Dia bilang, berita foto dan video pembantaian muslim Rohingya itu hoax alias bohong. "Semua (muslim Rohing) yang di Myanmar itu tenang-tenang aja tuh. Jangan kita percaya pada berita-berita bohong," ujar Ito saat dihubungi
Rakyat Merdeka kemarin.
Bekas Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri ini mengungkapkan, kondisi di sana cukup kondusif. Bahkan awal November lalu, pemerintah Myanmar memberikan akses masuk kepada utusan lembaga internasional dalam rangka memberikan pertolonÂgan bagi masyarakat di15 desa yang menjadi wilayah konflik. "Memang ada beberapa rumah yang terbakar maupun dibakar ya. Tapi itu kita nggak tahu yang bakar siapa," imbuhnya.
Khusus akses bagi media, diÂakui Ito memang belum dibuka.Berikut penjelasan Ito Sumardi terkait kondisi terkini di wilayah konflik di Myanmar;
Ada desakan agar Dubes Myanmar diusir dari Indonesia?Yang tahu di Myanmar itu kita ya, KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia). Saya kira tidak bijak kalau kita tidak tahu yang sebenarnya, kemudian meminta Duta Besar Myanmar diusir dari Indonesia.
Jadi berita, foto-foto dan jumlah korban yang di-publish sejumlah media, khususnya di media sosial itu apa?Itu kan semua
hoax. Yang dimunculkan itu berita ngÂgak benar, saya juga dikirim. Myanmar tenang-tenang aja tuh semua.
Jangan kita percaya pada berita-berita bohong, terus merusak hubungan dengan Myanmar yang sudah demikian berjasa kepada Indonesia di masa perjuangan Indonesia.
Tapi berita pembantaian suku minoritas yang notabene muslim di Myanmar itu sudah meluas...Pembantaiannya di mana? Harusnya nanya ke kita. Jadi harusnya, sebelum kita menyamÂpaikan kesimpulan, itu harus dicek dulu kebenaran berita itu. Jangan emosi. Jangan sampai, karena berita ini disebarkan oleh LSM-LSM Human Right yang nggak jelas di sana terus kita terprovokasi. Kita di sini tenang-tenang saja, nggak ada apa-apa tuh.
Masak sih?Logikanya gini, kalau ada pembataian dunia pasti sudah mengutuk, bolehlah kita ikut-kutan mengutuk. Nah sekarang, kita mengutuk, sementara dunia tenang-tenang saja. Yang dibilÂang pembantaian di sana itu ngÂgak ada, bohong semua.
Anda sudah ke sana melihat langsung?Saya tanggal 3-6 November itu diberi akses langsung oleh pemerintah Myanmar untuk melihat 15 desa yang dikabarkan ada pembunuhan. Itu bohong semua.
Kok bisa anda bilang semua itu bohong?Memang ada beberapa rumah yang terbakar maupun dibakar ya. Tapi itu kita nggak tahu yang bakar siapa. Karena, saya kan mantan polisi ya, di dalam ruÂmah itu nggak ada piring gelas. Kalau dibakar kan alat rumah tangga ada di dalam. Mungkin dikosongin dulu baru dibakar.
Ada berapa rumah yang terbakar?Dari 260-an rumah, yang terÂbakar itu cuma 13. Ada (desa) yang lebih dari 300 rumah, yang terbakar sekitar 20-an.
Persisnya, ada apa sih di balik peristiwa ini?Ini kan propaganda dari kelompok yang melakukanpenyerangan, memang itu kan proyeknya Solidarity Organization, RSO. Kan selama ini, bisa dibuka lah di website, itu mereka terafiliasi, sudah dinyaÂtakan oleh pemerintah dengan Thaliban dan Mujahidin.
Mereka membunuh polisi, kemudian mengambil senjata-senjatanya. Masak pemerintah Myanmar bertindak, terus kita ribut. Nggak fair dong.
Lalu, warga Rohingya yang ramai-ramai mencari suaka termasuk ke Indonesia, buÂkankah bukti telah terjadi genosida?Sekarang gini, kalau dibilang genoside itu kan pembunuhan massal ya. Yang bilang genosida itu siapa sih? Kenapa negara-negara yang peduli pada HAM, seperti di Eropa, Amerika di sana tidak ada tuh ribut seperti kita.
Jadi kenapa dong mereka pergi dari kampung halamanÂnya?Mereka ingin kehidupan yang lebih baik. Karena meÂmang lokasinya di perbatasan Bangladesh-Myanmar, itu merÂeka menempati wilayah secara ilegal sejak zaman penjajahan Inggris dulu. Karena hidup di sana susah, kadang-kadang banÂtuan PBB juga terbatas. ***
BERITA TERKAIT: