Mobil Avanza putih berhenti di lÂaÂpangan parkir dekat pintu maÂsuk TMP Kalibata, Jakarta SeÂlaÂtan. Seorang pria muda yang baru saja keluar dari pintu kemudi seÂgera berlari ke pintu penumpang.
Dengan cekatan, pria yang mengenakan pakaian safari hitam itu membuka pintu belakang seÂbelah kiri lebar-lebar. Dari pintu yang terbuka, terlihat seorang pria yang sudah lanjut usia.
Setelah menyerahkan tongkat ke sopir, pria itu turun perlahan dari mobil. Sang sopir juga memÂbantu pria yang rambutnya mulai memutih ini keluar dari mobil.
“Saya ke sini bukan terkait peÂrinÂgatan Gerakan 30 September 1965. Saya mau ke kuburan Ayah saya. Dia pejuang kemerdekaan.†kata pria itu sambil dipapah berjaÂlan menuju ke pintu gerbang pemakaman.
Pria bernama Tasno itu meÂngaÂku dirinya rutin berziarah ke sini. Minimal dua bulan sekali dia daÂtang bersama anak dan cucu. “Tapi saya bukan keluarga dari pahlawan revolusi,†jelasnya.
Saudi, komandan regu peÂngaÂmanan TMP Kalibata memÂbeÂnarkan pria yang baru masuk itu bukan keluarga maupun kerabat pahlawan revolusi. Sejak pagi diÂriÂnya belum menÂdapatkan laÂpoÂran kedatangan keÂluarga pahÂlaÂwan revolusi yang berziarah ke sini.
“Memang setiap tahun, kalau pas tanggal 30 September, jarang ada keluarga pahlawan yang datang. Biasanya mereka datang pas tanggal 1 Oktober bertepatan dengan hari Kesaktian PanÂcaÂsila,†jelasnya.
Siang kemarin, lapangan parkir di depan TMP Kalibata tampak leÂngang. Hanya ada tiga mobil yang parkir di sini. Menurut SauÂdi, ini pemandangan biasa.
“Sehari-hari memang begini. Ramainya justru kalau Hari ProkÂlamasi atau Hari Pahlawan pada 10 November mendatang. SeÂleÂbih dari itu, paling hanya beÂbeÂrapa keluarga saja yang datang. Maklum ini bukan taman pemaÂkaman umum,†katanya sambil tersenyum.
Siapa saja keluarga pahlawan reÂvolusi yang rajin berziarah? Selama belasan tahun bertugas di sini, Saudi mengenali hanya dua keluarga pahlawan revolusi yang rutin datang berziarah. Mereka yakni keluarga Jenderal Ahmad Yani dan keluarga DI Panjaitan.
“Kalau yang lain saya jarang melihat. Setiap tahun, keluarga mereka berdua itu yang saya sering lihat datang,†ujarnya.
Ada permintaan dari pihak keÂluarga bila datang berziarah? MeÂnurut Saudi, tidak ada. BiaÂsaÂnya, pihak keluarga meminta diseÂdiaÂkan bunga dan dipinjamkan payung.
“Kadang, ada keluarga pahlaÂwan yang datang kesini tidak bawa perlengkapan yang biasa diÂbawa saat ziarah. Seperti kemÂbang untuk ditaburkan di atas maÂkam. Nah, biasanya pengelola taÂman makam pahlawan ini meÂmeÂrintahkan kami untuk meÂnyeÂdiaÂkanÂnya,†jelasnya. Sementara paÂyung dipinjamkan keluarga agar tak kepanasan selama berziarah.
Menurut dia, tidak ada perÂsiaÂpan khusus di TMP Kalibata unÂtuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila tahun ini. “Biasanya kalau ada acara pasti kami diberi tahu untuk persiapan. Apakah itu persiapkan tenda dan kursi atau sebagainya. Tapi hari ini belum ada instruksi sama sekali,†ungkapnya.
Amelia Yani, putri Jenderal Ahmad Yani mengatakan dirinya baru akan berziarah ke makam ayahnya pada 1 Oktober sore.
Saat dikontak Rakyat Merdeka kemarin, dia tengah berada di Bali bersama putri Bung Karno, Sukmawati Soekarnoputri.
Kedatangannya ke Pulau DeÂwata ini, tutur dia, ada kaitannya dengan peringatan Hari KeÂsakÂtian Pancasila. Ia melakukan doa bersama 11 pemuka agama Hindu untuk arwah para pahlawan revoÂlusi maupun mereka yang jadi korban setelah peristiwa G30S/PKI.
“Nama (acara)-nya AsmaÂwedha Yadnya. Tujuannya untuk menÂsucikan arwah-warwah yang suÂdah meninggal,†ujarnya. AmeÂlia mengatakan ribuan nyawa melayang pasca G30S/PKI.
Setelah memanjatkan doa-doa, dilanjutkan dengan ritual peÂmÂbaÂkaran simbol arwah. Ritual pemÂbakaran ini ibarat ngaben. NgÂaÂben adalah tradisi Hindu Bali untuk pemusnahan jasad orang yang meninggal dengan cara dibakar.
Ritual ini ditutup dengan ngeÂlarung. Yakni melepas sesajen ke tengah laut. “Acaranya dari jam 2 siang sampai 6 sore,†tutur Amelia.
Lantaran ditujukan semua korban tewas pada peristiwa 1965 itu, acara ini diikuti ratusan maÂsyarakat Bali.
“Saya terharu dan bangga deÂngan acara tersebut. Harapannya, acara yang dilakukan tersebut bisa membawa kedamaian bagi kita semua,†harapnya.
Bagaimana dengan acara di Jakarta? “Biasanya kalau setiap 1 Oktober, saya merayakannya di JaÂkarta. Ada beberapa tradisi yang biasa kami lakukan untuk memÂperingati hari Kesaktian PanÂcaÂsiÂla,†kata bekas ketua umum PPRN ini.
Biasanya, setiap tanggal 30 SepÂtember malam dirinya meÂngikuti pengajian dan tahlilan di Lubang Buaya, Halim, Jakarta TiÂmur. Di tempat ini 47 tahun silam, para pahlawan revolusi dihabisi.
Penyelenggara kegiatan ini Kodam Jaya. Personel Kodam Jaya dikerahkan untuk acara ini. “Biasanya, acara dimulai habis Isya hingga tengah malam. Besok paginya dilanjutkan dengan upaÂcara memperingati hari KeÂsaktian Pancasila yang akan dihadiri presiden dan pejabat negara lainnya,†katanya.
Setelah acara di Lubang Buaya seÂlesai barulah Amelia Yani berÂziarah ke makam ayahnya di TMP Kalibata. Kali ini, Amelia tak hanya datang bersama keluarga.
“Besok (hari ini—red)—seÂkitar jam 3 sore, saya bersama reÂkan-rekan dari Forum SiÂlaÂtuÂrahmi Anak Bangsa termasuk Ibu Sukmawati akan datang ke TMP Kalibata,†ujarnya.
Tiba Di Tanah Air, SBY Pimpin Upacara Di Lubang Buaya
Presiden SBY hari Minggu kemarin tiba di tanah air setelah lawatan ke luar negeri. Agenda keÂnegaraan yang akan dÂiiÂkuÂtinya adalah upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Dalam upacara tersebut, PreÂsiden SBY akan bertindak seÂbaÂgai inspektur upacara. UpaÂcara itu juga akan dihadiri pula jajaran menteri di Kabinet IndoÂnesia Bersatu Jilid II.
Adapun bertindak sebagai koÂmandan upacara adalah KoÂlonel (Pnb) Danet Hendriyanto. Ketua MPR Taufik Kiemas akan menjadi pembaca naskah PanÂcasila. Sedangkan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) IÂrÂman Gusman berÂtindak sebagai pembaca naskah pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
Upacara akan melibatkan peÂlajar SD, SMP, SMA, pramuka, mahasiswa, KNPI, Taruna AkÂmil, Taruna AAL, Taruna AAU, Taruna Akpol, Kowad, Kowal, Wara, Polwan, dan Korp Musik TNI/Polri.
Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi selaku Ketua PaÂnitia Negara Perayaan Hari-hari Nasional telah menerbitkan surat keputusan tentang peÂnyeÂlenggaraan ucapan peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 2012.
Surat tertanggal 21 SepÂtemÂber 2012 itu mengimbau agar masyarakat, instansi pemeriÂnÂtah serta swasta, untuk menÂgiÂbarkan bendera setengah tiang pada 30 September 2012. SeÂdangkan pada 1 Oktober 2012 satu tiang penuh.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) meÂlalui Direktorat Jenderal KeÂbuÂdayaan selaku pelaksana keÂgiaÂtan peringatan Hari Kesaktian Pancasila menyebutkan upacara di Lubang Buaya dimulai pukul 8 pagi.
Upacara bendera juga diÂhaÂdiri Ibu Negara Ani Yudhoyono, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, dan keluarga pahlawan revolusi.
Selain upacara di tingkat puÂsat, di seluruh daerah di InÂdoÂnesia juga akan dilaksanakan upacara bendera memperingati Hari Kesaktian Pancasila.
Tema yang diangkat pada peÂringatan Hari Kesaktian PanÂcasila 2012 ini adalah “KeÂsaÂkÂtian Pancasila Tonggak Negara Paripurnaâ€.
Dari peringatan Hari KesakÂtian Pancasila ini diharapkan nilai-nilai yang terkandung di daÂlamnya dapat dihayati dan diÂamalkan seluruh rakyat InÂdoÂneÂsia sehingga menjadi kekuatan untuk menanggulangi rongroÂngan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hari Kesaktian Pancasila ditetapkan dengan Surat KeÂputusan Presiden Nomor 153/1967 yang ditandatangani SoeÂharto. Tahun 2012 meruÂpaÂkan peringatan Hari KeÂsaÂkÂtian Pancasila ke-45. [Harian Rakyat Merdeka]
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.