Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Puncak Monas Sempat Tutup Lagi Gara-gara Cuaca Buruk

Dibuka Kembali Setelah Aksi 212

Senin, 05 Desember 2016, 09:11 WIB
Puncak Monas Sempat Tutup Lagi Gara-gara Cuaca Buruk
Foto/Net
rmol news logo Setelah ditutup seharian pada Jumat lalu, kawasan wisata Monumen Nasional (Monas) kembali dibuka untuk umum. Wisatawan ramai seperti biasanya, apalagi akhir pekan.

Kemarin, jadi hari yang sibuk bagi Rachmat Joko. Petugas Pengamanan Dalam (Pamdal) yang bertugas di dekat loket pembelian tiket masuk Tugu Monas itu, tak hentinya mem­peringatkan dan memberikan informasi kepada pengunjung.

"Untuk tiket terusan silakan membeli di loket. Harganya 30 ribu, kartu 10 ribu, dan isi saldo kartu 20 ribu," kata Rachmat menggunakan microphone yang takpernah lepas dari tangannya.

Tiket masuk ke dalam Tugu Monas berbeda dengan tiket pada umumnya yang berbentuk kertas. Tiketnya berbentuk kartu yang mirip bentuk kartu ATM. Selain sebagai tiket masuk, kartu berwarna oranye bertuliskan Jak Card tersebut, bisa digunakan sebagai tiket untuk naik Bus TransJakarta.

Tugas Rachmat bukan hanya memperingatkan dan memberi­kan informasi. Dia pun mengatur antrean pengunjung agar lebih tertib dan rapi. "Yang mengan­tre cukup satu orang. Yang lain silakan menunggu di kursi yang telah kami sediakan," katanya kepada rombongan-rombongan yang datang.

Hari itu, pengelola membuka tiga loket pembelian tiket masuk ke Monas. Dua loket berada dalam satu ruangan sama, beru­kuran 2x3 meter. Sedangkan satu loket lainnya berada di sebelah­nya dengan luas yang sama pula. Letak loket berada di lantai dasar Tugu Monas, di pintu bagian utara. Atau bila diukur, pintu tersebut paling dekat dengan Jalan Medan Merdeka Utara.

Pengelola Monas menghargai tiket masuk sebesar Rp 4 ribu untuk anak-anak, Rp 8 ribu un­tuk mahasiswa, dan Rp 15 ribu untuk dewasa atau umum. Harga tersebut merupakan harga tiket masuk sampai ke puncak Monas. Jika hanya sampai cawan, tiket dihargai setengahnya.

Untuk kenyamanan pengun­jung yang ingin membeli tiket, pengelola menyediakan kursi persis di depan loket. Kursi tersebut terdiri dari tiga baris di sebelah kiri dan kanan, yang cukup menampung pengunjung yang antre membeli tiket.

Jumat lalu (2/12), wisata Monas ditutup karena Aksi Bela Islam Jilid III (212). Berdasarkan pantauan kemarin, kawasan wisata tersebut sudah kembali ramai dikunjungi. Hal itu terlihat mulai dari area parkir masuk yang berada di Lapangan IRTI. Keramaian juga tampak di area Lenggang Jakarta, yang meru­pakan salah satu pintu masuk ke Monas. Selain sebagai salah satu pintu masuk, di area ini pengunjung bisa menikmati berbagai makanan dan membeli oleh-oleh.

Namun, pengunjung yang datang siang dan sore hari untuk naik hingga ke puncak Monas, terpaksa menunda keinginannya. Penyebabnya, puncak Monas ditutup sementara akibat cuaca yang kurang bersahabat. Puncak Monas baru dibuka lagi mulai pukul tujuh malam.

"Kalau cuaca kurang bersa­habat, memang sengaja ditutup, demi keamanan dan kenyamanan pengunjung. Karena dita­kutkan ada angin kencang," jelas Rachmat saat ngobrol dengan Rakyat Merdeka.

Lebih lanjut, kata Rachmat, pada Jumat lalu kawasan wisata termasuk Lenggang Jakarta di­tutup. Monas dibuka lagi pada Sabtu, dari pagi hingga pukul 10 malam.

"Akhir pekan begini selalu padat. Tapi pas siang tadi agak sepi, dan lebih ramai sore hari. Apalagi kalau puncak nanti su­dah dibuka lagi. Hari Minggu bi­asanya lebih ramai," ucapnya.

Sopir kereta wisata Monas yang menolak disebut namanya pun mengakui, aktivitasnya hari ini sudah seperti biasa. Katanya, pengunjung Monas sama seperti pada akhir-akhir pekan sebelum­nya. "Sudah ramai lagi seperti biasa. Kan warga tahunya ak­sinya cuma Jumat," katanya.

Asep, pengunjung asal Bogor mengaku tak terpengaruh aksi 212. Dia bersama lima ang­gota keluarganya sudah meren­canakan berkunjung ke tempat tersebut.

"Kami sudah rencanakan sejak jauh-jauh hari," tandas Asep yang berkaos polo hitam.

Selain keramaian pengunjung, kemarin Monas juga terlihat "kinclong". Tak terlihat sedikit pun sampah maupun tanaman yang rusak di sekitarnya akibat aksi 212. "Kemarin demonya damai, senang lihatnya. Tidak ada sampah juga," ucap Asep yang diamini keluarganya.

Kepala Seksi Penyuluhan dan Humas Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Yogi Ikhwan turut mengapresiasi peserta aksi 212 dalam menjaga kebersihan. Yogi merasa senang karena seluruh lokasi doa bersama dan shalat Jumat di Monas tetap bersih.

"Peserta berinisiatif ikut mengumpulkan sampah. Tidak repot deh kami," ujarnya.

Yogi mengatakan, Dinas Kebersihan DKI Jakarta mem­bagikan 6.000 kantong sampah kepada peserta. Peserta pun ikut membantu memungut sampah dan memberikannya kepada petugas di lapangan.

"Keren pokoknya, bisa begini, bersih," nilai Yogi.

Selain peserta aksi, katanya, banyak relawan yang secara sukarela memunguti sampah di lokasi doa bersama, mulai dari kawasan Monas, Bundaran Indosat, hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI).

Latar Belakang
GNPF MUI Dan Polri Sepakat Salat Jumat Di Lapangan Monas
 

Massa Aksi Bela Islam IIIatau Aksi 212, semula disebut akan memakai jalan protokol, Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan MH Thamrin untuk menggelar saja­dah dan Salat Jumat bersama.

Namun, aksi itu urung dilaku­kan di jalan protokol. Akhirnya, massa menggelar doa, zikir dan Salat Jumat di Lapangan Monumen Nasional (Monas). Hal itu merupakan jalan tengah yang diambil Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Polri atas polemik aksi damai 2 Desember.

Sebelum aksi ini digelar, Pembina GNPF MUI Habib Rizieq menuturkan, akan dibentuk tim gabungan Polri dan MUI untuk bisa mengatur bersama bagaimana proses demonstrasi dan salat Jumat tersebut.

"Arah kiblatnya bagaimana dan ketersediaan fasilitas untuk wudhu. Yang juga penting, pintu Monas itu harus dibuka semua, sehingga, peserta demonstrasi dan salat Jumat bisa mendapatkan akses masuk yang baik," paparnya.

Namun begitu, ada juga kesepakatan lainnya. Yakni, Polri tidak boleh menghalang-halangi peserta demonstrasi untuk pergi ke Jakarta. PO bus yang dilarang mengantar ke Jakarta, kemudian diperbolehkan mengantar ke Jakarta.

"Agar peserta demo tidak jalan kaki. Kami sudah menda­pat informasi adanya peserta demo yang berjalan kaki dari Ciamis," ucap Rizieq beberapa hari sebelum aksi.
 
Terpisah, Menko Polhukam Wiranto mengapresiasi komit­men penyelenggara demo, yakni GNPF yang menjamin kegiatan ini berjalan tertib dan aman. Bahkan, Wiranto menyebut bahwa aksi ini adalah aksi gelar sajadah. "Jadi aksi itu aksi iba­dah, gelar sajadah, ada zikir, doa bersama dan mungkin tausiah dari para ulama dan umaro," kata Wiranto.

Karena aksi gelar sajadah, Wiranto meminta masyarakat jangan terlalu mengkhawatirkan isu adanya penyusup yang akan membuat kegaduhan dalam aksi ini. "Secara rasional tidak ada, jangan mengada-adakan pe­mikiran kita," tuturnya sebelum aksi 212 digelar.

Kendati disebut sebagai aksi gelar sajadah, Wiranto menegas­kan bahwa pengamanan ketat dari aparat tetap diperlukan un­tuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kepolisian tidak boleh sam­pai terlena," tandasnya.

Sementara itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menuturkan, rencana awal aksi dan Salat Jumat di Bundaran HImenimbulkan masalah hukum. Aturannya, unjuk rasa tidak boleh mengganggu ketertiban umum dan hak asasi manusia.

"Kalau Jumat dilakukan kegiatan ibadah di Bundaran HI, kemacetannya bagaimana. Apalagi, bila ke depan ada kelompok agama lain yang juga ingin ibadah di tempat itu," tandasnya.

Namun, setelah beberapa kali dialog, maka diambilah jalan tengah. Dengan memindahkan lokasi aksi dan salat Jumat. Ada dua pilihan yakni, di Masjid Istiqlal dan komplek Monas. "Karena pertimbangan jumlah demonstran, maka yang dipilih adalah Monas," tuturnya.

Tito menjelaskan, dengan be­gitu kepolisian akan mengako­modir untuk berbagai keperluan­nya, seperti panggung untuk zikir dan tausiyah, tempat wudhu serta pengamanannya. "Teknisnya nanti akan diatur," papar bekas Kapolda Papua tersebut.

Tito juga menyatakan, me­mang ada imbauan PO bus untuk tidak mengantar peserta demo. Hal itu karena pertimbangan keamanan, sebab mengantar pendemo bisa jadi memperbesar potensi konflik dan pidana.

"Kami juga sempat meminta para tokoh agama untuk tidak datang," paparnya.

Sedangkan Ketua MUI Maruf Amin menyatakan, setelah proseshukum dan semua aksi selesai, maka MUImengusul­kan agar semua umat Islam melakukan rujuk nasional den­gan menggelar dialog. "Semua harus selesai," ucapnya.

Dia mengatakan, rujuk nasionalini penting untuk mengem­balikan hubungan yang agak renggang. Sehingga, ke depan hubungan antara umat Islam dengan umat non muslim dan pemerintah menjadi lebih baik.

"Ya, memperbaiki hubungan," tuturnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA