Ada empat bus yang meÂnganÂtarkan anggota Dewan PerÂwaÂkiÂlan Daerah (DPD) periode 2014-2019 ke Lemhanas. Malam seÂbeÂlumnya, anggota DPD menginap di tiga hotel yang disediakan: BoÂrobudur, Mercure dan Aryaduta.
Anggota DPD itu akan “disÂeÂkoÂlahkan†di Lemhanas untuk meÂmantapkan wawasan kebangÂsaÂan. Ucapan selamat datang diÂsampaikan lewat spanduk di pagar belakang kompleks Lemhanas.
Sesampai di gedung Dwi WarÂna, anggota DPD diminta untuk melakukan registrasi. Di meja abÂsensi sudah tertera dafÂtar nama anggota DPD yang akan meÂngiÂkuti kursus di LemÂhanas ini. PeÂserta kursus diminta meÂmÂbuÂbuÂhÂkan paraf sebagai bukti kehadiran.
Usai paraf, peserta mendapat kartu identitas yang harus dikaÂlungkan di leher dan buku panÂduan. Seorang perempuan angÂgota panitia mengarahkan peserta yang sudah paraf untuk foto di ruangan. Foto itu untuk ditempel di ijazah.
Tiba lebih cepat sebelum kurÂsus dimulai, Dedi Iskandar BatuÂbara, anggota DPD asal Sumatera Utara terlihat menyeruput kopi ditemani makanan ringan yang disediakan panitia. Di depan aula sebelum mengikuti kegiatan.
Pria berusia 35 tahun yang meÂngantongi dukungan 430.516 suaÂra pada Pemilu 9 April lalu itu, telah mempersiapkan diri meÂngikuti kursus di Lemhanas.
“Saya sempat belajar semalam di hotel,†katanya. Ia menginap di Hotel Aryaduta. Dedi merasa pembekalan ini penting karena dia orang baru di DPD.
Sekitar pukul 8, angÂgota DPD diminta memasuki aula. Dari jumlah paraf di lembar regisÂtrasi, hanya 113 anggota Dewan yang hadir. Jumlah seluruh angÂgota DPD berjumlah 132 orang. Meski jumlah pesertanya tak geÂnap, kegiatan tetap dimulai.
Sebelum kursus dibuka resmi, peserta mengikuti geladi. Tak lama setelah Gubernur Lemhanas Prof. Budi Susilo Supandji dan KeÂtua DPD Irman Gusman meÂmaÂsuki aula, acara dimulai.
Dalam sambutannya, Budi Susilo menjelaskan, ada empat metode pembekalan terÂhadap anggota DPR. Yakni, leÂwat ceÂramah atau tanya jawab, diskusi panel, dialog, dan outÂbond. SeÂjak DPD berdiri 2004, baru kali angÂgotanya diikutkan dalam kursus di Lemhanas.
“Bukan hal mudah bagi angÂgota DPD mengembangkan tugas sebagai wakil rakyat di tengah keÂterbukaan informasi. Karena itu dibutuhkan sikap dan cakÂrawala pandang yang luas agar tiÂdak terjebak konflik keÂpenÂtiÂngan,†ujar Susilo saat membuka acara pembekalan.
Irman Gusman meÂnambahkan, kerja sama ini renÂcaÂnanya akan menjadi agenda jangka panjang DPD bersama LemÂhanÂnas. MeÂlalui pelatihan ini, Irman berÂhaÂrap, angÂgotanya tidak hanya seÂkadar paÂham kondisi di daeÂrahÂnya. Tapi juga memiliki wawasan keÂbangÂsaan nasional yang luas.
“Ada yang lebih tinggi dari seÂkeÂdar daerah, tapi bagaimana menÂjaga keutuhan NKRI, BhineÂka Tunggal Ika, memaknai unÂdang-undang dasar dan meÂngÂamalkan Pancasila. Bagaimana mengimplementasikannya tentu perlu diberikan pemahamam,†kata Irman.
Pembekalan ini akan berÂlangÂsung selama delapan hari. Mulai Senin kemarin hingga Senin peÂkan depan. Berdasarkan jadwal, para Senator itu hanya akan berÂada di LemÂhanas hingga Jumat. Akhir pekan, mereka akan melaÂkukan outbond. LokasiÂnya keÂmungkinan di luar kota.
Hari pertama kursus, hanya tiga materi yang diberikan kepada anggota DPD. Yakni pengenalan lembaga, pemberdayaan wilayah dan pertahanan negara dalam perspektif geopolitik maupun geostrategi Indonesia, dan imÂplementasi wasantara dalam keÂhidupan bermasyarakat, beÂrÂbangÂsa dan bernegara.
Suasana pembekalan seperti diskusi ala meja makan. Puluhan meja bundar berselimut taplak hijau muda disediakan untuk anggota DPD. Setiap meja hanya setengah lingkaran yang diisi, yang menghadap ke podium di muka ruangan.
Azan Dzuhur berkumandang, waktunya istirahat. Para angÂgota beristirahat sekaligus makan siang. Usai makan siang, gong berÂÂdiaÂmeter 30 cm dipukul di temÂpat maÂÂkan. Ini cara meÂmangÂgil peÂserta untuk masuk ke aula. Gong dipukul lima menit sebelum pemÂbekalan dilanjutÂkan. Beberapa anggota DPD tampak terkekeh melihat cara memanggil ini.
Materi yang diberikan selepas maÂkan siang adalah pemberÂdaÂyaan wilayah dan pertahanan neÂgara dalam perspektif geopolitik dan geostrategi Indonesia. PemÂberi materinya Gubernur LemÂhanas. Beberapa anggota DPD tampak antusias ketika masuk sesi diskusi. Dalam sesi ini, seÂorang anggota DPD akan diÂtunÂjuk untuk menyampaikan perÂtanyaan mewakili provinsinya.
Mewakili Provinsi DKI JaÂkarta, Fahira Idris maju ke podiÂum. PutÂri bekas Menteri PerinÂdustrian Fahmi Idris itu mengÂangkat soal kehidupan penduduk di perÂbatasan. Ia meÂnyebutkan, 10 desa di Kecamatan Long Aparim Mahakam Ulu, KaÂliÂmantan Timur, ingin bergabung dengan Malaysia, menjadi dasar. Ia bertanya apa yang harus diÂlakukan DPD menghadapi perÂsoalan ini.
“Jawaban Prof, ternyata perlu perÂhatian dari pemerintah. Dari situ kita yakin, memang harus seÂring turun ke daerah, karena kita wakil mereka,†tegasnya.
Pembekalan hari pertama berÂlangsung hingga menjelang MagÂrib. Empat bus hitam terlihat berjajar di lobby aula Dwi Warna untuk mengantarkan anggota DPD ke hotel.
Tak semua anggota DPD naik bus itu. “Kalau saya nggak tingÂgal di hotel, di rumah saja. Di hoÂtel juga tidak ada agenda apa-apa,†ujar Fahira.
Diantar Jemput Dari Hotel Naik Bus LemhanasAnggota DPD yang mengiÂkuti kursus pembekalan di LemÂhanas selama pekan diinapkan di tiga hotel. Ada empat bus LemÂÂhanas yang akan menÂjemÂput ke hotel. Sore hari bus yang sama akan mengantarkan peÂserta pembekalan ke hotel.
Setiba di hotel usai mengikuÂti kursus, tidak agenda kegiatan untuk anggota DPD. “Tidak ada acara apa-apa,†ungkap Dedi IsÂkandar Batubaru, anggota DPD dari Sumatera Utara.
Bekas dosen mata kuliah PanÂcasila di Universitas Al WaÂsÂhliÂyah (UNIVA) Medan itu meÂnyaÂyangkan, tidak ada kegiatan untuk anggota DPD pada maÂlam hari. Ia menyarankan agar pembekalan di perpanjang samÂpai malam hari agar tak banyak waktu yang terbuang percuma di hotel.
Senator berusia 35 taÂhun ini, berencana mengisi maÂlam deÂngan membaca lagi maÂteri yang sudah diberikan pada siang hari. Ia bisa leluasa meÂngulang “peÂlajaran†lantaran tinggal sendiri di kamar hotel. Anggota DPD yang mengikuti pembekalan mendapat kamar yang ditempati sendirian. MeÂreÂka dilarang membawa keluarga.
Berasal dari daerah, Dedi curÂhat susahnya mencari tempat tingÂgal di ibukota. Apalagi yang dekat dengan kantor DPD. HarÂga sewa apartemen di sekitar SeÂnayan selangit. Ia pun memuÂtuskan mencari tempat tinggal yang agak jauh, yakni di ApaÂrÂtemen Mediterania GarÂden, Tanjung Duren, Jakarta Barat. Harga sewanya Rp 8 juta per bulan.
Ia tak akan lama-lama meÂnyeÂwa di tempat ini. “Paling satu buÂlan saja,†katanya sembari meÂnyatakan masih mencari tempat yang lebih sederhana di kawasÂan pemukiman dan dekat masjid.
Dedi masih memunggu DPD memberikan fasilitas tempat tingÂgal bagi anggota yang berÂasal dari luar Jakarta. “Tunggu puÂtusan DPD saja bagaimana,†katanya.
Fahira Idris, anggota DPD asal DKI Jakarta tetap tinggal di rumahnya meski nanti DPD menyediakan fasilitas tempat tinggal. Ketika DPD menggelar kursus pembekalan untuk angÂgota baru di Lemhanas, dia meÂmilih pulang ke rumah ketÂimÂbang menginap di hotel yang disediakan.
Dia bisa leluasa pulang ke ruÂmah karena anggota DPD tak diÂkarantina saat mengikuti kursus di Lemhanas selama sepekan. Sore hari usai pembekalan, dia puÂlang ke rumah. Besok pagi daÂtang langsung ke Lemhanas.
Sejak DPD berdiri pada 2004, baru tahun ini anggota-angÂgoÂtanya mengikuti kursus di LemÂhanas. Kegiatan memberikan pembekalan kepada wakil daeÂrah ini merupakan kerja sama Lemhanas dengan DPD.
Kursus berlangsung selama tujuh hari penuh. Anggota DPD tidak diharuskan mengikutinya. Alhasil, hanya 90 persen angÂgota DPD yang tercatat meÂlaÂkuÂkan registrasi pada pagi keÂmarin. ***