Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Di Setu Babakan Masih Kurang Tong Sampah Dan Seni Betawi

Melihat Tempat Rekreasi Murah Meriah Saat Musim Libur Sekolah

Kamis, 14 Juli 2016, 09:19 WIB
Di Setu Babakan Masih Kurang Tong Sampah Dan Seni Betawi
foto:net
rmol news logo Pada masa liburan sekolah ini, tempat wisata yang ada di pinggiran Jakarta juga banyak didatangi warga. Salah satunya adalah perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Serengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Keramaian itu langsung tera­sa begitu memasuki pintu samp­ing Setu Babakan. Masyarakat yang kebanyakan menggunakan sepeda motor, mengantre di pintu masuk setu atau danau.

Laju pengendara terhenti oleh petugas, yang meminta pemba­yaran tiket masuk Setu Babakan. Petugas tiket ini tidak berada di dalam loket. Dia hanya berdiri di tengah jalan dan memungut bayaran Rp 2.000 per kendaraan, untuk ditukarkan dengan tiket masuk Setu Babakan.

Tak jauh dari pintu masuk, terlihat deretan sepeda motor yang parkir di pinggir setu. Trotoar membatasi parkiran dengan setu. Di trotoar ini, tersedia bangku yang dilengkapi kursi atau tikar, yang dapat digunakan pengunjung untuk menikmati Setu Babakan.

Kursi atau atau tikar itu dise­diakan pedagang makanan dan minuman yang berjualan tepat di seberang trotoar. Pengunjung bisa duduk santai sembari me­nikmati jajanan yang tersedia.

Di sekitar danau itu, pengun­jung bisa menikmati berbagai kuliner khas Betawi, seperti kerak telor, laksa, soto Betawi, toge goreng, bir pletok, dodol, gado-gado, dan ikan pecak.

Agak ke tengah area Setu Babakan, keramaian warga se­makin terlihat. Orangtua dan anak-anak berkerumun di sepa­njang jalan dan trotoar kawasan Zona Atersebut. Pasalnya, di kawasan ini, selain banyak jajanan juga terdapat dua wahana yang disukai anak-anak, yaitu sepeda air dan perahu dayung. Perahu dayung terdapat di depanMuseum Budaya Betawi, sementara sepeda air terletak lebih ke tengah kawasan Setu Babakan.

Untuk naik perahu dayung, warga dikenakan karcis Rp 10.000 per orang, sudah termasuk sewa alat kelengkapan keselamatan, seperti baju pelampung. Perahu yang mampu mengangkut 20 orang itu, membawa pengunjung mengelilingi danau satu kali.

Untuk sepeda air, pengun­jung dewasa dikenakan biaya tiket Rp 7.500 per orang, dan anak-anak dikenakan biaya tiket Rp 5.000 per orang. Perahu ini umumnya hanya mengangkut dua pengunjung.

Keramaian juga tampak ke­tika Rakyat Merdeka masuk lebih dalam lagi di area Setu Babakan. Dengan didampingi para orangtua, banyak anak kecil yang berdiri di sisi kanan jalan untuk membeli jajanan. Lalu sisi kiri jalan, anak-anak berceng­kerama dengan keluarganya. Rindangnya pepohonan di sepa­njang pinggiran setu, membuat mereka bisa menikmati hijaunya air Setu Babakan tanpa khawatir kepanasan.

Pada area tengah hingga ke ujung Setu Babakan, juga ter­dapat beberapa wahana bermain anak. Di area tengah terdapat wahana kincir angin dan ko­medi putar, sementara agak ke ujung area setu ada delman dan kuda yang dapat ditunggangi anak-anak. Untuk kincir angin dan komedi putar dikenakan Rp 10.000 per anak, untuk delman dikenakan Rp 5.000 per anak, dan untuk kuda dikenakan Rp 10.000 per anak.

Seorang pengunjung, Wahyuni menyatakan, murahnya biaya yang dikeluarkan, menjadi ala­san utama dirinya mengajak sang buah hati bertamasya ke Setu Babakan.

Untuk masa liburan sekolah kali ini, dirinya memang sen­gaja mencari tempat wisata yang murah meriah. Soalnya, masa liburan ini, posisinya hampir di tengah bulan, sehingga suaminya belum gajian.

"Apalagi sebelumnya bulan puasa dan Lebaran, dimana kita banyak keluar biaya. Jadi sekarang cari yang murah meriah saja. Yang penting anak senang," ujar warga Beji, Depok, Jawa Barat ini.

Wahyuni mengatakan, saat liburan sekolah, biasanya ia mengajak anaknya ke Kebun Binatang Ragunan atau ke Puncak, Bogor pada akhir pekan. Selain itu, ia menemani sang anak menikmati tayangan televisi di rumah. Sebab, sang suami harus bekerja dan hanya libur pada akhir pekan.

"Kalau sekarang, suami saya malah baru libur setelah H+4 Lebaran. Makanya bisa ke sini di hari kerja. Ini baru sekali ke Setu Babakan," kata dia.

Kendati baru sekali, Wahyuni mengaku cukup menyukai Setu Babakan. Selain sebagai tempat wisata murah, dia menilai, Setu Babakan cukup asri dan tertata. Pepohonan rindang tersebar di seluruh kawasan setu, sementara para pedagang berjualan dengan tertib di sisi jalan.

Walau ada juga pedagang yang berjualan di jalan, tapi jumlah­nya tidak banyak. Sehingga, tidak menimbulkan kekacauan seperti di tempat wisata umum­nya. "Kalau diperhatikan, Setu Babakan cukup bersih. Jadi, kami nyaman di sini," ucapnya.

Kendati memuji, Wahyuni pun memberi beberapa kritik tentang Setu Babakan. Kritik ini terkait minimnya lahan parkir. Minimnya lahan parkir membuat mobil sulit melintas, karena pinggiran jalan dipakai sebagai parkiran motor dan mobil.

Setu Babakan belum mem­punyai lahan khusus yang luas buat parkir. Parkiran motor terdapat di sepanjang akses jalan Setu Babakan. Parkiran mobil pun sebetulnya begitu. Namun, karena jumlah pengunjung yang menggunakan kendaraan roda empat sedikit, kebanyakan mobil bisa diparkir di depan Museum Budaya Betawi yang terletak di Zona ASetu Babakan. Sisanya berada di pinggiran jalan pada bagian tengah kawasan setu.

Tak hanya itu, Wahyuni pun menyoroti minimnya jumlahtempat atau tong sampah di kawasan tersebut. Tempat sampah organik dan non organik hanya terlihat di beberapa titik. Akibatnya, warga kesulitan membuang sampah bekas ma­kanan atau minuman, sehingga membuat sampah berserakan.

"Ini jadi bersih karena ada petugas kebersihan yang mem­bersihkan sampah. Harusnya dise­diakan banyak tempat sampah, biar kami juga bisa mengajarkan anak supaya tidak buang sampah sembarangan," sesalnya.

Kritik juga disampaikan pen­gunjung lain, Mulyadi. Pria yang sudah tiga kali mengajak sang anak berwisata di Setu Babakan ini, mengaku kecewa karena acara budaya Betawi tak ada saat keluarganya berkunjung.

Dia menyarankan, pada masa liburan seperti saat ini, sebai­knya pihak pengelola memper­banyak berbagai atraksi kesenian Betawi. Tujuannya untuk lebih mengenalkan budaya Betawi kepada anak-anak. "Katanya ini perkampungan Betawi. Masak tidak ada pergelaran kesenian dan budaya Betawi," tandas war­ga Cimpedak, Jagakarsa ini.

Kendati begitu, Mulyadi mengapresiasi sarana dan prasarana yang berada di kawasan tersebut. Meski masih ada kekurangan, dia menilai, Setu Babakan su­dah cukup baik sebagai tempat wisata. Dia hanya menyoroti masalah kurangnya acara kes­enian Betawi itu.

"Dari dulu ciri khas Setu Babakan itu budaya Betawi. Kalau begini, Setu Babakan tak jauh beda dengan wisata di setu lain­nya," ucapnya.

Dia pun meminta agar pen­gelola Setu Babakan memper­banyak pentas kesenian bu­daya Betawi di tempat tersebut. Terutama ketika musim libur sekolah seperti sekarang. Sebab, pada waktu inilah banyak pen­gunjung membawa anak kecil. Supaya anak-anak mengerti seni budaya Betawi.

"Kalau bisa, Sabtu dan Minggu juga. Akhir pekan itu saya tahu, kebanyakan pengunjungnya anak muda. Remaja sekarang kan banyak yang tidak kenal budaya Betawi. Jadi, harus dike­nalkan," tandasnya.

Latar Belakang
Setu Babakan Jadi Cagar Budaya Betawi Untuk Gantikan Condet


Setu Babakan mengacu dari nama situ atau Danau Babakan di Komplek Pusat Perkampungan Budaya Betawi (PBB), Jalan Kahfi II, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Kawasan tersebut memilikiluas 289 hektar, dimana dari 64 persen yang dikelola Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI, barusekitar 70 hektar yang telahdibangun. Kawasan Setu Babakan terbagi menjadi tigazona, yaitu Zona A, Zona Embrio, dan Zona C.

Setu Babakan adalah kawasan hunian yang masih kuat dan murni, baik dari sisi budaya, seni pertunjukan, jajanan, busana, rutinitas keagamaan, maupun bentuk rumah Betawi.

Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi, seperti memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Perkampungan ini didiami setidaknya 3.000 kepala keluarga.Sebagian besar penduduknya adalah orang asli Betawi yang sudah turun temurun tinggal di daerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya adalah para pendatang, seperti dari Jawa Barat, jawa tengah, Kalimantan yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di kawasan ini.

Setu Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemprov DKI Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi. Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, sebenarnya merupakan objek wisata yang terbilang baru.

Peresmiannya pada 2004, yakni bersamaan dengan perin­gatan HUT DKI Jakarta ke-474. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan me­lestarikan budaya khas Betawi, seperti bangunan, dialek bahasa, seni tari, seni musik, dan seni drama.

Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak ta­hun 1996. Sebelum itu, Pemprov DKI juga pernah berencana menetapkan Condet, Jakarta Timur, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi.

Namun, rencana itu batal karena seiring perjalanan waktu, perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa budaya Betawi. Dari pengalaman ini, Pemprov DKI kemudian mer­encanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan tersebut.

Melalui SK Gubernur No 9 Tahun 2000, dipilihlah perkam­pungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sejak tahun penetapan ini, pe­merintah dan masyarakat mulai berusaha merintis dan mengem­bangkan perkampungan terse­but sebagai kawasan cagar budayayang layak didatangi para wisatawan.

Setelah persiapan dirasa cu­kup, pada 2004, Setu Babakan diresmikan Gubernur DKI Sutiyoso, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sebelum itu, perkampungan Setu Babakan juga merupakan salah satu ob­jek yang dipilih Pacifik Asia Travel Association (PATA) se­bagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATAdi Jakarta pada Oktober 2002.

Sebagai sebuah kawasan cagar budaya, Setu Babakan tidak hanya menyajikan pagelaran seni maupun budaya, melainkan juga menawarkan jenis wisata alam, yakni wisata danau. Dua danau, yakni Mangga Bolong dan Babakan, di perkampungan ini biasanya dimanfaatkan wisatawan untuk memancing atau sekadar bersenda gurau dan menikmati suasana di pinggir danau.

Wisatawan yang berkun­jung ke perkampungan ini juga dapat berkeliling ke perkebu­nan, pertanian, serta melihat tanaman-tanaman khas Betawi di pelataran rumah-rumah pen­duduk. Apabila berkunjung ke pelataran rumah penduduk, tak jarang pengunjung akan dipetikkan buah sebagai tanda penghormatan.

Jika tertarik untuk memetik dan berniat membawa pulang buah-buahan tersebut, maka pengunjung dapat membelinya dengan terlebih dulu bernego­siasi harga dengan pemiliknya. Buah-buahan yang tersedia di perkampungan ini antara lain belimbing, rambutan, buni, jam­bu, dukuh, menteng, gandaria, mengkudu, nam-nam, kecapi, durian, jengkol, dan kemuning.

Sebagai sebuah kawasan cagar budaya, Perkampungan Setu Babakan hingga saat ini telah di­lengkapi fasilitas-fasilitas umum, seperti tempat ibadah, panggung pertunjukan seni, tempat ber­main anak-anak, teater terbuka, wisma, kantor pengelola, galeri, pertokoan suvenir krendang, dan masih banyak lagi.

Selain itu, di Setu Babakan jugatelah dibangun dua jembatan gantung, sehingga pengun­jung dapat menyinggahi pulau buatan di tengah Setu Babakan.

Setu Babakan juga menjadi salah satu tempat favorit ber­sepeda santai di Jakarta Selatan. Meski demikian, untuk semen­tara baru zona Embrio saja yang sudah rampung. Khusus untuk bangunan wisma ada teater terbuka dipadu perkampungan adat modern.

Setiap bulan biasanya ada ge­laran pentas seni Betawi di pang­gung pementasan zona Embrio. Khususnya bagi seluruh sanggar di lima wilayah DKI yang ter­daftar di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI.

Nanti setelah zona Aselesai, pengunjung bisa menikmati museum, panggung terbuka ala koloseum, dan panggung tertutup berkapasitas 500 pe­nonton. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA