknya tetap bisa mengakses data hasil backup. "Jadi, pelayanan tetap berjalan. Tetapi, sebagian be­sar masih menggunakan cara manual," kata dia.

Kendati pelayanan tetap berjalan, lanjut Abdul, terjadi keterlambatan karena hanya 70 persendari total 600 komputer yang dikoneksikan ke internet. "Yang penting, tidak menimbulkan suatu masalah signifikan terhadap pelayanan. Insya Allah satu-dua hari ini normal," harapnya.

Untuk mencegah kejadian tersebut terulang, Abdul menyatakan, pihaknya akan rutin menyalin data di perangkat lain. Selain itu, pihaknya juga akan memperbarui antivirus di perang­kat komputer. "Yang penting lagi, perawatan jaringan secara intensif," tandasnya.

Terkait permintaan tebusan, Abdul memastikan, tidak akan melakukan pembayaran uang kepada pihak yang menyerang sistem IT RS Dharmais dengan virus cyber ransomware wanna­Cry. "Kami instansi pemerintah, setiap pengeluaran harus bisa dipertanggungjawabkan. Kami tidak akan melakukan pemba­yaran karena itu adalah hal yang ilegal," tegasnya.

Untuk itu, Abdul mengaku lebih memilih menyerahkan penanganan masalah ini kepada pihak berwajib, apalagi sudah masuk ke dalam kasus nasional.

"Kementerian Kesehatan sudah melaporkan secara prose­dural ke kepolisian. Sudah ada petugas Bareskrim ke sini, Kominfo hari pertama sudah datang. Ini bukan masalah Dharmais saja, tapi masalah nasional," pungkasnya.
 
Latar Belakang
Tebus 300 Dolar AS, Baru Data Bisa Dibuka

Serangan virus cyber ransomware WannaCry tiba-tiba menyerang satu rumah sakit di Jakarta, Sabtu (13/5). Akibatnya, malware yang bermodus me­nyandera data ini, mengunci sistem dan data pasien di RS Dharmais.

Akibatnya, layanan rumah sakit khusus kanker itu, sempat terganggu dan berangsur-angsur normal sejak Senin (15/5).

Pembuat WannaCry meminta uang sebesar 300 dolar AS atau setara Rp 3,9 juta sebagai ganti untuk kembali membukajaringan yang terkunci itu. Uang terbusan harus dibayar dalam bentuk mata uang virtual (cryptocurrency) Bitcoin yang dikirimkan ke ala­mat dompet digital sang penjahat cyber. Setelah tebusan dikirim pun, tak ada jaminan bahwa kunci enkripsi akan benar-benar dikirimkan ke korban.

Sasaran utama malware itu adalah komputer dengan sistem operasi lawas, seperti Microsoft Windows XP. Alasannya, karena sistem operasi tua itu sudah tidak lagi dilindungi oleh induk perusahaannya, yakni Microsoft, sejak 2014.

WannaCry merupakan ran­somware yang dibuat dengan memanfaatkan tool senjata cybermilik dinas intel Amerika Serikat, National Security Agency (NSA), yang pada April lalu dicuri dan dibocorkan oleh kelompok hacker, Shadow Broker. WannaCry bisa menyebar luas dalam waktu singkat karena memiliki keunikan dibanding program jahat lain sejenisnya.

Ransomware pada umumnya mengandalkan teknik phising, yang mengharuskan calon kor­ban mengeklik sebuah tautan untuk mengunduh ransomware, misalnya di e‑mail. Apabila tautan tidak diklik, maka ran­somware tidak akan menginfeksi komputer.

Sedangkan WannaCry megeksploitasi celah keamanan Windows, MS 71‑010 dan akan scan port 445 (SMB). Bila ter­buka, dia akan langsung masuk. Artinya, virus tersebut bisa menginfeksi komputer tanpa butuh campur tangan korban.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyebutkan, ada dua ru­mah sakit di Jakarta yang terkena virus Ransomware WannaCry.

"Ini sangat mempengaruhi kinerjapelayanan karena da­tabasenya tidak bisa dibuka, tapi kami masih koordinasikan dengan Kemenkominfo," ujar Nila.

Untuk rumah sakit di luar Jakarta, kata Nila, belum terdeteksi apakah terkena virus tersebut atau tidak. "Belum ada lapo­ran dari daerah. Laporan yang masuk di Jakarta, baru dua ru­mah sakit yang terkena virus ini. Tapi, sudah ada back up datanya sebelum terkena."

Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, saat ini seluruh dunia sedang menghadapi kasus global, yaitu malware dan software yang dis­ebut WannaCry.

"Di Indonesia terkena RS Dharmais. Tetapi, Indonesia bukan yang terkena paling be­sar saat ini," ujar Rudiantara di Jakarta.

Rudiantara menambahkan, se­rangan WannaCry mengakibatkan komputer atau server tidak bisa dibuka dan tidak bisa dibaca datanya. Akibatnya, proses pe­layanan di rumah sakit tersebut harus dilakukan secara manual menggunakan kertas.

"Jadi, paper works, tidak lagi secara online," jelasnya.

Sejauh ini, lanjutnya, tidak ada laporan selain kasus pada kom­puter Rumah Sakit Dharmais yang terserang WannaCry. "Mudah-mudahan tidak ada," ucapnya.

Menurut dia, komputer yang menggunakan sistem operasi (operating system) bajakan Windows yang rentan terpapar Ransomware. Soalnya, sistem keamanan pada sistem operasi bajakan Windows tidak da­pat diperbarui (update), seba­gaimana sistem operasi resmi Windows. "Mohon maaf, orang Indonesia ada yang mengguna­kan operating sistem bajakan. Itu rentan," tuturnya.

Menurut Rudiantara, malware itu juga berpotensi menyerang semua sektor, tidak hanya rumah sakit. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA