Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Istri Nazaruddin Mogok Makan, Masuk ICU 5 Hari

Iri Angie Bisa Pindah Ke Rutan Pondok Bambu

Kamis, 25 Oktober 2012, 09:16 WIB
Istri Nazaruddin Mogok Makan, Masuk ICU 5 Hari
Neneng Sri Wahyuni

rmol news logo Gara-gara ditolak pindah rutan, Neneng Sri Wahyuni mogok makan hingga jatuh sakit. Ia sempat dirawat di ICU selama beberapa hari.

Kijang hitam berpelat merah ber­henti di depan pintu masuk lobi Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, Senin siang lalu. Mobil itu kendaraan dinas milik Komisi Pem­be­ran­ta­san Korupsi (KPK) yang biasa di­pakai untuk antar-jemput tahanan.

Dengan cekatan, seorang pria yang mengenakan pakaian safari hitam membuka pintu bagian belakang mobil. Ia lalu me­ngam­bil berdiri di samping pintu me­nunggu orang yang akan menaiki mobil ini.

Selang beberapa menit, pintu kaca lobi terbuka. Di dalam ke­luar seorang perempuan ber­ke­rudung duduk di kursi roda yang didorong seorang perawat.

Dibantu petugas sekuriti rumah sakit, wanita itu dipapah masuk ke dalam mobil. Selama di kursi roda sampai masuk ke mobil, wanita itu selalu menundukkan kepalanya.

Wanita itu adalah Neneng Sri Wahyuni, istri Muhammad Na­za­ruddin, bekas Bendahara Umum Partai Demokrat. Neneng men­jadi tersangka kasus korupsi pe­nga­daan pembangkit listrik tena­ga surya (PLTS) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Neneng ditangkap di rumahnya di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan setelah buron selama berbulan-bulan. Neneng lalu dijebloskan ke rutan di basement gedung KPK.

“Dia (Neneng) dibawa ke sini Kamis sore (18/10),” ungkap Amid, petugas sekuriti di RS Abdi Waluyo. Ratih, petugas di ruang informasi RS Abdi Waluyo me­mbenarkan ada pasien ber­nama Neneng Sri Wahyuni. Sejak masuk, dia ditempatkan di kamar 203 di lantai dua.

“Kamar itu merupakan ruang ICU. Karena pertama kali masuk ke rumah sakit, memang pasien atas nama Ibu Neneng itu dirawat di sana sampai dia pulang, tanpa pindah ke ruang rawat inap,” jelas perempuan muda berambut hitam sebahu ini.

Penelusuran Rakyat Merdeka, selama lima hari dirawat di ru­mah sakit, hanya beberapa orang saja yang datang menjenguk Neneng. Salah satunya kuasa hukumnya.

“Yang menjenguk itu Pak Ju­nimart Girsang dan seorang kuasa hukum yang lain. Kebetulan ka­rena banyak kesibukan, saya ti­dak sempat menjenguk Neneng di rumah sakit,” jelas Elza Sya­rief, kuasa hukum Neneng ke­pa­da Rakyat Merdeka.

Elza mengatakan, saat dije­nguk, kondisi Neneng benar-be­nar memprihatinkan. Neneng ha­nya bisa tiduran saja. Tidak bisa du­duk, apalagi berdiri.

“Makan saja, pihak rumah sakit hanya mengakalinya dengan cai­ran infus yang langsung dialirkan ke pembuluh darahnya. Dia de­hi­drasi dan benar-benar lemah sekali,” terang Elza.

Elza tidak kaget kalau Neneng sampai dilarikan ke rumah sakit. Terakhir dia menjenguk Neneng, kondisi istri Nazaruddin itu me­mang sudah lemah.

Kata Elza, badan Neneng ter­lihat kurus dan wajahnya sa­ngat pucat. Untuk berjalan ke ruang tatap muka yang jaraknya 100 me­ter dari kamar tahanan, Ne­neng tidak mampu. “Dia me­nge­nakan kursi roda saat menemui saya saat itu. Kita bicara sekitar satu jam di ruang tatap muka itu,” tutur Elza.

Menurut dia, kondisi tubuh Ne­neng melemah gara-gara me­la­ku­kan aksi mogok makan. Aksi itu d­i­lakukannya selama berhari-hari.

Neneng melakukan aksi karena permohonannya untuk di­pin­dah­kan ke Rutan Wanita Pondok Bam­bu, Jakarta Timur ditolak. Padahal, lanjut Elza, sebelumnya permohonan itu sudah disetujui jaksa penuntut umum dan be­be­rapa komisioner KPK.

Elza menuturkan, Jumat dua pekan lalu kuasa hukum me­nyam­paikan kepada Neneng bah­wa permohonan pindah dik­a­bul­kan. Elza lalu mengutus seorang asistennya ke KPK untuk me­ngu­rus kepindahan Neneng ke Rutan Pondok Bambu.

“Tapi tiba-tiba rencana pe­min­dahan itu batal. Alasannya, ada seorang komisioner KPK yang menolak permohonan tersebut. Inilah yang membuat Neneng shock dan merasa diperlakukan tidak adil,” terangnya.

Kenapa minta pindah? Me­nurut Elza, Neneng minta pindah karena ingin bertemu anak-anak. Selama ditahan di Rutan KPK, Neneng tak jarang bertemu anak-anaknya.

“Dia (Neneng) itu memiliki tiga anak yang masih kecil-kecil dan perlu sekali mendapatkan ka­sih sayang dari ibunya. Semen­tara di KPK, jam besuk yang dise­diakan hanya hari Senin dan Ka­mis saja,” kata Elza.

Selain itu, rutan KPK tak me­mungkinkan tahanan bisa ber­in­teraksi dengan orang yang mem­besuknya. “Berbeda dengan di ru­tan lain seperti Pondok Bambu yang memiliki ruang khusus dan le­bih banyak jam besuknya,” tegasnya.

Elza menganggap keinginan Neneng untuk pindah demi ber­temu dengan anak-anaknya me­rupakan wajar dan tidak me­langgar hukum.

“Sudah tiga kali kami sampai­kan permohonan kepada KPK atas permintaan pindah ruangan ini. Tapi sampai sekarang, kami sendiri belum jelas mendengar apa alasan KPK tidak mau me­ngabulkannya,” kata Elza.

“Sekarang kalau Angelina Son­dakh (Angie) saja bisa dika­bul­kan untuk pindah rutan, kenapa Neneng tidak? Ini yang membuat iri Neneng dan merasa dia di­per­lakukan tidak adil,” ujarnya.

Juru Bicara KPK Johan Budi SP membenarkan Neneng pernah dirawat di RS Abdi Waluyo. “Dia sakit karena selama dalam taha­nan dia mogok makan,” ujar Jo­han di Gedung KPK, kemarin.

Hasil pemeriksaan dokter RS Abdi Waluyo menyimpulkan Ne­neng menderita tekanan darah ren­dah akibat kurang asupan ma­kan. “Tapi sekarang dia sudah ada di rutan KPK dan kondisinya su­dah pulih,” klaim Johan.

Biaya Perawatan Ditanggung KPK

Sudah dua kali tersangka k­a­sus suap PLTS Kemenakertrans Neneng Sri Wahyuni dilarikan di rumah sakit. Tak sedikit uang negara yang harus dikeluarkan demi membayar biaya pengo­ba­tan Neneng di rumah sakit.

Kamis sore pekan lalu, Ne­neng dilarikan ke RS Abdi Wa­luyo karena mengalami diare akibat mogok makan. Selama empat hari, istri Nazaruddin ini dirawat di ruang ICU di rumah sakit berskala internasional tersebut.

Sebelumnya, Juli lalu, Ne­neng juga pernah dilarikan ke RS Polri, Kramat Jati. Saat itu, Neneng menderita diare se­hingga perlu dilakukan pe­ra­wa­tan medis di rumah sakit.

Siapa yang bayar biayanya? Kuasa Hukum Neneng, Elza Syarief mengatakan, soal biaya sepenuhnya ditanggung KPK. Mengingat, Neneng berstatus ta­hanan KPK dan merupakan tanggung jawab komisi yang dip­impin Abraham Samad.

 â€œDulu saat dirawat di RS Polri Kramat Jati, semua biaya ditanggung KPK. Dan yang ini, kabarnya juga KPK yang me­nanggung,” ungkap Elza.

Selama ini, kata Elza, kuasa hukum tidak pernah diberitahu oleh KPK maupun Neneng mengenai biaya perawatan ini. “Saya tidak pernah mendengar kalau biaya perawatan harus ditanggung tahanan,” tegasnya.

Selain Neneng, beberapa tahanan KPK lain juga pernah dirawat di rumah sakit karena menderita sakit. Mereka yang pernah dirawat adalah Angelina Sondakh dan Nunun Nurbaeti.

Angelina Sondakh (Angie) rawat jalan beberapa kali ke RS Polri Kramat Jati. Saat itu, po­litisi Partai Demokrat tersebut me­ngeluh penyakit sinusitis yang diidapnya sejak kecil, kambuh.

Sementara, Nunun Nurbaeti dirawat beberapa hari di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur karena menderita diare.

Juru Bicara KPK Johan Budi me­ngatakan biaya perawatan ta­ha­nan di rumah sakit menjadi tang­gung jawab lembaganya.  “Ka­­rena tahanan KPK, biaya perawatan tentu kita yang me­ngeluarkan. Karena dia tahanan KPK, tanggung jawab kita,” ujar Johan.   [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA