Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kosong 9 Bulan, Cat Dindingnya Mengelupas

Ngintip Rumah Dinas Untuk Ahok

Minggu, 30 September 2012, 08:47 WIB
Kosong 9 Bulan, Cat Dindingnya Mengelupas
Basuki Tjahaja Purnama
rmol news logo Asman sibuk menyapu carport di rumah dinas wakil gubernur DKI Jakarta yang terletak di Jalan Denpasar Raya, Blok C 17 Nomor 48, Kuningan, Jakarta Selatan. “Lagi bersih-bersih halaman saja biar enak dipandang,” kata pria penjaga rumah ini.

Menurut pria yang me­nge­nakan kaos warna hitam ini, ru­mah dinas ini sudah lama kosong sejak Prijanto menyatakan mun­dur dari wakil gubernur. “Dia (Pri­janto) terakhir menempati rumah ini Desember tahun lalu. Setelah itu kosong terus hingga sekarang ini,” katanya.

Pria berusia 30 tahun ini me­ngungkapkan, beberapa pejabat Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sempat datang dan membe­ri­ta­hu­kan bahwa rumah dinas ini akan ditempati Basuki Tjahaja Pur­na­ma, wakil gubernur yang baru.

“Dua hari lalu datang kemari dan meminta lantai dan kaca agar dibersihkan biar terlihat bersih saat digunakan nanti,” katanya.

Selain meminta dibersihkan, pe­jabat itu meminta agar rumah dicat ulang. Sebab, banyak bagi­an ru­mah yang catnya sudah mengelupas.

Rencananya, gubernur dan wakil gubernur baru dilantik pada 7 Oktober 2012. Basuki yang ak­rab disapa Ahok kemungkinan tak bisa langsung menempati rumah dinas setelah dilantik. Sebab, pengecatan belum selesai. “Mungkin seminggu setelah pelantikan baru bisa dipakai,” kata Asman.

Rumah dinas wakil gubernur DKI Jakarta berada di deretan ru­mah dinas pejabat negara di Jalan Denpasar, Kuningan, Ja­karta Se­la­tan. Rumah seluas 400 meter per­segi dikelilingi pagar besi se­tinggi 1,5 meter. Pagarnya dicat warna putih. Pagar sebelah kanan sudah tertutup tanaman merambat.

Akses ke dalam rumah melalui dua pintu. Pintu di sebelah kiri di­buat lebar karena untuk keluar-masuk kendaraan. Sedangkan pintu di sebelah kanan ukuran­nya kecil. Pintu untuk keluar-masuk orang.

Di belakang pintu untuk ke­luar-masuk kendaraan dibangun pos jaga. Ukurannya tak besar. Hanya bisa ditempati seorang petugas jaga.

Di depan rumah terhampar ha­la­man yang cukup luas. Pe­ka­ra­ngan itu ditutupi cone block. Carport menyatu dengan halaman ini. Kanopi lebar menaungi tem­pat parkir mobil ini. Motor Ya­maha Mio milik penjaga rumah diparkir di sini.

Di belakang carport terdapat garasi yang tertutup rapat. Teras terletak di samping kanan garasi. Teras ini kosong. Tak ada kursi maupun meja untuk tempat tamu menunggu maupun untuk se­kadar santai.

Dari luar terlihat pintu dan jen­dela di teras lantai dua rumah ter­tutup rapat. Cat tembok di lantai dua rumah ini terlihat banyak yang mengelupas.

Ahok enggan untuk menempati rumah dinas ini. Ia lebih memilih tinggal di rumah barunya di Pan­tai Mutiara, Jakarta Utara. Ala­san­nya rumah pribadinya lebih besar ketimbang rumah dinas wakil gubernur.

“Sudah dipersiapkan rumah yang lebih besar. Kalau terpilih kita akan pindah ke sana. Kalau tidak, ya dijual saja,” katanya. Na­mun dia menyebutkan berapa luas rumah barunya ini.

Menurut Ahok, dia sudah mem­bangun rumah ini sejak 1,5 ta­hun lalu. Ditargetkan selesai pada akhir tahun ini.

Veronica, istri Ahok pun me­nga­kui mereka akan pindah ke rumah baru di Pantai Mutiara. “Ka­lau sudah jadi, Desember men­datang pindah ke sana,” katanya. Saat ini keluarga Ahok tinggal di Muara Karang yang juga terletak di Jakarta Utara.

Jokowi Bawa Koleksi Album Rock Ke Rumah Dinas Gubernur

Terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo akan memboyong keluarganya untuk tinggal di rumah dinas gubernur.

Ia juga akan memboyong ber­bagai macam barang pribadinya ke rumah dinas gubernur DKI. Apa saja yang dibawa? Wali Kota Surakarta ini tidak lupa mem­bawa koleksi kaset dan CD musik rock miliknya.

“Kaset-kaset lama saya bawa. Saya punya 30 kaset album rock, Napalm Death, Scorpion, Deep Purple, Judas Priest, Metallica, Led Zeppelin. Banyak mas, se­mua saya bawa ke Jakarta,” katanya.

Jokowi mengatakan, kaset-kaset tersebut ia kumpulkan se­be­lum menjadi pejabat publik. Se­lama ini ia dikenal gemar men­dengarkan musik-musik cadas era 1970-an. Tak heran jika ko­lek­si album musik rock masuk daftar pertama barang pribadi yang akan dibawa ke Jakarta.

Ia mengaku tidak akan mem­bawa banyak barang saat pin­da­han ke Jakarta. Dirinya hanya akan membawa beberapa pa­kaian, dan dua sepatu pantofel yang setia menemaninya selama menjabat sebagai orang nomor satu di Solo.

“Saya cuma punya dua pasang sepatu, itu mau saya bawa. Trus ka­lau nggak dibawa ke Jakarta pa­kai apa? Masak nyeker,” katanya.

Selain itu, dirinya juga akan membawa sejumlah lukisan cat minyak koleksinya. Lukisan-lu­kisan tersebut selama ini dipajang di teras belakang Loji Gandrung. “Mungkin lukisannya tidak semua,” katanya.

Selain menyukai musik rock, Jokowi juga mengaku senang melihat lukisan untuk mencari inspirasi. Jokowi juga berencana menghibahkan sejumlah barang miliknya kepada keluarga dan warga sekitar rumahnya yang berada di Sumber, Banjarsari, Surakarta.

Tercatat beberapa kemeja ba­tik, sejumlah kain batik tulis, memorabilia dan lusinan buku siap diberikannya kepada yang berminat.

Untuk koleksi barang antiknya seperti belasan topeng kayu, m­e­beler dan perabot yang ada di Loji, Jokowi memilih me­nyim­pan­nya di rumah pribadi di Sumber.

Istri Jokowi, Iriana, mengaku se­dang menyeleksi buku-buku mi­lik suaminya sebelum dihi­bah­kan. Menurutnya, ada beberapa buku yang belum sempat dibaca suaminya.

“Kami punya banyak buku. Kalau anak-anak suka biasanya langsung dibeli. Saya dan Pak Joko suka beli buku juga, jadinya banyak sekali bukunya. Say­ang­nya belum semua sempat di­baca,” katanya.

Selain menyeleksi buku, Iriana memikirkan puluhan tanaman hias yang ada di halaman Loji Gandrung. Tanaman penyejuk rumah dinas itu rencananya juga akan ia boyong ke rumah pribadi.

“Tanaman-tanaman itu milik Pak Joko. Paling nanti minta orang memindahkannya ke ru­mah (rumah pribadi di Sumber) atau untuk menghias showroom mebel,” katanya.

Pekan Depan, Foke Angkat Kaki Dari Taman Surapati

Kemarin, KPU DKI telah menetapkan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama se­bagai gubernur dan wakil gu­ber­nur Jakarta yang baru.

Hingga sehari sebelum p­e­ne­tapan ini, Fauzi Bowo masih me­nempati rumah dinas gu­ber­nur di Jalan Taman Suropati No­mor 7, Menteng, Jakarta Pusat.

“Pak Fauzi Bowo sampai masih tinggal di rumah dinas bersama istrinya,” kata Ma­hen­dra, petgas jaga di rumah dinas gubernur DKI saat ditemui Jumat lalu.

Menurut dia, ketiga anak Fau­zi Bowo sudah pindah ke rumah pribadi Jalan Teuku Umar No­mor 24, Menteng, Jakarta Pusat. “Pindahnya sudah minggu lalu. Tapi kadang masih sering main ke sini karena memang jaraknya dekat,” kata pria berkulit sawo matang ini.

Mahendra mengungkapkan, setelah pilgub DKI putaran ke­dua, Fauzi Bowo tetap be­rang­kat ke kantor dari rumah dinas. Pulangnya juga ke sini.

Di ujung masa jabatan Fau­zi Bowo, aktifitas di rumah di­nas gubernur tak berkurang. Ma­sih banyak orang yang ber­tamu ke sini.

Petugas yang berjaga di ru­mah ini juga tak dikurangi. Me­nurut Mahendra, setiap hari ru­mah dinas ini tetap dijaga sem­bilan orang.

Menurut Mahendra, Fauzi Bowo sudah mengangkuti be­berapa barang pribadi ke rumah di Teuku Umar. Namun dia tak tahu kapan Fauzi bakal angkat kaki dari sini.

Sejak hasil hitung cepat (quick count) menunjukkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama unggul dalam Pilgub DKI putaran kedua, Fauzi Bowo mulai mengangkuti barang-barang pribadinya de­ngan truk. Di antaranya guci be­sar dan koleksi tanaman hias.  

Humar Ambiya Bowo, anak su­lung Fauzi Bowo mem­be­narkan sebagian barang pribadi yang ada di rumah dinas itu su­dah mulai dipindahkan.

Ia mengatakan, bahwa hal ini memang harus dilakukan sete­lah melihat hasil hitung cepat. “Ya memang harus pindah. Ya mau gimana lagi,” katanya saat itu.

Ketua Media Center Foke-Nara, Kahfi Siregar me­nga­takan, kepindahan Fauzi Bowo dari rumah dinasnya menunggu KPU DKI Jakarta menetapkan pasangan gubernur dan wakil gubernur baru.

Dalam aturan yang ada, lanjut Kahfi, seminggu sebelum pe­lantikan gubernur terpilih, Fauzi Bowo harus meninggalkan ru­mah dinasnya. Pelantikan gu­ber­nur dan wakil gubernur ter­pilih akan dilakukan 7 Oktober 2012.

“Sudah mulai beres-beres, buku-buku dan lemari sudah dipindahkan,” kata Kahfi.

Rumah dinas Gubernur DKI Ja­karta berada persis di bun­da­ran Taman Suropati. Ber­da­m­pingan dengan kediaman Duta Besar India. Rumah dua lantai yang berdiri di lahan seluas 1.100 meter persegi ini nampak asri karena banyak ditumbuhi pohon besar.

Pagar rumah hanya setinggi 1,5 meter. Gerbang masuk be­ra­da di dua sisi kanan dan kiri. Pintu sebelah kiri selebar tiga meter dalam keadaan tertutup rapat. Di belakangnya dibangun pos penjagaan yang hanya bisa ditempati seorang petugas. Satu petugas keamanan terlihat ber­diri di pos tersebut sambil me­me­gang handy talky (HT).

Pintu utama berada di sebelah kanan. Di pintu ini mempunyai lebar yang sama yaitu tiga meter dalam keadaan terbuka. Di belakang pintu masuk terdapat pos penjagaan yang bisa me­nam­pung tiga orang. Beberapa petugas kepolisian yang menge­nakan seragam dan satpam terlihat duduk santai di pos penjagaan.

Di samping pos penjagaan terparkir tiga voorijder dan Nis­san X-trail, kendaraan pengawal gubernur. Di teras rumah ter­parkir satu Toyota Land Cruiser warna hitam mobil dinas Fauzi Bowo.

Pernah Jadi Kantor Dharma Wanita & PKK

Rumah dinas gubernur DKI Ja­karta di Taman Suropati di­ba­ngun untuk tempat tinggal para wali kota Jakarta di era Belanda.

Yang pertama kali menem­pati rumah itu adalah Mr. GJ Biss­chop, burgermeester (wali kota) pertama dari G­e­meen­teraad Ba­tavia yang meme­rin­tah Ba­tavia sejak tahun 1916 sam­pai 29 Juni 1920.

Bangunan dirancang Ir Ku­bath di atas areal tanah bekas eigendom. Bangunan berlantai dua dengan ruangan tambahan (paviliun) yang berada di sebe­lah timur bangunan utama dan gudang yang berada di sebelah baratnya dengan luas kese­lu­ru­hannya sekitar 1.100 m2.

Dindingnya terbuat dari batu bata dengan genteng yang ber­wama hijau. Bangunan ini ber­diri di atas kavling hoek yang ke­mu­dian diisi dengan rumah in­duk yang agak bersegi empat (kuad­rat) dengan dua tambahan ba­ngunan pendek. Tambahan yang lebih panjang ini di­leng­kapi de­ngan teras yang sete­ngah ber­atap dan setengah ter­buka (bundar).

Atap perisai yang tinggi dan agak curam mengimbangi kesan bidang besar tembok muka yang bersegi empat. Komposisi ba­ngunan menghasilkan dinamika yang tanggap terhadap Taman Suropati di hadapannya.

Bangunan di sebelah barat da­hulu berfungsi sebagai gudang. Kemudian digunakan sebagai kamar para penjaga, gudang dan garasi. Bangunan paviliun ter­diri dari teras, ruang tamu, dua ka­mar tidur dan kamar mandi.

Bangunan yang dibangun pada pertengahan abad ke-20 ini bentuknya masih asli, hanya terdapat perbaikan di dalam dan di luar gedung. Semula atapnya terbuat dari genting kodok ke­mudian diganti dengan genteng monir wama hijau.

Sejak dibangun hingga masa Jepang, gedung tersebut diper­gu­nakan untuk rumah tinggal wali kota Jakarta. Kemudian tahun 1949 dipergunakan seba­gai rumah dinas wali kota Ja­karta pemerintahan republik.

Beberapa wali kota dan gu­bernur yang pernah tinggal di rumah tersebut antara lain: Wali Kota Suwirjo, Syamsurijal, Su­diro, Gubernur Sumamo, Henk Ngantung, Wiyogo Admo­dar­min­to dan Sutiyoso. Di masa Gu­bernur Ali Sadikin, gedung ter­sebut dipakai untuk kegiatan Dharma Wanita dan PKK.

Di masa Ali Sadikin, rumah itu hanya dipakai sesekali saja untuk acara resmi. Di masa Fauzi Bowo, setiap Lebaran, digelar open house di rumah dinas ini. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA