Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dermaga Dari Kotak Plastik, Minim Fasilitas Pengaman

Ngintip Waterway Di Muara Baru

Senin, 25 Februari 2013, 09:29 WIB
Dermaga Dari Kotak Plastik, Minim Fasilitas Pengaman
ilustrasi, Waterway
rmol news logo Fasilitas angkutan untuk warga Jakarta bertambah. Waterway yang mangkrak selama lima tahun dihidupkan lagi. Untuk tahap awal angkutan air disediakan untuk warga korban banjir Muara Baru yang direlokasi ke Rusun Marunda, Jakarta Utara.

Pengoperasian angkutan air dimulai Kamis lalu, bersamaan dengan dibukanya koridor busway Tanjung Priok-Pluit. Seperti apa waterway yang melayani rute Muara Baru-Marunda ini?
 
Di Muara Baru, dermaga waterway terletak di kawasan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Baru. Untuk mencapai dermaga ini melalui lahan parkir TPI. Tempat ini parkir ini persis berada di pinggir laut. Dipisahkan oleh tanggul.

Di atas tanggul ini dipasang spanduk yang memberitahukan waterway telah beroperasi. Tangga dan jembatan dibangun di atas tanggul. Semuanya dari kayu. Panjang jembatan empat meter dengan lebar dua meter. Untuk pengaman di sisi kiri dan kanan jembatan dibuat pembatas. Juga dari kayu. Jembatan menuju dermaga tampak masih baru. Kayunya belum dicat maupun dipernis.

Setelah melewati tanggul, ada undakan menurun yang berujung di dermaga. Dermaga untuk merapat kapal terbuat dari rangkaian kotak-kotak dari plastik. Kotak plastik ini memiliki rongga di dalamnya berisi udara. Sehingga bisa mengapung ketika ditaruh di air.

Dermaga itu berukuran 2x10 meter. Agar tak terbawa arus, lantai dermaga diikat dengan balok yang ditancapkan ke dasar laut. Juga ada tali yang mengikat lantai dermaga dengan tanggul.

Di sekeliling di lantai dermaga itu ada tiang-tiang setinggi satu meter dari plastik. Tiang-tiang itu tampaknya untuk pembatas. Tapi tidak dipasang tali yang menghubungi antar tiang, untuk tempat pegangan maupun pencegah orang tercebur ke laut.

Dermaga itu juga tak dilengkapi dengan atap. Begitu di jembatan yang menuju dermaga. Ketika hujan, orang yang hendak naik maupun turun bakal basah. Penerangan? Tidak ada.

Anak-anak kecil terlihat bermain layang-layang di atas jembatan itu. Mereka memilih bermain di sini karena posisi jembatan lebih tinggi. Sehingga lebih mudah mencari angin untuk menerbangkan layang-layang.

Saat Rakyat Merdeka berkunjung, dermaga ini kosong. Ke mana kapal yang hendak mengangkut penumpang? Rupanya pelayaran dari Muara Baru ke Marunda tak dibuka sepanjang hari. Begitu rute sebaliknya.

Di spanduk yang dibuat Dinas Perhubungan DKI Jakarta disebutkan, kapal berangkat Marunda menuju Muara Baru pukul tujuh pagi. Sore hari pukul 16.30 WIB, kapal itu baru melayani rute Muara Baru-Marunda.

Untuk tahap awal, waterway ini memang disediakan untuk warga Muara Baru yang direlokasi ke Rusun Marunda. Letak rusun itu terletak di pinggir laut. Pagi hari kapal mengantar warga yang tinggal di Rusun ke tempat kerjanya di Muara Baru. Sore untuk mengantar pulang.

Kapal bisa mengangkut 24 orang sekali jalan. Rute Muara Baru-Marunda maupun sebaliknya ditempuh lewat jalur laut. Dari Muara Baru, kapal menyusuri pinggir laut Jakarta hingga sampai ke Marunda sejauh 11 mil laut atau sekitar 20 kilometer. Lama pelayaran sekitar 30 menit.

Yudha, petugas Dishub DKI yang berjaga di dermaga mengatakan, dua kapal yang akan melayani rute waterway masih bersandar di dermaga Marunda.

Tak jauh dari dermaga ada pos untuk petugas Dishub DKI yang mengoperasikan angkutan ini. Setiap hari ada empat petugas yang ditempatkan di dermaga ini membantu kapal berstandar, menaikkan dan menurunkan penumpang.

Hingga jam lima sore, tak terlihat kapal merapat ke dermaga ini. “Kata kawan di sana (Marunda) tidak ada mau naik,” kata Yudha. Yudha dan rekan-rekan pun pulang karena waktu kerjanya sudah habis.

Saat Rakyat Merdeka berkunjung, Sihar Siholan dari Dinas Kelautan dan Perikanan DKI Jakarta juga ada di dermaga. Sambil menelepon, dia melihat-lihat kondisi dermaga ini. Ia sempat membungkuk-bungkuk melihat kondisi tiang pondasi dan jembatan menuju dermaga. “Mantau aja, karena ini di luar area pelabuhan,” ujarnya.

Tak jauh dari dermaga waterway terlihat puluhan kapal nelayan bersandar. Nyaris tidak ada tempat kosong karena dipenuhi kapal. Tempat kapal-kapal itu di luar area tempat pelelangan ikan. “Nggak resmi itu, di luar pelabuhan,” kata Sihar.

Walaupun tak bersandar di TPI, menurut dia, kapal-kapal nelayan itu itu tak mengganggu rute waterway.

Mau Hemat Ongkos, Jajal Naik Waterway


Setelah Muara Baru kebanjiran Syarifuddin memutuskan pindah ke Rusun Marunda. Ia menempati Blok 9 yang terletak di Cluster B. Ia menyambut baik adanya angkutan langsung rusun ke Muara Baru.

Sehari-hari dia bekerja di kawasan perikanan Muara Baru. Setelah pindah ke Marunda, dia harus merogeh kocek Rp 22 ribu sehari untuk transportasi pergi dan pulang dari rusun ke tempat kerja.

“Dua kali naik angkot, ya sebelas ribu sekali jalan. Belum macetnya, bisa“berjam-jam perjalanan,” papar Syarifudin. Dengan disediakan waterway untuk penghuni Rusun Marunda, dirinya bisa menghemat ongkos transportasi.

Menjelang azan Ashar, Syarifuddin sempat menengok ke dermaga waterway di Muara Baru. Tujuan untuk mencari jadwal kapal yang akan berlayar ke Marunda. Kapal berangkat pukul 16.30 WIB.

Setelah tahu jadwal keberangkatan kapal, dia balik ke tempat kerjanya.“Mau ngurusin ikan lagi,” katanya.

Tak lama berselang, datang Muslim. Ia juga warga Muara Baru yang bersedia direlokasi ke Rusun Marunda. Sama seperti Syarifuddin dia kebagian di Cluster B.Tapi berbeda blok.

Buruh di tempat pelelangan ikan (TPI) ini juga datang ke dermaga untuk mencari jadwal keberangkatan kapal ke Marunda.“Katanya sudah jalan kok nggak kapalnya,”  kata Muslim.

Dia mengaku ingin segera menggunakan waterway. Selama ini dia pergi dan pulang kerja dari Marunda ke Muara Baru menggunakan sepeda motor. Kata dia, perjalanan pergi dan pulang bisa berjam-jam karena lalu lintas macet.

“Kayaknya lebih cepat kalau naik kapal,” katanya sambil nyengir. Dalam spanduk pengumuman yang dipasang dekat dermaga, disebutkan lama perjalanan Muara Baru-Marunda 30 menit.

Menurut dia, banyak penghuni Rusun Marunda yang belum tahu waterway. Namun Muslim yang sehari-hari bekerja di TPI Muara Baru melihat ada pembangunan di pinggir tempat parkir yang berbatasan dengan laut.

Dari mulut ke mulut, Muslim mendengar informasi bakal ada waterway. Ia melihat dermaga untuk angkutan air ini dibangun beberapa hari menjelang diluncurkan. “Mudah-mudahan bisa berjalan dengan baik,” harapnya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA