Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Belum Ada Penumpang, Ngetemnya Lima Menit

Ngintip Terminal Terpadu Pulogebang

Minggu, 05 Januari 2014, 10:51 WIB
Belum Ada Penumpang, Ngetemnya Lima Menit
Terminal Bus Terpadu Pulogebang, Jakarta Timur
rmol news logo Pembangunan Terminal Bus Terpadu Pulogebang, Jakarta Timur telah rampung. Namun hingga kini terminal yang menghabiskan dana hampir Rp 500 miliar itu belum dioperasikan.

Bagaimana kondisi terminal yang disebut-sebut terbesar di Asia Tenggara ini? Yuk kita intip.
 
Gedung beratap model parasut biru itu terlihat megah di pinggir jalan tol Lingkar Luar Jakarta. Plang berukuran besar berwarna hijau menyambut di gerbang masuk.

“Terminal Bus Terpadu Sentra Timur Pulo Gebang,” tulisan di plang itu.

Di gerbang itu, pagar seng masih menutup sebagian area masuk ke terminal yang dibangun di atas area seluas 9 hektar itu. Selepas gerbang, jalan terbelah. Jalan di sebelah kiri mengarah ke tempat parkir kendaraan. Sebuah pos masuk ditempatkan di depan area parkir di lantai dasar. Tempar parkir ini cukup luas. Beberapa kendaraan terlihat parkir di sini.

Jalan berikutnya menuju ke area terminal. Jalannya menanjak dan melingkar. Tiba di atas terlihat gegdung utama membelah area terminal. Tiga gedung lainnya dengan model atap sama berdiri sejajar dengan dengan gedung utama yang berlantai lima.

Gedung-gedung di sini masih kosong. Rencananya, gedung-gedung itu akan difungsikan untuk gedung transit bus TransJakarta, kantor UPT dan lainnya. Juga akan tersedia fasilitas seperti mal, hyper market, ritel, factory outlet dan SPBU.

Di sela-sela gedung itu terdapat area luas untuk jalur-jalur bus menaikkan dan menurunkan penumpang. Area terminal ini dibagi dua. Untuk angkutan dalam kota serta busway, dan angkutan antar kota antar provinsi (AKAP).

Beberapa angkutan umum KWK warna merah ngetem di jalur-jalur ini. Sebuah bus Transjakarta terlihat parkir di samping gedung di tengah.

Hanya ada dua KWK yang yang rutin masuk ke terminal ini. Yakni KWK 22 jurusan Pulogadung-Pulogebang yang melewati kawasan Rawa Kuning dan KWK 29 jurusan Pulogadung yang melewatil kawasan Palad.

Deden, seorang sopir KWK 29 mengatakan diwajibkan masuk ke terminal sejak terminal jadi. Walaupun tidak ada penumpang yang naik maupun turun dari terminal ini. “Kami wajib masuk ke sini. Sudah sejak zaman Foke. Setelah mangkal lima menit di sini, kemudian disuruh keluar lagi,” katanya.

Deden dan kawan-kawannya patuh terhadap perintah Dinas Perhubungan DKI yang meminta mereka masuk terminal kendati belum ada penumpang. “Toh kami bisa ambil penumpang di terminal juga,” alasannya.

Ia berharap Terminal Pulogebang segera dioperasikan agar ramai penumpang. “Mungkin kalau sudah dioperasikan penghasilan kami bisa meningkat. Nantinya banyak bus antar kota ke sini,” harap Deden yang dipatok setoran Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu per hari.

Hasbullah, staf keamanan UPT Terminal Pulogebang mengatakan dalam sehari 200 angkutan kota yang masuk ke terminal.

“Angkot-angkot itu sehabis muter-muter penumpang di jalan umum ya balik ke terminal. Kalau penumpang yang ke sini belum ada,” akunya.

Begitu dengan bus Transjakarta. Kata dia, bus Transjakarta setelah dari Terminal Pondok Kopi, Jakarta Timur memutar ke sini. Terminal ini masih uji coba. Semoga dalam waktu tak lama bisa dioperasikan,” harapnya.

Uji coba sudah berlangsung hampir setahun. Selain lewat gerbang utama, ada beberapa pintu masuk maupun keluar area terminal. Pengamatan Rakyat Merdeka, beberapa jembatan pintu masuk maupun belum selesai.

Jembatan layang untuk masuk maupun keluar kendaraan masih terputus. Pintu masuk dan keluar itu didesain melingkar dari Jalan Raya Pulogebang maupun langsung mengarah ke jalan tol Lingkar Luar Jakarta.

Akses dari Jalan Pulogebang untuk angkutan kota dan bus Transjakarta. Sedangkan akses dari jalan tol untuk bus-bus AKAP.

“Kalau terminalnya sendiri sih sudah siap beroperasi, tetapi akses jalan yang harusnya langsung menuju ke atas (terminal) belum selesai. Seperti yang di depan itu, masih belum selesai,” ujar Fasokhi, staf keamanan UPT Terminal Pulogebang.

Menurut dia, sudah dua tahun pengerjaan jalan masuk terminal ini tak rampung-rampung. Ada dua jembatan layang yang menjadi akses masuk ke area terminal di lantai dua. Letaknya di sisi barat dan timur. Keduanya berbentuk melingkar. “Dua-dua masih menggantung,” katanya.

Ia mendengar kabar pengerjaan jembatan layang untuk akses masuk mandeg karena terjadi pergantian kontraktor. “Katanya dalam waktu dekat mau dikerjakan lagi,” ujar Sokhi.

Terminal Terpadu Pulogebang dirancang menjadi pusat transportasi massal dari dan menuju pusat kota. Terminal dua lantai yang memiliki daya tampung 2.997 unit bus ini akan dioperasikan untuk bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).

Bus yang akan mengantar penumpang ke sejumlah tujuan luar kota langsung jalan tol setelah keluar terminal. Ini bisa mengurangi kemacetan di dalam kota Jakarta. n JON

Ruang Tunggu Penumpangnya Seperti Bandara


Terminal Terpadu Pulogebang akan dilengkapi dengan sistem modern dalam pengoperasiannya. Salah satunya sistem pembelian tiket secara elektronik.

“Sistemnya pakai smart card nggak bisa ada pungli dan calo. Konsep kita ingin memberikan fasilitas lebih baik, kemudahan dan kenyamanan di terminal. Dijamin nggak akan ada calo, kan semuanya pakai sistem nantinya,” kata Kepala Satuan Operasional Terminal Bus Terpadu Pulogebang Umbul Gunawan ketika memulai uji coba pada  April 2013.

“Penumpang tinggal pesan tiket di lantai mezanine terus tinggal masuk ke dalam terminal dan naik ke lantai 2. Penumpang tinggal menunggu info di ruang tunggu,” terangnya.

Menurut Umbul, semua prose situ bisa terpantau di layar LED yang disediakan di sejumlah titik di terminal ini. Juga terpantau di kantor pengelola.

Umbul menyebutkan, terminal ini menyediakan 13 jalur dalam kota dan 28 untuk peron bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dengan jumlah kendaraan sebanyak sekitar 4.000 bus dan sekitar 242 Perusahaan Otobus (PO), diantaranya Sinar Jaya, Dedi Jaya, Dewi Sri, dan lain-lain.

“Konsepnya antara penumpang dan kendaraan tidak berbaur di emplacement. Arus penumpang hanya di lantai mezzanine, sementara di lantai 2 hanya diperuntukkan untuk arus keluar masuk kendaraan,” jelasnya.

Konsep terminal ini sama seperti bandar udara. Penumpang menunggu setelah boarding di ruang khusus. Penumpang baru diperkenankan naik setelah penumpang siap.

Ruang tunggu penumpang di terminal ini berada di lantai mezzanine. Setelah bus dan diparkir di jalur, penumpang baru naik ke area terminal. Di samping jalur bus, ada pintu keluar dari ruang tunggu penumpang. 

Pengganti Terminal Pulogadung, Habiskan Dana Rp 448 Miliar


Terminal Terpadu Pulogebang dibangun untuk menggantikan Terminal Pulogadung yang sudah tak memadai lagi untuk menampung penumpang tujuan dalam dan luar kota. Proyek pembangunannya dimulai di era gubernur Fauzi Bowo.

Menurut dia, kehadiran Terminal Pulogebang ini juga dapat membantu mengurangi simpul-simpul kemacetan di ibu kota. Terutama di jalan Jalan Raya Bekasi dan Jalan Perintis Kemerdekaan, tempat Terminal Pulogadung berada.

“Saya yakin betul belum ada terminal semegah dan sebesar ini di Indonesia. Niat Pemprov DKI menjadikan kawasan ini sebagai terminal terpadu memang sudah lama.

Baru sekarang inilah terlaksana dengan baik, memindahkan terminal Pulogadung ke Pulogebang ini,” ujar Fauzi saat soft launching, 23 Juni 2012.

Saat itu dia sesumbar bahwa terminal sekelas bandar udara ini sudah bisa beroperasi 100 persen pada Oktober tahun yang sama.

“Sementara untuk mudik lebaran belum bisa, karena lebaran jatuh pada bulan Agustus, sedangkan pembangunan fisik terminal baru ranpung 100 persen sekitar tanggal 15 Oktober,” ujarnya.

Fauzi juga menambahkan kata “Sentra Timur” di nama terminal ini. Alasannya, terminal ini berada di kawasan Sentra Timur. Ini juga untuk menyosialisasikan nama Sentra Timur di masyarakat.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta, Udar Pristono, mengatakan, terminal ini dibangun dengan anggaran Rp 448,6 miliar. Sesuai rencana awal, total luas lahan terminal ini mencapai 14,01 hektar. Namun saat ini yang terealisasi baru 9,08 hektar. Perlu dilakukan pembebasan lahan lagi agar luas terminal bisa sesuai rencananya. Untuk pembebasan lahan itu dibutuhkan anggaran Rp 60 miliar.

“Di terminal Pulogebang ini penumpang dibuat nyaman dan aman. Sebab ada ruangan khusus untuk pejalan kaki. Sehingga tidak ada lagi orang berjalan di emplasement terminal. Terminal ini juga menyediakan†park and ride sehingga pemilik kendaraan dapat memarkir kendaraannya dan beralih ke angkutan umum,” katanya.

Selain itu juga disiapkan sarana dan prasarana bagi penyandang disabilitas. Terminal ini juga terkoneksi langsung dengan Jalan Tol Lingkar Luar Ruas Cikunir-Tanjungpriok dan Stasiun Cakung.

Sedangkan Terminal Pulogadung, nantinya akan dijadikan disesuaikan dengan tata ruang yang ada yakni akan dijadikan sebagai lahan multi guna. Antara lain untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), terminal bus Transjakarta.

Target pengoperasian penuh pada Oktober 2012 ternyata meleset. Hingga awal 2014, terminal ini masih taraf uji coba. Hanya KWK dan bus Transjakarta yang masuk ke terminal walaupun belum ada penumpang.

Dua akses jalan masuk ke sisi barat dan timur ini juga belum selesai. Jembatan layang untuk akses masuk ke area terminal di lantai dua masih terputus.

Musim Hujan, Jalan Masuk Tertutup Air


Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sempat meninjau keadaan Terminal Terpadu Pulogebang pada Januari 2013. Saat itu terminal ini sudah diuji coba sekitar enam bulan.

Pria yang akrab disapa Jokowi itu pun terkejut. Pintu depan dari terminal yang digadang-gadang akan menjadi terminal terbesar se-Asia Tenggara itu dipenuhi genangan air hujan.

Bahkan, lantai paling atas pun juga tergenang air hujan. Kebetulan, saat Jokowi melakukan sidak terminal, lokasi terminal dalam keadaan gerimis.

Kedatangan Jokowi ini disambut Kepala Pembinaan Penggunaan Lalu Lintas Angkutan Jalan Dinas Perhubungan DKI Jakarta Tiodor Sianturi. Keduanya pun tampak terlibat percakapan serius.

Tiodor mengungkapkan problem yang dihadapi instansinya untuk menyelesaikan pembangunan terminal ini. “Ada problem di (pembebasan) tanah yang masih ada sisa sekitar 1,4 hektar di tahun 2013 dan juga masalah air yang tergenang,” jelasnya.

Sementara itu, Jokowi mengatakan bahwa kelemahan terbesar dalam pembangunan Terminal Pulo Gebang adalah kurangnya manajemen kontrol lapangan.

“Seharusnya pekerjaan-pekerjaan seperti ini, kalau terencana, ya seharusnya nggak ada lagi karena memang kelemahan kita itu di manajemen kontrol lapangan,” katanya.

Jokowi pun segera memberi perintah kepada pihak terkait untuk dapat memperbaiki hal-hal yang masih menjadi kekurangan di Terminal Pulogebang.

“Mungkin drainasenya perlu dilebari. Mungkin kemiringannya yang perlu diperbaiki lagi. Oleh sebab itu, itulah yang namanya manajemen kontrol lapangan yang diperlukan. Kalau saya nggak ke sini, nggak tahu. Kalau enggak tahu ya berarti saya enggak bisa membetulkan, saya nggak bisa memperbaiki,” kata Jokowi.

Selain dua permasalahan yang disebutkan di atas, Jokowi juga mengatakan bahwa akses dari Terminal Pulogebang menuju jalan tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer Ring Road/JORR) juga belum selesai.

“Di sini untuk jalan masuk ke tol juga belum. Semuanya pengin kita kebutlah jangan sampai ini terlalu lama diam. Kalau diam nanti pasti ada yang rusak,” kata Jokowi. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA