Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengendara & Pedagang Tuntut Solusi Pemerintah

Sebagian Jalan RS Fatmawati Ditutup

Jumat, 27 Januari 2017, 09:40 WIB
Pengendara & Pedagang Tuntut Solusi Pemerintah
Foto/Net
rmol news logo Mulai 4 Februari hingga 11 Agustus 2017, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal menutup sebagian jalan RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Penutupan dilakukan di jalan sepanjang sekitar 300 meter guna mempercepat pembangunan proyek mass rapid transit (MRT).

Penutupan sebagian jalan tersebut akan semakin menambah kemacetan di wilayah sekitar. Masyarakat pun menyambut pro dan kontra kebijakan tersebut.

Menurut rencana, penutu­pan akan dilakukan di Jalan RS Fatmawati, mulai dari per­simpangan jalan Abdul Majid, hinggapersimpangan jalan Darul Ma'arif. Rabu (25/1) lalu, sekitar jam satu siang, Rakyat Merdeka memantau situasi jelang penutupan jalan.

Siang itu, arus lalu lintas cukuppadat. Karena sebagian badan jalan diambil untuk pengerjaan proyek MRT. Dari arah Blok M, belum tampak adanya spanduk sosialisasi penutupan. Demikian pula dari arah sebaliknya.

Namun demikian, sebuah spanduk berwarna biru dipasang sebelum perempatan Jalan Haji Nawi. Isinya, berupa sosialisasi penutupan sebagian jalan yang berlangsung dari 17 hingga 29 Januari 2017.

Sejumlah rekayasa lalu lintas mulai diberlakukan setelah me­lewati perempatan Haji Nawi ke arah RS. Fatmawati. Jalanan diperlebar, sehingga kendaraan yang dari arah Blok M menuju RS Fatmawati, lewat persis di depan pertokoan dan sebagian lainnya diberlakukan contra flow. Rekayasa tersebut berakhir di depan sebuah dealer mobil.

Penutupan sejumlah ruas jalan dikeluhkan warga. Salah satunya Irfan. Saat ditemui di sebuah warung di pinggir Jalan RS Fatmawati, Irfan khawatir penu­tupan jalan akan membuat ruas jalan tersebut makin semrawut.

"Penyempitan kayak sekarang ini saja macetnya kalau jam sibuk sudah parah, apalagi kalau mau ada penutupan sebagian," katanya.

Meskipun ada sejumlah ruas alternatif, menurut pengendara roda dua itu, sama saja. Dia bilang, ruas alternatif tersebut lebih macet karena jalannya tak selebar jalanan utama. "Soalnya lewat pemukiman," katanya.

Namun, dia tak memungkiri bahwa jumlah kendaraan yang sudah terlalu banyak menjadi penyebab kepadatan. "Semoga cepat kelarlah proyeknya, biar pemakai kendaraan pribadi mau pindah, dan macet berkurang," ucapnya.

Selain pengguna jalan, penu­tupan sejumlah ruas jalan juga dikeluhkan para pedagang dan pemilik toko. James Willem manajer kompleks pertokoan Plaza Mebel menyebut, penutu­pan jalan berimbas pada menu­runnya pendapatan pedagang di kompleks pertokoan itu.

"Memang sudah ada keluhan. Sejak ada penyempitan jalan aki­bat pembangunan MRT, jumlah pengunjung menurun drastis."

Lebih lanjut, kata dia, penu­runan jumlah pengunjung pasti ada, nilai penurunannya pun signifikan. "Saya rasa dari pelaku usaha yang ada di daerah Fatmawati, semuanya ada penu­runan," ujarnya.

Namun, pihaknya mengaku tidak keberatan dengan penu­tupan jalan, dan mendukung program pemerintah.

"Saya tak keberatan, soalnya dari awal mendukung pembangunan MRT ini. Hanya, kami ingin ada solusi. Saya percaya, pemerintah akan menyiapkan solusi," ujar Williem.

Sejumlah ruas jalan alternatif disiapkan aparat berwenang guna mengantisipasi penutupan jalan tersebut. Salah satunya, yaitu Jalan Haji Nawi Raya.

Berdasarkan pantauan, Jalan Haji Nawi tidak terlalu lebar. Kira-kira hanya sekitar 10 meter. Jalan pun dipakai untuk dua arah, di mana masing-masing arah terdiri dari satu lajur. Di jam-jam tertentu, jalan penghubung Fatmawati dan kawasan Radio Dalam Raya ini cukup padat.

Penutupan jalan tersebut untuk mempercepat pembangunan salah satu bakal stasiun MRT, Stasiun Haji Nawi. Di lokasi bakal stasiun itu sendiri, kini sedang dikebut pengerjaannya.

Dari pantauan, sejumlah pekerja tampak mengerjakan se­jumlah pekerjaan. Di lokasi bakal stasiun yang memiliki luas lebih 300 meter persegi, tampak sejumlah tiang-tiang sudah berdiri dengan kokoh.

Berbeda dengan tiang-tiang untuk jalur MRT di sejumlah wilayah yang tingginya sekitar lima meter, di areal bakal stasiun tampak beberapa jenis tiang. Ada yang panjang, dan ada yang tingginya hanya sekitar tiga meter.

Sejumlah rute alternatif di­siapkan aparat berwenang. Rute-rute tersebut yakni, kendaraan dari Blok M ke Fatmawati dapat melewati Jalan Dharmawangsa Raya -Jalan Dharmawangsa X -Jalan Pangeran Antasari -Jalan Cipete Raya.

Selanjutnya, kendaraan dari Blok M ke Fatmawati juga dapat melewati Kramat Pela -Jalan Radio Dalam Raya -Jalan Maguna Raya -Jalan Metro Pondok Indah -Jalan Sekolah Duta Raya -Jalan Terogong Raya.

Berikutnya, kendaraan dari ITC Fatmawati ke Jalan Fatmawati dapat melalui Jalan Haji Nawi Raya -Jalan Margaguna Raya -Jalan Metro Pondok Indah -Jalan Sekolah Duta Raya -Jalan Terogong Raya.

Kendaraan dari Fatmawati ke Blok M dapat melewati Jalan Cipete Raya -Jalan Pangeran Antasari -Jalan Dharmawangsa X -Jalan Dharmawangsa Raya. Lalu, kendaraan dari Fatmawati ke Blok M dapat melewati Jalan Terogong Raya -Jalan Sekolah Duta Raya -Jalan Metro Pondok Indah -Jalan Maguna Raya-Jalan Radio Dalam Raya -Jalan Haji Nawi Raya.

Latar Belakang
Penutupan Untuk Mempercepat Pembangunan Stasiun Haji Nawi


PT Mass Rapid Transit (MRT) berencana menutup Jalan Fatmawati selama enam bulan. Penutupan yang akan dimulai awal Februari mendatang ini, terkait dengan pembangunan stasiun MRTdi Jalan Haji Nawi, Cilandak, Jakarta Selatan.

Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan, penutupan mulai 4 Februari hingga 11 Agustus menda­tang. Hal ini penting, mengingat PT MRT membutuhkan penga­lihan atau rekayasa lalu lintas secara total.

Salah satu caranya, menurut Sumarsono, adalah dengan menutup Jalan Fatmawati sepanjang 300 meter. Penutupan itu, kata dia, dilakukan karena pengembang membutuhkan space untuk kon­struksi stasiun MRT di Haji Nawi.

"Kalau ini tidak ditutup, se­luruh konstruksi mundur, bisa selesai Agustus 2019. Jadi, kita minta satu titik ini ditutup, su­paya kita bisa membawa semua pekerjaan konstruksi itu," kata Sumarsono.

Sumarsono menjelaskan, Stasiun H Nawi adalah stasiun yang paling kritis. Sebelumnya, pembangunan sempat terkendala pembebasan lahan, sehingga pengerjaan menjadi mundur.

Agar tidak terjadi lagi, sam­bungnya, Pemprov DKI dan PT MRT menyepakati adanya pengalihan dan memastikan konstruksi pembangunan ber­jalan lancar. Dia pun meminta agar Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI bersama Ditlantas Polda Metro Jaya segera menyosialisasikanpengalihan arus ini sebagai dampak dari pembangunan Stasiun MRT H Nawi.

Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) itu menegaskan, penutupan tidak dilakukan di seluruh ruas jalan. Dia bilang, di sekitar pembangunan stasiun akan disisakan satu jalur kiri kanan sekitar tiga meter di atas trotoar yang nantinya segera diperbaiki, dan disulap seperti jalan raya pada umumnya.

"Namun, jalur tersebut hanya untuk kendaraan umum dan penghuni kawasan itu. Untuk kendaraan pribadi lainnya akan direkayasa, dialihkan melalui Jalan Antasari maupun Pondok Indah," ucapnya.

Terkait dampak kemacetan. dia meminta Dinas Perhubungan dan Transportasi memantau perkembangan akibat penutu­pan itu setiap minggunya. Hal ini untuk melihat seberapa jauh kemacetan itu, dan bagaimana pengalihannya nanti. "Januari 2018, kereta pertama akan tiba di sini," jelasnya.

Lebih lanjut, kata dia, pihaknya akan memulai latihan dan men­jalankan kereta sekitar Juni 2018 karena konstruksinya akan selesai kira-kira Juni 2018. "Jadi, kereta pertama mulai diletakkan, kemudian rolling stock mulai dilatih," tandasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA