Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pedagang Senen Cuma Bisa Pajang 2 Tiang Baju

Jualan Di Tempat Parkir Pasca Kebakaran

Selasa, 07 Februari 2017, 10:05 WIB
Pedagang Senen Cuma Bisa Pajang 2 Tiang Baju
Foto/Net
rmol news logo Ratusan pedagang korban kebakaran Pasar Senen berjualan di pelataran parkir Blok I Pasar Senen, Jakarta Pusat. Sebelumnya, mereka menawarkan dagangannya di sepanjang Jalan Kramat Bunder dan Jalan Stasiun Senen. Akibatnya, jalanan menjadi macet.

 Kios-kios semi permanen berdiri di area parkir Pasar Senen. Lokasi yang hanya seluas sepa­ruh lapangan sepak bola itu terlihat penuh sesak oleh ratusan pedagang yang menjual berbagai macam baju bekas impor. Situasi semakin padat dengan ban­yaknya pembeli yang lalu lalang di tempat itu.

Agar tidak terkena sengatan matahari, beberapa pedagang memilih memasang terpal di atas kios mereka. "Mulai hari ini kami berjualan di pelataran parkir," ujar Capung, salah satu pedagang korban kebakaran di Pasar Senen, kemarin.

Kondisi kios sangat mempri­hatinkan. Sebab, luasnya hanya 1x1,5 meter. Antara kios satu dengan kios lain hanya ditandai dengan cat pilox warna putih. Walhasil, setiap pedagang hanya bisa menempatkan paling banyak dua tiang untuk menggantung pakaian bekas yang dijual.

Sebagai tempat berteduh, beberapa pedagang memilih berdiri di bawah pohon sembali menunggu pembeli. "Dari pagi tadi, baru dua orang yang beli," keluh Capung.

Sedangkan Blok I dan Blok II Pasar Senen yang sebelumnya terbakar hebat, hanya menyi­sakan puing-puing yang sudah menghitam. Kendati sudah ham­pir dua minggu kebakaran telah berlalu, bau gosong samar-samar tercium karena tipuan angin.

Untuk mencegah terjadinya penjarahan, di sekeliling ge­dung tiga lantai itu dipasang seng setinggi dua meter. Garis polisi juga masih terpasang di beberapa pintu masuk. Di depan seng dipasang spanduk warna merah. Isinya, "Seluruh pedagang proyek Blok Idan II, kami mohon maaf belum dapat memberikan izin untuk pengem­balian barang-barang sampai ada penyelesaian penyidikan dari pihak kepolisian".

Capung mengaku penjualan­nya merosot drastis sejak ke­bakaran menghabiskan kiosnya yang berada di Blok 1, lantai tiga. Sebab, saat masih di tempat semula, paling tidak omzet set­iap harinya mencapai Rp 2 juta. "Sekarang paling banyak Rp 500 ribu setiap hari," ucapnya.

Tidak hanya itu, lanjut dia, dulu setiap minggunya hampir 500 pakaian bisa terjual habis. "Sekarang 100 pakaian saja be­lum habis selama dua minggu," kata dia.

Kondisi bertambah berat kar­ena semua barang jualannya ludes terbakar, hanya menyi­sakan beberapa pakaian yang selama ini ditinggal di gudang. "Saya rugi hampir Rp 500 juta," sebut pria yang tinggal di ka­wasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat ini.

Agar bisa berjualan kembali, Capung mengaku harus memin­jam modal kepada sanak saudara sebesar Rp 30 juta. "Sekarang yang penting bisa untuk makan dan minum," tandasnya.

Usai kebakaran, kehidupannya diupayakan lebih sederhana. Agar tidak banyak pengeluaran, Capung mengaku makan dua kali dalam sehari dengan menu yang lebih murah. "Kalau tiga kali bisa tekor pendapatan," ujar pria tiga anak ini.

Lain lagi dengan Simbolon. Salah satu pedagang korban kebakaran Pasar Senen ini, men­gaku tidak banyak terpengaruh antara berjualan di Blok 1 mau­pun di jalanan usai kebakaran. "Sama-sama dapat Rp 500 ribu setiap harinya," sebut dia.

Malahan, kata pria berkulit ge­lap ini, berjualan di trotoar lebih menguntungkan karena mudah dijangkau pembeli, sehingga mereka tidak perlu jauh-jauh menyusuri gedung hingga lantai tiga. "Dulu punya dua unit kios di lantai tiga. Pembeli jarang ke lantai itu," kata dia.

Kendati demikian, dia men­gakui kebakaran Pasar Senen menyebabkan modal kerjanya habis tidak tersisa. "Saya rugi hampir 100 juta," sebutnya.

Dia berharap, pemerintah bisa secepatnya melakukan re­lokasi seluruh pedagang korban kebakaran ke tempat sementara yang lebih nyaman agar tidak terganggu kondisi cuaca yang tidak bersahabat akhir-akhir ini. "Kalau berjualan di area parkir sering kehujanan dan kepana­san," keluhnya.

Simbolon mengaku tidak mengetahui pasti kapan pasar Blok Idan Blok IIselesai diper­baiki. "Tapi dengar-dengar pal­ing cepat dua bulan renovasi tuntas," kata dia.

Sementara, Riyadi salah satu pedagang baju bekas menolak rencana bergantian berjualan dengan pedagang kue subuh di area parkir Blok I. Pasalnya, cara itu sangat merepotkan di tengah keterbatasan waktu yang ada. "Repot harus beresin barangnya. Kalau enggak tepat waktu, eng­gak enak sama pedagang kue subuh," ujar Riyadi.

Untuk itu, pria berumur 42 ta­hun ini meminta agar pengelola memberikan tempat alternatif, agar para pedagang memiliki kejelasan terkait tempat ber­jualan.

Koordinator Trade Center, PT Pembangunan Jaya Real Properti, Edi Santoso mengatakan, tempat penampungan sementara peda­gang (TPS) di area parkir Blok Irencananya akan digunakan se­cara bergantian antara pedagang kue subuh dan pedagang pakaian bekas dan pengusaha reklame. "Awalnya disatukan semua di depan area parkir Blok I. Tapi, ditolak karena mereka tidak mau bergantian dengan pedagang kue subuh," ujar Edi.

Akhirnya, kata Edi, disepak­ati bahwa pedagang kue subuh ditempatkan sementara di Blok IV dan V, pedagang pakaian bekas di depan area parkir Blok I, dan pengusaha reklame di area parkir Blok II yang menghadap ke Utara.

Untuk tempat kios sementara, kata Edi, pedagang menolak den­gan cara pengundian nomor kios. Mereka lebih suka lokasi ber­dagangnya disesuaikan dengan tempat mereka sebelum peristiwa kebakaran terjadi. "Mungkin hanya disesuaikan dengan kios mereka berdagang di lantai 3 Blok I yang dulu," ucapnya.

TPS di area parkir Blok I, lanjut dia, diupayakan rampung pada awal minggu ini sesuai den­gan instruksi Wali Kota Jakarta Pusat, Mangara Pardede, yang menginginkan agar para peda­gang tidak tercecer di pinggir jalan hingga menyebabkan jalan di sekitar Pasar Senen Blok I dan II macet setiap saat.

Terpisah, Direktur Kepatuhan PT Bank DKI Budi Mulyo Utomo mengatakan, pihaknya siap mengalokasikan kredit bagi pedagang Pasar Senen yang menjadi korban kebakaran dengan model kredit investasi dan kredit modal kerja.

Model itu, kata dia, bunganya di bawah 10 persen agar tidak memberatkan pedagang. "Kredit investasi dapat digunakan untuk membeli kios. Sementara, kredit modal kerja dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan permoda­lan," ujar Budi.

Budi menambahkan, besaran kredit yang dapat diberikan mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Namun, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi pedagang, terutama usahanya minimal sudah berjalan selama dua tahun.

"Bila plafon kredit lebih dari Rp 50 juta, ada tambahan persyaratan lain berupa izin usaha dan reko­mendasi dari PT Pembangunan Jaya terkait penempatan kios," pungkasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA