Otoritas Tinggi Independen untuk Pemilu Tunisia (ISIE) mengumumkan bahwa Saied memperoleh 90,7 persen suara.
"Sementara Zouheir Maghzaoui dari partai Gerakan Rakyat nasionalis pan-Arab menerima 1,97 persen dan politisi yang dipenjara Ayachi Zammel menerima 7,35 persen," kata presiden ISIE Farouk Bouasker.
Dalam pidato kemenangannya, Saied berjanji akan membela Tunisia dari ancaman dalam dan luar negeri.
"Kami akan membersihkan negara ini dari semua koruptor dan penipu," ujarnya, seperti dikutip dari Associated Press pada Selasa, 8 Oktober 2024.
Kemenangan Saied dinodai oleh rendahnya jumlah pemilih. Pejabat pemilu melaporkan 28,8 persen pemilih berpartisipasi pada pemungutan suara 6 Oktober lalu.
Jumlah yang jauh lebih sedikit daripada putaran pertama dari dua pemilu pasca-Musim Semi Arab lainnya di negara itu.
Saied memenangkan masa jabatan pertamanya pada tahun 2019 dengan janji untuk memberantas korupsi.
Pada tahun 2021, ia mengumumkan keadaan darurat, menangguhkan parlemen, dan menulis ulang konstitusi untuk mengonsolidasikan kekuasaan presiden.
Rakyat Tunisia dalam sebuah referendum menyetujui konstitusi yang diusulkan presiden setahun kemudian, meskipun jumlah pemilih menurun drastis.
BERITA TERKAIT: