Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Lagi Haji, Mega Telepon Rieke ‘Oneng’ Dari Arab

Parpol Masih Utak-atik Pasangan Pilgub Jawa Barat

Senin, 29 Oktober 2012, 07:57 WIB
Lagi Haji, Mega Telepon Rieke ‘Oneng’ Dari Arab
Rieke Diah Pitaloka

rmol news logo Loket pendaftaran pemilihan gubernur dan  wakil gubernur (pilgub) Jawa Barat akan dibuka  4 November 2012. Tinggal seminggu lagi. Tapi,  partai politik masih utak-atik pasangan calon gubernur (cagub)-calon wakil gubernur (cawagub) yang bakal diusung. Keputusan akan diambil di detik-detik terakhir.

Telepon genggam Rieke Diah Pitaloka berdering. Begitu meli­hat tampilan di layar, anggota Komisi IX DPR ini segera me­nerima panggilan masuk itu tanpa menunggu dering kedua.

Nada bicara politisi PDIP itu terdengar penuh hormat men­ja­wab panggilan itu.  Rieke berkali-kali menyebut kata “ibu” dalam pembicaraan telepon.

Usai menutup telepon, Rieke mengungkapkan “ibu” yang di­sebut dalam pembicaraan jarak jauh ini adalah Megawati Soe­kar­noputri, Ketua Umum PDIP.

“Ibu (Megawati) menelepon saya dan menanyakan situasi politik di Jawa Barat. Perihal si­apa nama yang nanti akan di­usung. Insya Allah nanti di­umum­kan awal November,” kata Rieke ketika ditemui di gedung DPR, Kamis lalu (25/10).

Megawati menghubungi Rieke dari Arab Saudi. Saat ini, Me­gawati bersama suaminya, Taufik Kiemas sedang menunaikan ibadah haji.

Rieke termasuk tokoh yang di­jagokan untuk mengikuti Pilgub Jawa Barat yang digelar 24 Feb­ruari tahun depan. Pemeran tokoh “Oneng” di sinetron Bajaj Bajuri dianggap memiliki modal po­pularitas yang besar.

Rieke mengaku siap diusung par­tainya menjadi cagub maupun cawagub Jawa Barat. “Sebagai ka­der partai saya siap, dan saya pun tengah menunggu penugasan dari partai. Untuk kapan di­umumkannya ke publik, ya nanti tunggu Ibu Mega pulang dari ibadah haji. Kan wewenang itu ada di pimpinan partai,” kata dia.

Namun sebelum keputusan di­umumkan, rupanya Rieke sudah me­lakukan penjajakan kepada se­jumlah tokoh yang kemungkinan bakal dipasangkan dengannya.

Jumat dua pekan lalu, Rieke diketahui bertemu dengan Teten Masduki, aktivis antikorupsi. Per­temuan yang digelar di Slipi pukul 9 pagi itu, kabarnya, ber­hubungan dengan Pilgub Jawa Barat.

Adalah Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto yang memunculkan nama Teten sebagai tokoh yang layak diusung dalam Pilgub Jawa Barat.

Dalam akun twitter-nya, Prab­owo berkicau, “Secara tegas, saya mendukung saudara Teten Mas­duki untuk mengikuti Pemi­lu­kada Jawa Barat 2013.”

Dukungan terhadap Teten yang kelahiran Garut, 6 Mei 1963 ini dibenarkan Martin Hutabarat yang juga duduk di Dewan Pem­bina Par­tai Gerindra. “Teten. Su­dah di­umumkan. Hanya mencari p­a­sangannya sekarang,” kata Martin.

Akankah PDIP berkoalisi de­ngan Gerindra di Pilgub Jawa Ba­rat dengan menyandingkan Rieke dengan Teten? Sebelumnya, Pil­gub DKI Jakarta, kedua partai berkoalisi untuk mengusung pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Pasangan ini bisa mengandaskan niat Fauzi Bowo untuk menjabat gubernur DKI dua kali.

Di luar Rieke, ada sejumlah nama masuk “radar” untuk di­usung. Mereka yakni Aang Ha­mid Suganda (Bupati Kuningan), Dedi Supardi (Bupati Cirebon) dan Gatot Tjahjono (Sekretaris PDIP Jawa Barat).

Lantas siapa yang akan di­usung? “Kami masih menggodok ketiga alternatif tersebut dengan berbagai kelebihan dan ke­ku­ran­gannya. Semoga pekan depan kami segera dapat menentukan pilihannya. Ini menunggu Ibu Mega pulang dari ibadah haji,” ujar Sekjen PDIP Tjahjo Kumolo.

Berbeda dengan PDIP, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sudah menetapkan mengusung Ahmad Heryawan untuk jadi cagub. Ka­der PKS itu masih menjabat gu­bernur Jawa Barat sampai 2013. Tapi PKS masih kasak-kusuk mencari tokoh yang akan di­san­dingkan pria kelahiran Sukabumi 19 Juni 1966 itu.

Nama Dedy Mizwar pun masuk bidikan. Pelakon tokoh “Bang Jack” di sinetron Para Pencari Tuhan ini dianggap sudah dikenal luas masyarakat.   

Apakah Dedy Mizwar akan dipasangkan dengan Ahmad Heryawan?  “Nama dan tokohnya dan finalisasinya bulan depan. Dan sudah ada beberapa nama yang mulai masuk,” ujar Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq.

Ia mengaku di antaranya nama yang diusulkan jadi pendamping Ahmad Heryawan ada yang berasal dari kalangan selebriti. Namun ia tetap menolak me­ngung­kapkannya. “Supaya saya tidak menyinggung mereka saya tidak mau sebut-sebut nanti kalau sudah finalisasi,” elak Luthfi.

Kondisi yang sama juga di­alami Partai Demokrat. Partai penguasa ini juga masih bingung mencari pasangan untuk Dede Yusuf. Saat ini, politisi PAN yang loncat ke Demokrat itu masih men­jabat wakil gubernur Jawa Barat. Hendak jadi nomor satu Jawa Barat, Dede pun pecah kongsi dengan Ahmad Heryawan.

“Kita lihat saja nanti siapa yang akan mendampingi, toh semua­nya masih dalam pembahasan. Un­tuk nama yang masuk itu ada dari kalangan internal dan ada juga dari kalangan akademisi,” ungkap Dede.

Kabarnya, Dede juga tengah menjajaki berpasangan dengan politisi. “Kader Golkar, PDIP, PKB,” bisik orang dekat Dede. “Pe­kan depan keputusannya.”

Utak-atik pasangan cagub-cawagub juga dilakukan Partai Golkar. Partai beringin tampak­nya akan mengusung kader sen­diri di Pilgub Jawa Barat. Siapa dia? Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menyebutkan par­tainya akan mengusung Irianto Mahfudz Sidiq Syaifudin untuk jadi cagub.

Irianto yang akrab disapa Yan­ce ini saat ini menjabat sebagai Ketua Golkar Jawa Barat. Ia per­nah menjabat bupati Indra­mayu dari 2005 sampai 2010.

Golkar juga ingin pasangan Yance dari partai beringin. Nurul Arifin, wakil sekjen Golkar yang juga anggota DPR hendak dipa­sangkan dengan Yance. Nurul mengaku diminta Aburizal untuk berpasangan dengan Yance di Pilgub Jawa Barat.

Bersediakan dia? Di luar du­gaan, Nurul menolak. Ia ber­ala­san hendak menyelesaikan tu­gas­nya sebagai anggota DPR hingga 2014. Aburizal, kata Nurul, bisa menghargai keputusannya. “Beliau (Aburizal) tidak me­mak­sa,” kata perempuan kelahiran Bandung, 18 Juli 1966 ini.

Setelah Nurul menolak, Golkar pun memutar strategi. Tak lagi ngotot mengusung kader sendiri untuk pasangan cagub-cawagub. Nama Teten masuk perhitungan.

Adalah Akbar Tandjung, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Gol­kar yang mendorong Teten di­san­dingkan dengan Yance. “Teten di­ke­nal sebagai penggiat anti­ko­rupsi. Kita sebagai bangsa sedang giat-giatnya melaksanakan pem­berantasan korupsi sehingga Te­ten diharapkan bisa memperkuat jaringan lokal dan nasional juga,” kata Akbar beralasan.

Pendapat Akbar diamini Fadel Muhammad, Wakil Ketua Umum Golkar. “Saya senang sekali ka­lau memang Teten mau. Itu ba­gus. Se­cara informal ada yang bicara de­ngan Mas Teten,” katanya.

Virus Jokowi Menular Ke Tanah Pasundan?

Mungkinkah fenomena Joko Widodo atau Jokowi di Pilgub DKI Jakarta akan terulang di Pilgub Jawa Barat? Ini analisis pentolan lembaga survei.

Direktur Eksekutif Pusat Ka­jian Pembangunan Strategis (Pus­kaptis) Husin Yazid berpendapat, fenomena politik di Pilgub Ja­karta tak serta merta dapat di­jip­lak di Pilgub Jawa Barat.

Menurut dia, kondisi Jakarta sangat jauh berbeda dengan Jawa Barat yang dikenal lebih homo­geny. Baik dari sisi etnis, agama, budaya, sosial, dan karakteristik pemilihnya. “Janganlah euforia di Jakarta di-copy paste dan dibawa sepenuhnya ke Pilkada Jawa Ba­rat. Jakarta dan Jawa Barat be­r­beda,” ujarnya.

Tak hanya itu, Husin juga me­­ni­lai dari sisi geografis, Jawa Ba­rat pun berbeda dengan Ja­karta. Di Ja­wa Barat, ada 26 ka­bu­­paten/kota. Penduduknya se­kitar 48 juta dengan jumlah pe­milih se­kitar 40 juta.

“Tentunya partai harus selektif menentukan calon yang akan diusungnya. Jangan serta merta gaya politik di Jakarta, di-copy paste-kan bulat-bulat di Jawa Barat,” kata Husin.

“Karena itu, bila ada tokoh yang popularitasnya belum ting­gi, riskan juga. Minimal, po­pu­laritas 65 persen. Sebab, tinggi­nya popularitas belum tentu ber­banding lurus dengan tingkat ke­sukaan, apalagi, tingkat elek­tabilitas,” paparnya.

Pendapat berbeda disampaikan Direktur Eksekutif Lembaga Sur­vei Nasional (LSN) Umar S Bak­ry. Menurutnya, fenomena Joko­wi di Pilgub DKI Jakarta seper­tinya akan berlanjut di Pilgub Jawa Barat.

Kini, kata dia, partai-partai ter­tarik mengusung calon alternatif yang lebih menjual dari sisi ke­to­kohannya. Dia pun mencon­toh­kan munculnya nama Teten Mas­duki, pegiat antikorupsi seba­gai calon alternatif.

Umar menilai, mencuatnya nama Teten tak lepas dari dampak kemenangan Jokowi di Jakarta. “Makanya, setelah berhasil me­ngu­sung Jokowi-Ahok, Gerindra ke­li­hatannya semakin percaya diri me­munculkan tokoh-tokoh alternatif di daerah-daerah lain,” cetus Umar.

Menurut dia, Teten adalah tokoh alternatif yang masuk radar se­jum­lah partai yang tengah me­nyiap­kan menghadapi Pilgub Jawa Barat. Teten dianggap pu­nya nilai jual dan mampu men­dobrak kon­servatisme birokrasi pemerin­tahan di Jawa Barat. “Maka, wajar pula bila PDIP dan Golkar juga ke­pin­cut dengan tokoh muda se­kaliber Teten,” katanya.

“Kalau Cuma Wagub, Nanti Ditinggalkan”

Rieke Diah Pitaloka bukan ha­nya dijagokan partainya, PDIP untuk maju ke Pilgub Jawa Ba­rat. Sejumlah partai besar juga melirik Rieke untuk di­pa­sang­kan dengan gacoan mereka.

Golkar yang sudah final me­ngusung Irianto MS Syaifuddin (Yance) ini tertarik dengan so­sok Rieke. “Masyarakat Jawa Ba­rat butuh tokoh yang populer. Sehingga kita akan mengajukan tokoh yang populer sebagai ca­wagub-nya Pak Yance. Ke­mung­kinan Oneng(Rieke),” kata Indra J Piliang, Ketua Dewan Pelak­sana Balitbang Golkar.

Ketertarikan yang sama di­sampaikan Dede Yusuf. “Dua ka­der PDIP yang diusulkan Macan Center menjadi pendam­ping saya adalah Pak Aang dan Rieke,” ungkap Dede Yusuf.

Sayang, keinginan mereka un­tuk menggandeng Rieke bertepuk sebelah tangan. Rieke memilih untuk maju sebagai calon gubernur, bukan calon wa­kil gubernur.  “ Kalau jadi Jabar 2, bisa nggak saya jalan bar­eng? Atau malah seperti yang lain. Ditinggalkan. Itu kalau kondisi wakil,” kata Rieke.

Lagipula, sampai saat ini diri­n­ya masih menunggu keputusan partainya soal siapa yang nanti akan diusung jadi cagub di Pilgub Jawa Barat. Ia men­e­gas­kan, sejak awal bergabung de­ngan PDIP bukan untuk me­ngejar kekuasaan.

“Saya tidak ingin partai dija­di­kan angkot untuk mengan­tar­nya sampai tujuan, lantas di­tinggalkan. Kalau tujuan pribadi tidak tercapai, lantas pindah angkot lain. Dan tidak pernah ter­pikir sedikit pun saya akan meninggalkan partai hanya karena urusan rekomendasi pilkada,” tandasnya.

Karena itu, sebagai kader–PDIP, Rieke akan menerima dengan lapang dada apapun yang diputuskan partai. Bila dirinya yang dipercaya maju jadi cagub, Rieke bertekad ber­juang keras memenangkan Pil­gub Jawa Barat.

“Tapi bila saya tidak dire­komendasi oleh partai, saya siap menjadi tim pemenangan siapa pun yg direkomendasi partai. Tapi untuk loncat partai, itu yang tidak ada dalam pikiran saya,” tegasnya.

Ajang Pemanasan Mesin Politik Partai

Pilgub Jawa Barat

Kenapa partai politik berebut memenangkan Pilgub Jawa Barat? Kemenangan di Jawa Barat di­anggap bisa menjadi modal untuk me­menangkan Pemilu 2014.

Peneliti The Founding Father House (FFH) Dian Permata ber­pendapat, Pilgub Jawa Barat me­rupakan ajang pemanasan par­pol untuk menghadapi Pe­milu 2014. “Ini bisa menjadi test case apa­kah mesin parpol sudah bergerak atau belum. Sebab 2014 sudah semakin dekat,” katanya.

Peneliti Saiful Mujani R­e­search and Consulting (SMRC), Deni Afinta juga berpendapat sama. Menurut dia, partai me­yakini kemenangan di Pilgub Jawa Barat bisa memuluskan langkah memenangkan Pemilu 2014.

Menurut dia, besarnya jumlah penduduk Jawa Barat menjadi­kan provinsi ini sebagai salah satu lumbung suara potensial untuk 2014.

“Posisi Jawa Barat sangat strategis secara politik karena disanalah lumbung terbesar suara. Partai-partai pasti me­na­ruh perhatian besar ke Pilkada Jawa Barat,” katanya. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA